“You don’t have time to be timid. You must be bold and daring!”
(Lumiere - Beauty And The Beast)
__________
Ralos menatap istana di hadapannya dalam diam. Ia begitu yakin, tanpa setitik keraguan pun. Ia merasa dirinya di sini bukan hanya karena kehormatan yang dibawanya dari setiap orang yang mengandalkannya. Ralos tidak peduli meski semua orang menganggap remeh tugas berbahayanya ini. Yang ingin Ralos lakukan hanyalah mengabdikan diri sepenuhnya pada Pangeran Malachy, orang yang telah membuatnya hidup hingga sekarang. Ralos bukan hanya membalas budi, karena di dalam kepalanya semata-mata adalah untuk menyelamatkan dunia, tanpa peduli jika nyawanya dapat menghilang sewaktu-waktu.
"Aku ingin menemui raja," Ralos berkata dengan tatapan dan nada bicara yang begitu tenang pada penjaga gerbang istana Nimlasyr.
Ada sekitar lima atau lebih penjaga yang berdiri di depan gerbang yang berukuran besar. Belum dihitung orang-orang yang menjaga di atas tembok besar yang mengelilingi istana ini. Jadi sedikit salah langkah, maka nyawanya terancam dari berbagai arah.
"Siapa kau? Raja tidak ada mengatakan akan ada yang menemuinya," salah seorang dari penjaga itu menjawab.
"Mata-mata yang diutus raja." Ralos menatap penjaga itu lurus-lurus. Bicaranya tanpa ragu membuat semua yang mendengar memasang raut terkejut. Mereka saling perpandangan satu sama lain dan Ralos kembali berucap, "Aku memata-matai kelompok Pangeran Malachy untuk Yang Mulia Raja."
***
"Siapa dan apa urusanmu ke mari?"
Ralos yang tengah membungkuk mendongak. "Tidakkah Yang Mulia ingat? Yang Mulia meminta saya untuk memata-matai Pangeran Malachy."
"Kapan?" Emilius mengernyit. "Apa kau tengah berupaya menipuku?"
"Tidak, Yang Mulia." Ralos menggeleng samar. Ia kemudian mendongak. "Ketika di Kerajaan Zebulun, Yang Mulia mengutus saya untuk berpura-pura menjadi salah satu penghuni istana Zebulun yang bersembunyi karena Yang Mulia tahu, Pangeran Malachy akan membiarkan mereka yang bersembunyi hidup meski mengetahui keberadaannya lalu menjadikan mereka pengikutnya," jelas Ralos.
Emilius semakin tampak kebingungan. "Kapan aku memintamu melakukannya? Dan apa maksudmu tentang Malachy yang mengetahui keberadaan orang-orang yang bersembunyi dan membiarkan mereka hidup untuk menjadikan mereka pengikutnya? Maksudmu Malachy memiliki kemampuan sihir mendeteksi keberadaan orang-orang di sekitarnya?"
Ralos terdiam sejenak. "Benar. Saya pikir Yang Mulia sudah tahu," jawabnya. Namun kemudian Ralos menampilkan raut wajah seolah teringat sesuatu. "Pangeran Malachy pasti menghapus ingatan Yang Mulia tentang itu. Beruntung Yang Mulia telah lebih dulu mengutus saya untuk memata-matainya."
Emilius tidak ingin percaya. Tapi mengingat sikap tertutup Malachy yang selama ini ia tunjukan padanya, Emilius tak mampu memungkiri bahwa ia juga sempat berpikiran bahwa putra sulungnya itu menyembunyikan banyak hal. Termasuk hal-hal yang merugikan Emilius sendiri.
"Jadi, selama ini kau bersama Malachy?" Emilius bertanya dengan tangan terkepal. Pandangannya lurus ke depan, memendam emosi pada Malachy yang tentu tak mungkin ia lampiaskan pada Ralos.
"Benar, Yang Mulia."
"Lalu?" Emilius sontak bangkit berdiri. Ia melangkah mendekati Ralos dengan penuh keingintahuan. "Di mana dia? Di mana kalian selama ini? Apa Viona ada bersama kalian?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare [Completed]
Fantasy[Fantasy-Romance-Familyhood] (Not a Horror Story) ||Follow sebelum membaca ya, guys. Terima kasih^_^|| __________ Laviona hanyalah gadis desa yang melarikan diri ke sebuah hutan saat seisi rumahnya dibantai habis. Ia hanyalah gadis lemah yang bertem...