48- Titik Terendah

700 53 7
                                    

Hello, i'm come back!!!

Udah double up gini awas, yah vote dan commentnya cuman seuprit.

~Selamat Membaca~

~Selamat Membaca~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

♔♔♔

"Semuanya...?" William terkejut bukan main mendengar hal tersebut dari Alvin.

"Ehm... Awak media juga tengah berlomba-lomba mencari tahu informasi sebenarnya. Polisi juga udah menyegel bangunan itu buat diselidiki lebih lanjut. DevilVel, sudah nggak ada lagi," ucapnya seraya mengendarai mobil.

William benar-benar tak percaya "Lalu... Kak Lona, keadaannya gimana sekarang?" tanya ia khawatir.

Alvin memberhentikan mobil karena lampu merah "Dia nggak papa," ujarnya sambil meremas kemudi. "Lona di rumah dengan kak Isa, Ohiya kak Isabelle tengah hamil. Nathan juga sebentar lagi bakal pulang lo nggak perlu khawatir" Alvin tersenyum padanya namun William adalah cowok yang perasa, ia tahu betul bagaimana perasaan pria itu sekarang. Karena tidak ada yang namanya baik-baik saja untuk seseorang yang baru saja kehilangan orang terdekatnya.

"Begitu, yah?" katanya bermimik sendu. "Kak Lona...."

♔♔♔

Hari ini tidaklah begitu baik. Langit sedari pagi tak memancarkan mentari, hanya ada mendung di sana-sini. Berwarna kelam seperti tak ada kehidupan di dalam sama sekali.

Wilona memeluk lututnya kencang di kala benaknya menghadirkan ingatan itu kembali.

Flashback on....

PLAK!!

"Enyah lo dari sini!!" pekik Anjani dengan tangis, semua peziarah lain seketika mengalihkan pandangannya pada mereka berdua.

"Beraninya lo datang setelah bunuh kakak gue?! Masih punya muka lo setelah jadiin sahabat dan abang gue sebagai tumbal buat lo hidup, hah?!" ujarnya dengan penuh benci.

Wilona tidak mengerti dengan apa yang Anjani ucapkan "Maksud lo apa, Jan...?"

Anjani tertawa hambar "Nggak usah sok mendramatisir. Lo jelas-jelas udah jadiin mereka korban agar lo tetap hidup! Itu yang bokap gue bilang. Liat buktinya? Lo bahkan nggak ada luka gores sedikitpun Wilona!"

Seluruh atensi mata yang ada di sana melihat ke arah Wilona. Mereka mulai memandangi gadis itu dengan berbagai mimik wajah.

"Pembunuh!" teriak salah satu wali.

"Jadi dia satu-satunya yang hidup?" gumam wali itu tersenyum hambar tak percaya.

"Benar, Mahesa bilang dia pergi ke sana karena dipanggil ketuanya, Mas.... Gadis itu yang telah memanggilnya...!" tunjuk wanita paruh baya itu yang kemudian menangis histeris.

The Leader [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang