36. Cronnicoles Eclipse

1.2K 249 2
                                    

"The moon is teaching you, darling.
Breathe through the eclipse."

—–Creig Crippen

__________

Ruangan itu gelap gulita. Sihir Laviona mengamuk berkali-kali membuat seisinya porak-poranda. Mayat-mayat bergelimpang di bawah dinding gua. Tak ada satu pun obor maupun pelita yang masih menyala. Semua telah hancur oleh sihir Laviona.

Keyzaro melonggarkan dekapannya. Di tengah kegelapan, dia mampu melihat raut tidak nyaman yang tergurat di wajah Laviona yang terpejam.

Meraih kembali Laviona dalam pelukannya, Keyzaro bengkit berdiri dengan perempuan itu dalam gendongannya. Dibawanya tubuh yang terkulai itu ke seonggok tumpukan kayu yang mulanya adalah ranjang.

Sebelah telapak tangannya terangkat sedikit, mengarah ke sana dan setiap patahan-patahan kayu itu bergerak membentuk kembali wujud aslinya.

Keyzaro melangkah mendekati ranjang, menunduk, kemudian dengan perlahan membaringkan tubuh Laviona di atasnya.

Keyzaro kembali berdiri tegak. Sepasang mata birunya menatap Laviona sebentar, kemudian mengelap sudut bibir yang mengelurkan darah. Satu tangannya terangkat lagi, kali ini membentuk medan sihir kuat yang melingkupi area sekitar perempuan itu.

Merasa cukup, Keyzaro beranjak menuju mulut gua yang tertimbun. Rupanya, pertarungan begitu hebat di luar sana, hingga tak ada seorang pun yang berusaha memasuki gua ini.

Kedua tangan Keyzaro terangkat, mengarah pada timbunan bebatuan besar di depannya. Dengan segenap tenaga, Keyzaro mendorong menggunakan sihir, menyingkirkan apapun yang menghalanginya keluar dari gua.

Bebatuan itu perlahan bergetar. Semakin lama, getaran itu semakin hebat. Hingga puncaknya, ledakan menghempas batu-batu besar itu keluar. Cahaya langsung menerobos masuk melewati sulur-sulur yang tidak lagi utuh.

Keyzaro melangkah keluar, kemudian tersenyum miris melihat betapa banyak orang-orang di pihaknya yang telah tumbang, tewas. Ia seperti merasakan bagaimana menyaksikan rakyatnya sendiri mati karena kegagalannya.

Keyzaro menggeleng sekali, kembali berbalik kemudian menggunakan sihirnya untuk menimbun kembali mulut gua dengan bebatuan. Tujuannya, agar tidak ada yang bisa menyentuh gadisnya di dalam sana. Alasan yang sama dengan medan sihir yang Keyzaro ciptakan tadi. Ia melakukan ini, karena ia tahu, Laviona sudah cukup kuat untuk menerobos batuan yang memblokir akses keluar masuk gua.

Namuan ketika Keyzaro mendongak, ia mengernyit dalam melihat matahari di atas sana bersama bulatan hitam yang menutupi sebagian kecilnya.

Keyzaro langsung menoleh ke sekitar. Begitu mendapati keberadaan Moneto yang bertarung dengan cukup banyak bantuan di sekelilingnya---karena fisiknya yang telah melemah dimakan usia---ia langsung menghampiri pria tua itu.

"Apa yang terjadi?" tanya Keyzaro tergesa. Tindakannya memasuki daerah pertarungan membuatnya harus ikut melawan orang-orang yang menyerang.

Moneto menoleh ke arahnya dan terkejut. "Pangeran? Mengapa tidak muncul sedari tadi?"

Keyzaro berdecak, merasa tidak punya waktu meladeni pertanyaan seperti itu. Tapi dia tetap menjawab.

"Laviona hilang kendali, hampir menyerang semua orang. Dan aku kesulitan menenangkannya. Tapi---" Keyzaro menjeda ucapannya kala mendapati sebuah serangan mengarah pada Moneto dan dirinya. Gerakan refleks yang sempurna membuat Keyzaro mampu menangkis serangan itu. "Sudah kutangani, tenang saja."

"Tuan Putri kenapa?" Nada bicara Moneto berubah khawatir. Namun seperti yang lainnya, ia bicara sambil melawan musuh-musuh yang menyerang.

"Ceritanya panjang," jawab Keyzaro cepat. Bertepatan dengan itu, ia meledakkan sihirnya pada lawan yang bergerombol. Berkali-kali hingga mereka tumbang satu per satu. "Jawab saja apa yang terjadi, Moneto. Kau tahu sesuatu?"

Nightmare [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang