BAGIAN 35

20 0 0
                                    

📍HAPPY READING FOR YOU📍

*****

"Udah dateng, Kar?"

Rasya keluar dari arah dapur dengan membawa beberapa cemilan untuk Lala, Rae dan Pikar. Ia melihat Pikar baru saja masuk dari pintu utama bersama Rae digendongannya.

"Udah."

Rasya semakin mendekat. Ia berjalan ke ruang tamu yang sudah ada Lala di sana tengah duduk di karpet bawah dengan tangan memegang cat krayon.

"Kak Pikar turuni Rae. Rae mau peluk Kak Rasya!" Sesuai permintaan, Pikar menurunkan Rae dan bocah kecil itu langsung berlari menuju Rasya.

"Kak Rasya, Rae kangen tahu!"

Rasya mengulas senyum, lalu melerai pelukannya pada Rae. "Oh, ya? Kak Rasya juga!"

Setelah Rae di antar pulang oleh om Laso, Pikar segera membawa adik bungsunya menuju rumah Rasya. Sesuai permintaan gadisnya.

Rae, bocah kecil itu menatap Lala yang juga sedang menatapnya. "Ini, kan, kakak-kakak yang ada di rumah sakit," ujar Rae mengingat ia pernah bertemu dengan Lala sebelumnya.

"Iya, Rae. Ini Kak Lala yang waktu itu kita jenguk di rumah sakit. Sekarang dia udah sembuh, jadi dia ada di sini." Rasya menjelaskannya.

"Nah, iya, Kak Lala. Rae lupa namanya."

Lala di tempat hanya diam memperhatian. Sedangkan Rae sudah berjalan mendekati Pikar. Ia berbisik di tengah kakaknya itu.

"Rae nggak suka kak Lala. Kenapa dia ada di sini, sih?"

Pikar hanya berdehem, memberi peringatan lewat mata agar Rae tidak boleh seperti itu.

Rae memanyunkan bibir, kesal.

"Rae, kenapa?" Rasya yang menyadari ada sesuatu, mendekati Rae.

"Nggak papa, Kak Rasya."

Sepertinya, Rae takut jika berbicara sejujurnya pada Rasya. Takut dengan Pikar, karena ia sudah diperingatkan seperti tadi.

"Ayo sini main bareng sama Kak Lala." Ia mengajak Rae untuk duduk di karpet bawah dan berhadapan dengan Lala.

Lala masih saja diam.

"Pikar, kamu masih mau berdiri terus di situ?" tanya Rasya ketika melihat pacarnya masih berdiri seperti patung yang memperhatikan mereka.

Pikar segera duduk di sofa. Ia menatap ke sekeliling.

"Dipta cuma anter Lala doang, nggak ikut mampir."

"Aku belum tanya."

"Iya tapi aku tahu kamu pasti cariin dia, kan?"

Pikar hanya mengangguk kecil.

"Kelihatan dari mata kamu."

Memang Rasya sudah memberitahunya bahwa Lala akan mengunjungi rumah ini, dan Pikar kira Dipta juga akan ikut berkunjung. Ternyata tidak. Pikar bersyukur akan hal itu.

"Tadi waktu dia antar Lala, aku langsung bilang kamu juga mau kemari sama Rae. Terus dia jadi kayak nggak enak gitu mau mampir juga. Aku bilang, nggak papa tapi dia tetep mau pergi aja. Alasannya mau ke tempar gim."

"Bagus." Pikar menanggapi singkat.

"Eh, Rae, Lala, kok cuma diem pandang-pandangan gitu, sih? Kenapa?" Rasya yang menyadari kedua bocil di depannya hanya diam seperti tengah beradu tatap langsung bertanya.

Rae dan Lala tampak seperti dua kubu yang saling bermusuhan.

Keduanya tidak menjawab.

"Rae." Satu kata yang meluncur dari mulut Pikar, berhasil memalingkan wajah Rae dari Lala.

PACARKU RATU FAKGIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang