8. Raja

392 97 28
                                    

"Pemenang misi kali ini adalah Tim Merah, Selamat. Kalian mendapatkan poin plus. Para anggota silakan kembali ke markas masing-masing dan leader tim tetap di aula."

"Diem, bangsat! Adek gue jadi gini gara-gara lo!" seru Jake kepada seseorang di balik speaker itu.

"Jake ... gimana kalo bawa Yoon ke UKS aja?" usul Isa. Sama seperti Jake, perempuan itu tidak merasa kalau Yoon benar-benar sudah tiada. Mungkin saja perempuan itu hanya pingsan.

Saat itu juga Jake menggendong tubuh sang adik yang tak berdaya dan berjalan menuju UKS. Ia sangat yakin adiknya hanya tak sadarkan diri untuk sementara, pasti Yoon akan kembali sadar setelah beberapa saat.

Ia mengambil kain dan membasahinya menggunakan air yang ada di dispenser. Dengan perlahan ia membersihkan area bibir sang adik yang penuh darah, juga pakaiannya yang terdapat noda merah.

"Gue yakin lo masih ada di sini. Kita pasti keluar bareng-bareng dan ketemu mama papa," ucap Jake sebelum meninggalkan Yoon yang terbaring di ranjang UKS.

Saat Jake menghampiri teman-temannya yang lain, ia bisa melihat mata sembab mereka. Sama seperti Jake yang baru saja menghapus air matanya saat berjalan tadi. Tidak ada yang berani membuka suara khawatir perkataan mereka menyakiti hati lelaki itu.

"Gue gapapa. Kita lanjut aja," ujarnya seolah-olah mengerti kalau teman-temannya khawatir. "Jihan, jangan nangis. Yoon masih ada, tenang aja," lanjutnya dengan intonasi yang dingin.

Wonyoung menepuk-nepuk pundak Jihan pelan, lambat laun perempuan itu berhenti menitikkan air matanya. Ia tidak ingin membuat Jake selaku kakaknya Yoon terbawa suasana yang sedih.

Jake duduk di samping Jay, menundukkan kepalanya. Pikirannya berkecamuk, ia tidak bisa fokus meneruskan permainan ini. Yang ada di kepalanya hanya bayang-bayang adiknya yang terbaring lemas di kasur UKS.

Derap langkah yang terburu-buru mencuri perhatian mereka semua. Dari arah lorong terlihat Yuna dan Minhee berlari kencang. Semuanya kompak bertanya dalam hatinya apa yang terjadi di aula tadi.

"Guys! Cepet tentuin satu orang buat jadi raja!" seru Yuna dengan napas yang tersengal karena habis berlari dari aula ke kantin.

"Cepet tentuin raja di tim kita," perintah Minhee kepada anggota timnya. "Jangan banyak nanya, gue juga gak tau misinya apa," lanjutnya karena ia tahu pasti anggotanya akan menanyakan apa misi kali ini.

"Gue deh," kata Sunghoon. Tanpa berlama-lama ketua Tim Biru berlari kembali ke aula.

"Yaudah lo aja lah, Yun! biar cepet," ujar Taeyoung.

"Oke!" Yuna menyusul Minhee yang berlari di depannya dengan berlari secepat kilat membuat yang lainnya bingung bukan main. Apa yang membuat mereka terburu-buru seperti itu? Apakah misi kali ini batas waktunya lebih sedikit?

Tentu saja para leader sangat terburu-buru. Mereka hanya diberikan waktu selama satu menit untuk menentukan raja di tim mereka. Kalau mereka terlambat, raja akan dipilih secara acak. Bahkan mereka tidak tahu untuk apa menentukan raja seperti ini.

"Ikutin yok?" ajak Taeyoung. Tanpa menjawab, mereka semua setuju untuk pergi ke aula bersama. Mereka hanya bisa mengintip lewat jendela aula.

