After the Nightmare [1]

1.7K 239 7
                                    

Hampir tiga bulan berlalu sejak mimpi itu datang. Atau haruskah Laviona menyebutnya sebagai ... ingatan? Sebab itulah yang ia yakini. Tetapi selama hampir tiga bulan itulah, mimpi buruk tidak pernah berhenti mendatanginya setiap malam. Menyiksa Laviona dengan bayang-bayang kematian, darah, pembantaian, dan kegala kehancuran nan kelam itu.

Selama ini Laviona hanya diam. Puluhan hari dia tutup mulut tentang semua yang dirasanya janggal. Puluhan hari ia beradaptasi di dunia yang terasa baru ini. Puluhan kali juga Laviona berusaha mencari tahu apa yang terjadi secara tidak langsung.

Namun semua sia-sia. Seolah-olah memang begini adanya sejak dulu. Seolah-olah ini normal. Padahal Laviona yakin tidak.

Apanya yang normal, jika di ingatan semua orang, ayah Laviona, Emilius, adalah mendiang raja Nimlasyr yang meninggal beberapa tahun lalu karena sakit, dan ibu Laviona, Daphne, adalah mendiang ratu Nimlasyr yang meninggal setelah melahirkan Laviona.

Bahkan ibunya hanyalah manusia biasa, mungkin dengan sihir tapi tidak sehebat Dewi Pikiran. Tapi karena itulah, Malachy tidak memiliki kemampuan membaca pikiran di dunia ini, dan Laviona tidak bisa menggunakan sedikit pun sihir. Dia hanya menjadi putri payah yang menutupi segala kekurangannya dengan kecerdasan dan paras serta tata krama yang baik, hanya itu yang membuatnya dikenal hingga kerajaan lain, yang membuat orang-orang menerima keberadaannya.

Bahkan Malachy sendiri.

Setiap kali memikirkan kakaknya itu, Laviona tidak pernah mengerti, mengapa Malachy terasa begitu jauh dengannya, seperti orang asing. Mereka bahkan hanya benar-benar berinteraksi di acara atau kunjungan formal. Bahkan makan malam yang selalu dilakukan bersama hampir selalu selesai tanpa sepotong pembicaraan apa pun.

Itu membuat Laviona merasa sendiri.

Dia merasa bagai orang asing, entah itu bagi Malachy, atau bahkan Keyzaro.

Sudah lima kali keluarga Kerajaan Carolus berkunjung ke Nimlasyr. Pertunangan Laviona dan Pangeran Keyzaro bahkan sudah dipastikan akan dilangsungkan bulan depan. Tapi sampai pertemuan kelima itulah, Laviona tahu dengan benar, dirinya sama sekali tidak ada dalam ingatan lelaki itu.

Sejak awal, memang Laviona sudah menduga hal itu. Karena setiap kali netra biru cerah itu menatapnya, Laviona tidak melihat kehangatan itu. Tatapannya tidak seperti tatapan yang biasa Keyzaro tunjukan padanya. Laviona merasa hampa, kosong. Perlakuan lelaki itu sepenuhnya berubah. Caranya tersenyum bahkan tidak tampak setulus itu. Keyzaro jelas melakukan semuanya hanya untuk formalitas.

Dia terlalu kaku.

Bersikap selayaknya pangeran terhormat di hadapan Laviona, bukan selayaknya kekasih.

Yang Laviona lakukan sekarang hanyalah duduk memeluk lutut di atas kasur dengan tatapan kosong menerawang ke dinding kamar. Entah mengapa ia memiliki firasat bahwa hubungannya dengan Keyzaro yang sekarang ini tidak akan bertahan lama.

Di saat Laviona yakin bahwa tidak ada satu pun bagian dari ingatannya sekarang yang hanya merupakan mimpi, justru keyakinan itulah yang menyiksanya.

Apa yang terjadi benar-benar di luar nalar Laviona.

Jika benar semua itu hanya mimpi ... seharusnya sekarang Laviona ada di Kerajaan Kanelitte.

Seharusnya sekarang Kerajaan Carolus sudah hancur, Keyzaro sudah mati.

Nightmare [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang