2. The Queen

3.5K 651 7
                                    

"Sometimes the right path is not the easiest one."

(Grandmother Willow - Pocahontas)

__________

Laviona terbangun oleh suara debuman keras dari kejauhan. Dengan gerakan cepat Laviona keluar dari rumahnya. Matanya menatap ke arah Istana Kerajaan Carolus, tempat suara itu berasal.

Rasa takut dan cemas menjalar dalam dada Laviona. Menciptakan perasaan menakutkan yang memacu jantungnya untuk berdetak lebih cepat.

Tanpa mempedulikan apapun lagi, Laviona memacu lari menuju Istana Carolus. Membelah hutan bersama dengan perasaan takutnya yang membawa dirinya pada Istana Carolus.

Laviona bergeming. Istana Carolus bagai bangunan megah tak berkehidupan. Beberapa bagiannya hancur tak berbentuk.

Bayangan masa kecil Laviona kembali melintas. Bayangan saat ia harus kehilangan seluruh anggota keluarganya. Perasaan yang sama menakutkan itu kini kembali. Perasaannya yang mendorong air matanya keluar tanpa diminta.

Laviona berlari menerobos masuk ke dalam istana. Mencari-cari seseorang yang sedari tadi mengusik pikirannya. Keyzaro. Hanya Keyzaro yang ingin Laviona lihat. Namun selama apapun Laviona mencari, sosok laki-laki yang begitu ia cintai itu tidak terlihat. Hanya ada mayat-mayat yang mati dalam keadaan mengenaskan.

"Keyzaro!" Laviona memanggil. Terus memanggil walau Keyzaro tak kunjung menampakkan dirinya.

Laviona mulai putus asa. Langkahnya memelan seiring air matanya yang mengalir deras. Laviona menangis. Terisak hebat saat rasa takut akan kehilangan itu semakin menjadi.

"Key..." Laviona terduduk lemas. Merasa semua yang ia lakukan untuk menemukan Keyzaro adalah sia-sia.

"Inikah, Sang Ratu Kanelitte?"

Laviona mendongak saat sayup-sayup suara percakapan terdengar.

"Haruskah kita membunuhnya?"

"Tidak, tidak. Kumohon." Kali ini suara seorang wanita yang terdengar.

Laviona bangkit berdiri. Masih ada orang yang hidup di sini. Dan orang itu adalah Seorang Ratu dari Kerajaan Kanelitte. Laviona bergegas menuju asal suara. Jika tidak bisa menemukan Keyzaro, setidaknya kedatangannya ke sini jangan sampai sia-sia.

"Yang Mulia bilang jangan ada yang masih hidup. Ayo cepat. Bunuh saja dia dan kita bisa langsung pulang."

Laviona meraih sebuah pedang yang tergeletak di dekatnya. Ia semakin bergetar menahan rasa takut saat sudah terlihat di depannya punggung dua orang pria dan seorang wanita paruh baya yang tergeletak tak berdaya walau masih hidup.

TRANG!

BRAKHS!

Laviona diam dengan tubuh bergetar. Nafasnya memburu saat kesadaran menamparnya, bahwa ia baru saja membunuh dua orang pria. Laviona benci pembunuh dan saat ini dirinya sendiri masuk dalam daftar orang yang ia benci itu.

Pedang dalam genggamannya terjatuh, menimbulkan bunyi benturan besi yang nyaring memenuhi indra pendengaran.

Perlahan, Laviona menoleh pada seorang wanita yang meringkuk di sudut reruntuhan. Ia mendekat dan langsung ambruk di depan wanita yang sudah sekarat itu.

"Terima kasih," lirih wanita itu.

Laviona terlalu takut untuk menjawab. Rasa takut yang ia tujukan untuk dirinya sendiri. Karena saat ini, ia merasa tak jauh berbeda dengan orang-orang yang membantai keluarganya dulu ataupun orang-orang yang membantai seisi istana ini.

Nightmare [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang