"Tuan Putri, Yang Mulia meminta Anda datang ke ruang makan utama makan malam nanti."
Laviona mendongak mengalihkan tatapan dari buku yang ia baca, menatap seorang pelayan wanita yang baru saja masuk ke kamarnya.
"Ya, aku akan datang."
***
"Kalian semua tinggalkan ruangan ini."
Malachy berucap tepat ketika Laviona menyuap potongan terakhir daging di piringnya. Boleh dikatakan, makan malam baru saja selesai.
Para pelayan dan pengawal istana yang menjaga di setiap sisi ruang makan utama pun segera melangkah menuju pintu. Mereka keluar tanpa berkata-kata.
Laviona meneguk minumannya, kemudian mengelap sudut bibirnya menggunakan serbet. Ditatapnya Malachy yang sejak awal kedatangan Laviona di ruang makan utama ini hampir tidak pernah bicara maupun melihat ke arahnya.
"Lenox, Ralos, kalian juga. Tunggulah di depan pintu sampai kami selesai," Malachy berucap lagi pada pengawal pribadinya dan Laviona.
"Baik, Yang Mulia."
Lenox melangkah ke sebelah Laviona yang tengah duduk, membungkuk sedikit sekaligus memberi hormat sekilas.
"Permisi, Tuan Putri. Saya menunggu di luar," ucapnya yang memang selalu pamit sebelum berpisah dengan Laviona. Lenox kemudian memandang Malachy. Kali ini menunduk sedikit lebih dalam. "Yang Mulia."
Malachy tidak menggubris, hanya melirik sekilas sebelum kemudian tatapannya jatuh pada Laviona yang kini memandang kepergian Lenox beserta Ralos.
"Kau sehat-sehat saja ternyata." Malachy berbicara, membuat Laviona menoleh menatapnya. "Padahal kupikir kau sudah berubah."
Laviona memiringkan sedikit kepalanya seraya mengernyit. "Aku tidak mengerti," ucapnya.
Malachy mendengus samar. "Berapa banyak kebohongan lagi yang ingin kau buat untuk mengelabuhi semua orang?"
"Kebohongan?"
"Kau mengurung diri di kamar empat hari lamanya. Menunjukkan seolah-olah kau menangisi batalnya pertunanganmu hingga sakit."
Laviona tersentak. Memandang wajah kakak laki-lakinya itu penuh ketidakpercayaan. "Bagaimana mungkin kau berpikir begitu?"
"Setelah banyaknya pinangan yang kau tolak, kau pikir aku percaya kau menerima lamaran Pangeran Keyzaro begitu saja?" balas Malachy tajam. "Sejak awal aku tidak bisa mempercayainya. Dan terbukti, kau membatalkan pertunangan itu setelah harinya dekat."
"Tidak pernah terpikir olehku untuk membatalkan pertunangan itu sekali pun." Laviona menatap heran sekaligus tersinggung pada Malachy yang menuduhnya. "Apa yang terjadi bukan keinginanku semata."
"Mudah bagimu bicara." Malachy menghembus nafas. "Tapi aku mengawasi perilakumu sepanjang waktu. Kau lupa yang di depanmu ini adalah kakak kandungmu."
"Yang hampir tidak peduli dan tidak bisa mempercayai adiknya sedikit pun," Laviona menambahi cepat.
"Viona!" Nada bicara Malachy meninggi. "Jaga bicaramu."
"Bagaimana aku bisa? Kau yang bahkan tidak percaya apa yang kukatakan."
"Itu karena, semua pelayan yang kukirim mengatakan kau tidak sakit apapun!" sahut Malachy cepat. "Kau hanya tidak tidur semalaman, tidak makan. Kau tahu apa? Sejak empat hari lalu, aku berhenti mempercayaimu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare [Completed]
Fantasy[Fantasy-Romance-Familyhood] (Not a Horror Story) ||Follow sebelum membaca ya, guys. Terima kasih^_^|| __________ Laviona hanyalah gadis desa yang melarikan diri ke sebuah hutan saat seisi rumahnya dibantai habis. Ia hanyalah gadis lemah yang bertem...