"Di misi kali ini kalian harus menangkap raja dari tim lawan. Tak hanya itu, kalian harus mengambil darah mereka hingga gelas kecil yang di atas meja terisi penuh."

Mereka semua tercengang sampai tidak bisa berkata-kata. Apa-apaan ini? Tidak bisakah mereka menjalankan misi yang normal tanpa melukai orang lain?

"Setiap anggota harus menjaga rajanya masing-masing, jangan sampai tim lawan mengetahui siapa raja kalian dan menangkapnya."

"Shit. Tau gitu gue gak teriak tadi," gumam Taeyoung. Pasti Tim Biru sudah mengetahui siapa raja di Tim Merah, pikirnya. Semoga saja mereka terlalu sibuk dengan timnya sendiri sampai tidak memperhatikan sekitar.

"Saya beri waktu 3 menit untuk kalian mencari tempat persembunyian masing-masing."

"Wait, wait guys! Kayaknya kita gak perlu beneran main tangkep-tangkepan gini," ujar Taeyoung. Seluruh orang di sana menoleh ke arahnya, menunggu lelaki itu menjelaskan maksud dari perkataannya tadi.

"Gimana caranya?" tanya Jay.

"Raja kita pasti ada yang cewek, 'kan? Jadi gak mungkin lah kita tega lukain dia. Gimana kalo yang cowok aja sumbangin darah kita?" usulnya.

"Ok, ambil aja darah gue," ucap Haruto tanpa ragu sedikitpun. Lelaki itu menggulung lengan bajunya dan mengarahkannya ke teman-temannya.

"Beneran gapapa?" tanya Minhee.

"Gue udah biasa, cepet pake apa kek. Cutter atau apa gitu," desak Haruto. Saat itu juga Tim Biru mencari benda tajam untuk mengambil darah Haruto.

"Kalo gitu gue aja yang sumbangin darahnya," ujar Jay kepada teman setimnya.

"Oke, makasih ya, Kak," ucap Yuna. Ia benar-benar bersyukur teman-temannya peduli kepadanya. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana rasa sakitnya kalau dirinya dijadikan korban untuk diambil darahnya.

Taeyoung mengambil cutter di kelasnya lalu ia memberikannya kepada Jay. "Nih, doa dulu."

Jay menerimanya lalu perlahan lelaki itu mulai menyeret ujung cutternya ke kulitnya, saat itu juga darah mulai menetes. Yuna menempelkan gelas kecilnya ke tangan Jay agar darahnya tidak ada yang terbuang sia-sia.

"Anjir ngilu," gumam Wonyoung. Perempuan itu mengintip ke Tim Biru, penasaran siapa yang berkorban untuk memberikan darahnya. Saat matanya menangkap sang kekasih dengan lengan yang sudah terluka, perempuan itu berjalan menghampirinya.

"Babe! Ya ampun ... gak sakit? Kenapa malah kamu yang ngajuin diri sih?" tanya Wonyoung khawatir.

"Suka-suka dia lah, udah sana lo balik ke tim lo sendiri," usir Minhee dengan nada ketus. Wonyoung tidak mengindahkan perkataannya, perempuan itu masih setia di samping sang kekasih.

"Gapapa, kok. Udah kamu balik aja, jangan liat ke sini," balas Haruto dengan senyum tipis yang jarang ditunjukkan. Akhirnya Wonyoung kembali berkumpul dengan timnya walaupun sebenarnya ia masih khawatir melihat tangan Haruto yang terluka.

"Udah keisi nih punya kita. Yun, kasih sana." Taeyoung mengulurkan gelas kecil yang berisi darah milik Jay. Yuna berjalan menuju aula lalu menuangkan darah tersebut ke suatu alat yang sudah disediakan sejak awal untuk misi mereka kali ini.

"Darah tidak sesuai dengan raja yang sebenarnya. Silakan coba lagi."

○●

○●

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ÉvasionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang