6. Peluru

415 105 13
                                    

"Terus kita ngapain sekarang?" tanya Taeyoung.

"Gak tau," balas Yuna. Setelah kedua tim menyelesaikan misinya, tidak ada instruksi apa-apa dari sang speaker. Hanya instruksi untuk menaruh kembali ponsel mereka di aula.

"Apa ini misi terakhir? Jadi kita bisa bebas?" tebak Jake yang mengundang atensi dari teman sekelompoknya yang lain. Semoga saja apa yang Jake katakan benar adanya.

"Enak saja, tidak semudah itu."

"Bikin kaget aja tiba-tiba nimbrung," gerutu Jake sambil mengelus dadanya.

"Tunggu sampai jam 9 malam, yang rumornya paling ramai akan menjadi pemenangnya."

Kompak semuanya mengunjukkan rasa tidak terima. Menjalankan tiga misi yang tidak masuk akal sudah membuat mereka kelelahan, apalagi harus menunggu sampai jam 9 malam.

"Hah jam 9? Kita kapan pulangnya dong?" keluh Jay. Ia tidak mau bermalam di sekolah hanya untuk bermain game tidak jelas seperti ini.

"Mana gue laper lagi," tambah Yuna.

"Makan dulu aja yuk ah, ajak tim sono juga sekalian," perintah Jay. Akhirnya mereka keluar dari ruang musik lalu menghampiri markas Tim Biru yang berlokasi di pantry.

"Hai Tim Biru, kalian laper gak? Makan yuk," ajak Yuna dari ujung pintu.

"Ayoo!" Yujin pun beranjak dari duduknya lalu menghampiri Yuna. Yang lain juga mengikutinya.

"Tapi makan apa?" tanya Isa. Mengingat tidak ada dari mereka yang membawa makanan.

"Makanan kantin, sebatas roti atau cemilan pasti ada lah. Lumayan ganjel perut," balas Yuna.

Mereka semua pun berjalan menuju kantin, mengambil makanan yang berada di rak dan minuman yang berada di kulkasnya. Untung tidak ada bibi kantin, jadi mereka tidak perlu membayarnya.

Mereka semua duduk di dua meja yang disatukan. Daripada duduk berpisah lebih baik mereka duduk bersama.

"Kak, kita diomelin gak sih nanti gak pulang sampe malem gini?" tanya Yoon kepada Jake.

Jake mengendikan bahunya. "Ya gak tau. Kalo mama papa lagi baik ya gak bakal marah."

"Gue baru tau kalian adek-kakak," ujar Yuna kepada kakak beradik itu.

"Masa lo gak nyadar Yun. Nama kak Jake kan Shim Jaeyun, trus namanya Yoon, Shim Jayoon. Ketauan banget adek kakaknya," balas Yujin.

"Oh gitu? Gue baru tau nama kak Jake itu Shim Jaeyun," kata Yuna lalu menggigit roti rasa coklatnya. Pasalnya nam tag yang dipasang di seragam Jake tidak bertuliskan 'Shim Jaeyun.'

"Ah!" Tiba-tiba Taeyoung berteriak membuat seisi kantin terkejut dan mengalihkan fokusnya kepada lelaki yang baru saja berteriak itu.

"Kenapa sih? Bikin jantungan aja," gerutu Jay.

"Gue baru sadar! Kenapa pas misi yang tadi kita gak minta tolong ke orang lain lewat HP kita?" ujar Taeyoung sambil mencondongkan badannya ke arah meja agar semuanya bisa mendengar perkataannya.

"Ah! Iya juga! Kenapa gue baru sadar sekarang coba?" Minhee menggebrak meja membuat Yujin yang duduk di sebelahnya terkejut dan hampir tersedak roti.

Sekarang mereka semua dipenuhi rasa menyesal. Sekarang sudah terlambat, mereka tidak bisa mengambil ponsel mereka lagi. Kalau nekat mengambil, mereka akan terkena konsekuensi dan otomatis akan memperlambat mereka untuk menyelesaikan permainan ini.

"Dah lah gue mau tidur aja, jangan berisik," kata Minhee lalu menumpukan kepalanya di atas meja dengan kedua tangannya sebagai bantal.

Sembari menunggu jam sembilan, mereka melakukan aktivitas-aktivitas yang berbeda. Ada yang tidur, ada yang berbincang satu sama lain, ada yang hanya melamun saja. Contohnya Haruto, lelaki itu hanya diam saja memandang lurus ke depan. Sesekali menghela napasnya kasar.

ÉvasionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang