BAGIAN 37

19 1 0
                                    

📍HAPPY READING FOR YOU📍

*****

Rasya mencari keberadaan Pikar, kekasihnya yang tadi bermain bulu tangkis bersama Praka dan Neo, kini tidak terlihat sosoknya. Hanya ada Praka dan Neo yang ia lihat tengah duduk di pinggir lapangan.

"Nggak ada Pikar, Sya, kita balik ke kelas aja, yuk."

Rasya tidak sendiri, tentunya ia bersama Nayfa.

"Bentar, gue mau samperi Praka dulu."

Nayfa mendesah berat. Dengan langkah berat, ia mengikuti Rasya dari belakang.

"Pra," panggil Rasya membuat sang empu langsung menoleh, begitupun Neo yang duduk di samping lelaki itu.

"Eh, Ra, kenapa?" tanya Praka, matanya melihat air mineral yang ada di tangan Rasya. "Waduh.... pas banget nih! Tau aja lo gue lagi kehausan, Ra."

Reflek, Rasya melihat air mineral yang ada di tangannya. Jujur, sebenarnya air itu untuk Pikar, tapi Praka...

"Oh, sorry, ini minumnya buat Pikar. Pacar gue di mana, ya?" Ada rasa tidak enak mengatakan seperti itu, tapi Rasya harus berkata jujur.

"Oh... gue kira untuk gue, hehe...." Praka menggaruk tengkuknya yang tak gatal, bersamaan dengan itu Neo menepuk kepalanya.

"Sadar! Mana mungkin Rasya tiba-tiba ngasih minum buat lo! Mimpi banget!"

"Ya, kan... siapa tahu! Tiba-tiba rejeki anak sholeh!"

Rasya tersenyum kikuk mendengar itu. "Sorry, ya...."

"Iya, Ra, santai aja nggak perlu minta maaf segala," kata Praka. "Oh, iya, tadi lo nanyain Pikar, ya?" Dengan cepat Rasya mengganggukkan kepalanya.

"Tadi dia sama Evlyn ke ruang guru, jumpai Bu Denti," beritahu Praka.

"Oh... ke ruang guru, ya? Kalau boleh tahu, mau ngapain, ya, Pra? Bahas olimpiade mereka?"

"Iya, Ra, bahas olimpiade. Gue denger dari Gibran, sih, gitu."

"Lama nggak, ya?"

"Kurang tahu, Ra. Barusan aja mereka ke sana."

Rasya tidak cemburu, tapi ia sedikit kecewa karena minuman yang ia beli berujung sia-sia. Ia melihat air mineralnya dengan lesuh. Meski tidak terlalu istimewa, namun ia sudah memiliki niat yang baik, bukan?

"Yaudah, deh, Pra, kalau gitu minumnya buat lo aja." Daripada mubazir, lebih baik Rasya memberikan air tersebut pada Praka. Toh katanya Praka juga haus tadi.

"Eh, enggak deh, Ra, kata lo tadi buat Pikar. Gue cuma bercanda kok tadi."

"Iya, awalnya. Tapi Pikar lagi ada urusan jadi mending buat lo aja. Nih!"

"Yaudah deh, Ra, kalau lo maksa." Praka menyengir kuda, tangannya meraih air mineral yang disodorkan oleh Rasya.

Lagi dan lagi, Neo menempeleng kepalanya.

"Napa, sih, Yo?!"

"Gini, nih! Punya temen nggak ada rasa malunya!"

"Lah, ngapain malu? Emang gue ngapain?"

Rasya yang sadar hanya memberikan pada Praka langsung bersuara, "Eh, sorry, Yo, gue cuma beli satu tadi."

Tapi, bukan itu maksud Neo.

"Nggak papa, Ra, nggak papa. Gue bisa beli sendiri, kok."

"Tadi awalnya gue suruh Nayfa buat beliin lo juga. Tapi dianya nggak mau," beritahu Rasya menunjuk Nayfa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PACARKU RATU FAKGIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang