To Another Dimensions

470 89 12
                                    

Elios memandangi pergelangan tangannya tiada henti setelah ia terbangun dari tidurnya. Ia meneliti huruf per huruf yang sengaja ia tulis semalam sebelum ia pergi tidur.

Évasion. Di pergelangan tangannya ia tulis kata asing itu. Sebuah trend di kalangan anak muda masa kini menarik perhatiannya dan memilih untuk mencobanya. Beberapa orang berkata jika kita menulis kata "Évasion" di pergelangan tangan maka kita akan dibawa ke dunia lain dan menjalankan misi yang diberikan.

Elios berhasil menjalankan misinya dan bisa terbangun dari tidurnya. Di dalam mimpi ia memiliki teman dan saling bekerjasama. Wajah mereka tidak asing tetapi nama mereka berubah. Elios baru menyadarinya setelah terbangun dari tidurnya.

"Park Sunghoon," gumam Elios masih dengan mata yang memandangi pergelangan tangannya. Lantas ia menghela napas dan beranjak dari kasur. Mungkin ia bisa mendapatkan jawaban lebih jelas saat ia berada di sekolah, lebih tepatnya SMA Belamour, tempat di mana ia bersekolah, bukan Ragair Academy seperti yang ada di mimpinya.

Disaat ia berjalan menyusuri lorong, matanya bertemu dengan teman seangkatannya, Radi dan Gara. Elios tidak begitu dekat dengan banyak orang di sekolahnya, ia tidak pandai bergaul. Tapi entah kenapa saat ia melihat dua orang yang berpapasan dengannya, ia merasa memiliki ikatan yang kuat dengan mereka.

"Park Sunghoon! Dia Park Sunghoon!" seru lelaki bernama Gara sambil menunjuk wajah Elios.

"Gue?" tanya Elios ragu. Mendengar nama yang Gara sebutkan membuatnya teringat dengan mimpinya.

"Iya! Lo Park Sunghoon, 'kan? Gue Jake Shim, dia Jay Park. Lo ... lo pasti nyoba main Évasion juga, kan?" tanya Gara dengan intonasi meninggi.

Perlahan Elios mengangguk. "Jadi kita ketemu di mimpi?" tanyanya.

"I think so," ujar Radi. Ia tidak percaya kalau di dalam mimpi ia bisa dekat dengan lelaki paling pendiam di kelasnya. "Kalian inget cewek gue yang namanya Isa?" tanyanya.

Elios dan Gara kompak mengangguk. "Inget, tapi dia kan ...," Gara menggantung kalimatnya.

"Isa itu Aisy?" tanya Elios.

Radi menjentikkan jarinya. "Iya. Pulang nanti gue mau nyamperin rumah dia. Kalian tau kan apa yang bakal kejadian kalo kita gagal jalanin misi?"

Jika mereka tidak bisa menyelesaikan misi yang diberikan mereka akan terjebak dalam mimpi selamanya, dalam kata lain mereka yang gagal menyelesaikan misi akan tertidur selamanya.

Elios menoleh ke arah Gara. "Adek lo gimana?" tanyanya. Mengingat seorang perempuan yang bernama Jayoon juga gagal menjalankan misinya.

"Emang sih di mimpi gue punya adek ... tapi di sini gue gak punya adek anjir," ujar Gara heran. Bahkan ia sampai menanyakan apakah ia benar-benar memiliki adik kepada orangtuanya. Tapi orangtuanya malah memarahinya karena menanyakan hal yang tidak masuk akal.

"Kalian!" Pekikan seorang perempuan yang nyaring mengalihkan perhatian tiga lelaki itu. Mereka mendapati beberapa orang berlari menghampiri mereka. "Kalian ... kalian tau Évasion?" tanya perempuan itu.

Tiga lelaki di hadapannya mengangguk kompak. "Tau, ini lagi ngomongin. Soalnya kayaknya kita ketemu di mimpi," ujar Gara. Ia memandangi adik kelasnya yang tampak tidak asing. "Lo ... lo nyoba ikut trend Évasion juga?" tebaknya dengan mata melebar.

Elios pun ikut menerka siapa perempuan itu. "Yujin?" tebaknya ragu.

"Bener! Gue Yujin," ujar perempuan dengan nametag 'Rhegina' di bagian kanan dadanya. "Kalian inget Yuna?" tanya perempuan itu lagi.

Gara mengangguk. "Inget banget gue, kalian temen deket yang sempet tektokan itu, 'kan?" tebaknya.

"Gue udah nelpon Ralinne berkali-kali tapi dia gak ngangkat. Gue takut dia beneran kejebak di mimpi," ujar Egi panik. Ralinne atau biasa dipanggil dengan nama Yuna saat di alam mimpi adalah teman dekat Egi. Mereka berdua sepakat untuk mengikuti tren ini tanpa memikirkan kalau salah satu dari mereka akan gagal.

ÉvasionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang