BAGIAN 28

97 9 0
                                    

📍HAPPY READING FOR YOU📍

Aku ragu untuk terus lanjut, kalau sikap kamu terus kayak gini. Jadi gimana, Ra? Udahan aja?
- Pikar Alzoandra.

Perjuangan kita telah kalah sampai di sini. Berhenti tepat dilandasi emosi.
- Rasya Anggrayni

*****

Nayfa memperhatikan Rasya, sedari tadi sahabatnya itu lebih banyak diam, tidak seperti biasanya. Ketika ditanya, Rasya hanya menjawabnya singkat. Nayfa dibuat bingung olehnya, ada apa dengan Rasya?

Bel pulang sekolah berbunyi. Bu Siska yang mengajar kelas mereka langsung keluar. Sekali lagi, Nayfa melirik Rasya yang kini sibuk memasukkan alat tulisnya ke dalam tas. Perempuan itu, masih belum mengeluarkan suara, membuat Nayfa bersuara, "Ra, lo kenapa?"

"Nggak apa-apa."

"Seriusan?" Rasya bergumam. Ia berdiri dari bangkunya seraya menggendong tas di punggung belakangnya. "Seriusan nggak apa-apa, Ra?" tanya Nayfa kembali.

"Iya, Nay," balas Rasya.

"Tapi kok lo lemes gitu, sih, Ra. Lo sakit, ya?"

"Enggak."

"Ih, Ra, serius! Lo beda banget daritadi. Lagi ada masalah?" Rasya menggeleng. "Kalau ada masalah cerita aja. Masalah sama ortu lo? Abang lo? Atau Pikar?"

"Enggak ada," balas Rasya cepat. Mendengar kalimat terakhir, membuat Rasya mengalihkan pandangnya. Jujur, ia memang ada masalah dengan Pikar. Tetapi ia tidak ingin Nayfa mengetahuinya. Bukan menyembunyikan, Rasya hanya belum siap saja untuk bercerita. Saat ini, ia malas membahas soal Pikar, hatinya belum siap untuk melontarkan apa yang terjadi diantara keduanya.

Nayfa menghela nafas, lalu menganggukkan kepala. Ia tahu, pasti ada yang Rasya sembunyikan saat ini, tetapi Nayfa juga tidak bisa memaksa sahabatnya untuk bercerita. Mungkin saja, itu privasi yang hanya bisa Rasya simpan. Jika Nayfa berhak mengetahuinya, Rasya pasti akan bercerita sendiri padanya.

"Gue duluan, ya, Nay," pamit Rasya.

"Iya. Eh, pulang sama siapa?"

"Nggak tahu, nih. Mungkin naik taxi," jawab Rasya. Jika pulang bersama Pikar, itu tidak mungkin. Jangan tanya mengapa, karena kalian sudah tahu jawabannya.

"Duluan, Nay," pamit Rasya sekali lagi, dan langsung diangguki Nayfa.

"Hati-hati lo."

"Iya." Setelah mengatakan itu, Rasya segera melangkahkan kakinya keluar kelas. Tetapi, mendadak kedua kakinya berhenti tepat di ambang pintu. Karena suara seseorang yang saat ia kenal, memanggil namanya. Ia segera menoleh ke samping, dan mendapatkan Dino yang tengah berjalan ke arahnya.

Rasya berdecak dalam hati, mood-nya jadi bertambah hancur melihat wajah menyebalkan milik Dino. Semejak kejadian di depan rumahnya waktu itu, Rasya jadi tidak suka melihat Dino. Sebab baginya, Dino adalah salah satu penyebab hubungannya seperti ini dengan Pikar. Andai saja waktu itu Dino tidak berkata macam-macam pada Pikar, mungkin hubungan mereka akan cepat membaik, tidak seperti sekarang yang semakin hancur.

"Syukur deh lo belum pulang," tutur Dino sambil menstabilkan napasnya. "Pulang sama siapa, Ra? Sama gue aja, yuk!" ajak lelaki itu.

"Nggak deh, Din. Gue naik taxi aja," tolak Rasya.

"Kenapa? Mending sama gue aja, Ra."

"Nggak dulu, makasih."

Perubahan raut wajah Dino terlihat dengan jelas bahwa ia kecewa. Tetapi Rasya tidak peduli itu. "Lo masih marah sama gue, ya, Ra?"

PACARKU RATU FAKGIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang