12- Pembuktian

2.2K 158 11
                                    

~Selamat Membaca~

~Selamat Membaca~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

♔♔♔

Pria, dengan mata yang masih terbuka dan tubuh terkoyak itu diinjak-injak oleh dia seperti seekor kecoa yang pecah tubuhnya.

"Justin ayooo! Nanti gue tinggal lhoo!" panggil gadis berkacamata dengan pose berkacak pinggang sembari menyandarkan sebilah golok dipundaknya.

"Bentar! Anying.., ngapa susah banget sih?!" gerutunya sembari menarik rahang bawahnya paksa.

"Arghh! Woah, akhirnya patah! Gimana, bagus 'kan?!" Justin menunjukkan pria berlumur darah dengan mulut menganga itu padanya dengan bangga, bak seperti baru saja membuat suatu maha karya yang indah.

"Widihh... Seram..! Haha! Justin, lo ternyata pandai ngelawak juga," tawanya bersenda gurau.

"Mana ada, gue hanya menikmati hobi gue, kok," sahut Justin berdiri.

"Dasar gila, sip! Tugas dah selesai waktunya pulang."

"Elah cepet banget?! Knife tunggu!" serunya menyusul.

"Lo dah lama di sini 'kan? Bisa bantu gue?" tanyanya sedikit menunduk, habis Knife tak begitu tinggi, bahkan mungkin tinggian Serena.

"Tentulah, kan gue lahir di sini. Andai gue lahir di tempat yang gak busuk, kumuh, dan kagak mendung kek gini. Mungkin gue bisa tinggi dikit biar nggak dikatain mulu ama Artemis tiang listrik itu...! Ahhh sudahlah! Emang ngapa?"

"Lo tau makanan paling enak disini? Jangan yang pedes, tapi yang manis-manis. Ada nggak?"

"Heeee kagak biasanya, buat siapa, pacar lo?!" tanyanya melirik dan tersenyum smirk.

"Bukan, tapi Zoe," ungkap Justin yang sebenarnya telah ditebak oleh Knife.

"Alah, Zoe rupanya, pantesan. Nee Justin, apa lo yakin nggak ada perasaan sama dia? Tiati entar cinlok loh," godanya menjahili.

"Kagak, mana ada. Zoe itu menyenangkan, baik, gue suka ajah main ama dia. Pokoknya dia keluarga gue yang berharga! Yah, sama kayak lo," ujarnya mengukir senyum.

Knife turut tersenyum mendengar penuturan dari Justin, karena dia juga telah menduga pasti bahwa ia akan berkata begitu. Jujur cewek itu iri, coba saja dia punya persahabatan serasi seperti mereka, andaikan dia bisa mendapat teman yang tak memandang kekurangan dan menerima apa adanya seperti seorang Zoe.

"Ngomong-ngomong lo kapan balik lagi ke Jakarta? Kagak rindu apa?"

"Hehe entahlah... Mungkin setelah tempat ini bersih dari tikus, kalo dah kinclong entar gue balik, deh. Oh yah, kabar temen-temen gimana? Kapten?"

"Wooo pada hidup! Eh lo tau, kemarin-kemarin Lukas kena hukum ama Lona. Bhaha! Ngakak banget. Habis tuh Romeo belakangan ini baik banget tau! Dia ada neraktir gue, sama anak-anak yang lain. Mungkin kesambet maung kali, yah? Lalu-lalu..."

The Leader [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang