4. Misi Pertama

450 109 18
                                    

"Hei anak buahku," panggil Minhee yang baru saja datang dari aula.

"Gimana, Hee? Tadi ngapain aja?" sambut Isa.

"Sebenernya gue males jelasin tapi yaudah daripada kalian planga-plongo." Minhee bergabung di lingkaran kecil dan menjelaskan peraturan permainannya juga misi pertama mereka.

"Ngerti gak padaan?" tanya Minhee memastikan. Mereka semua memberi respon yang sama, mengangguk dan berkata, "iya, ngerti."

"Curi HP mereka aja, apalagi Wonyoung. HP dia mahal," usul Yoon.

"Hp kan dikumpulin, Yoon," balas Isa. Yoon menepuk jidatnya begitu sadar akan kesalahannya. "Jam tangan Jay juga mahal tuh, ambil aja," usul Isa.

"Hmm boleh, gimana cara ambilnya tapi? Dia gak mungkin ngasih gitu aja kan?" ujar Minhee.

Isa mulai menyusun strategi yang menurutnya mudah untuk dijalankan. "Kalian nanti deketin anggota lain aja, trus pura-pura kalian mau ngambil sesuatu dari mereka. Nah nanti aku deketin Jay, bilangnya mau sama dia aja. Nah pas dia lengah aku ambil deh," jelas Isa diakhiri dengan senyum puas.

Minhee menganggukkan kepalanya setelah mendengarkan rencana Isa. "Mantep juga strategi lo, oke deh. Yang lain setuju gak?" tanya Minhee.

"Setujuu!" balas Yujin begitu juga dengan yang lain. Kini yang harus mereka lakukan sekarang adalah menunggu instruksi selanjutnya.

Di sisi lain Tim Merah juga sedang mendiskusikan barang apa yang mau mereka curi dari Tim Biru. Kali ini mereka tidak terlalu ribut seperti saat memilih leader untuk tim mereka

"Eh bentar, kita list dulu barang apa yang mahal di sini. Biar nanti gak keambil," kata Yuna lalu meraih buku cacatan dan alat tulisnya.

"Jam Jay mahal nih, bisa beli satu unit perumahan," ujar Jake sambil menarik lengan Jay.

"Oke, Kak Jay jagain jamnya yang bener ya. Trus apalagi yang mahal di sini? Sebenernya HP paling mahal gak sih? Tapi HP kan udah dikumpulin jadi aman," ujar Yuna. Untuk saat ini Yuna sangat terlihat seperti seorang pemimpin. Mungkin keputusannya menjadi leader tidak seburuk yang lain kira.

"Jepit rambut lo tuh, mahal gak?" tanya Taeyoung kepada adik kelas yang duduk di sebelahnya, Jihan.

"Ini murah kak, cuma 50.000," jawab Jihan.

Taeyoung menatap Jihan terkesiap. "Buset gue kira cuma 10.000," balas Taeyoung. Padahal ia hanya iseng bertanya karena ia berpikir jepit rambut tersebut tidak begitu mahal. Ternyata harganya lima kali lipat dari yang ia kira.

"Kayaknya yang paling mahal jam tangan Jay doang," kata Taeyoung.

"Jay Jey Jay Jey, pake kak. Lo adek kelas gue," omel Jay ketus. Taeyoung hanya memutar bola matanya malas. Untuk apa memanggilnya dengan 'kak'? Toh mereka hanya beda setahun, pikirnya.

"Baju gue juga mahal sih lumayan, tapi kan gak mungkin mereka ngambil baju gue," timbrung Wonyoung yang sedang memakai sweater berwarna abu-abu yang ia beli saat pergi berlibur ke Eropa tiga bulan yang lalu.

"Yaudah sekarang kita tentuin mau ambil apa dari Tim Biru. Menurut kalian apa yang mahal dari mereka?" tanya Yuna.

Mereka berpikir sebentar. "Tas adek gue mahal tuh," kata Jake.

"Brarti Kak Jake gue tugasin buat ambil tasnya ya," perintah Yuna.

"Eh jangan gue, dia pasti curiga duluan kalo gue deketin tas dia. Mending yang perempuan aja biar gak keliatan mecurigakan," balas Jake.

"Kalo gitu gue aja sama Jihan." Wonyoung mengajukan diri sambil merangkul Jihan.

"Oh oke bagus, yaudah sih gini aja, 'kan? Tinggal nunggu kak speaker nyuruh mulai," ujar Yuna lalu menutup buku catatannya.

ÉvasionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang