12. Jangan Bersuara #2

350 99 22
                                    

"Karena ada informasi yang dibocorkan dengan sengaja, Tim Merah akan memakai ruangan yang berbeda. Tim Merah silakan masuk ke dalam ruang klub memasak untuk menjalankan misi."

"Ck! Tau dari mana coba kalo ada yang ngebocorin informasi," ujar Taeyoung geram. Si pencipta permainan aneh ini seakan-akan memiliki kamera tersembunyi yang terletak di setiap sudut untuk mengawasi mereka.

"Yaudah lah paling sama aja konsepnya, cuma beda ruangan," ujar Sunghoon.

Tim Merah satu persatu menginjakkan kakinya di ruangan klub memasak yang sudah pasti sangat gelap. Mereka semua berdiri saling berdekatan bahkan saling menggenggam tangan.

Sama seperti Tim Biru, sebelum misi dimulai, mereka diberikan kesempatan untuk melihat seisi ruang kelas. Lampu ruang klub memasak menyala dan kembali mati kurang dari 3 detik.

"Bangsat gue kaget, kirain ada petir," ujar Jake sambil mengelus dadanya. Saking cepatnya lampu menyala dan kembali padam, beberapa dari mereka tidak tahu kalau sinar itu berasal dari lampu ruangan.

"Di misi kali ini kalian harus mengambil barang yang diperintahkan. Di sana sudah diberi berbagai rintangan dan kalian tidak boleh menciptakan suara sekecil apapun itu."

"Iya, udah tau," balas Taeyoung.

"Saya ingin kalian mengambil toples yang berisi gula."

Semua anggota Tim Biru kompak mengembuskan napasnya kasar. Baru saja misi dimulai tetapi mereka sudah merasa sangat frustrasi. Untuk mengangkat kaki saja rasanya berat sekali.

"Pelan-pelan ya, guys," perintah Yuna sambil berbisik. Setelah berdoa berkali-kali, perempuan itu melangkahkan kakinya. Langkah demi langkah ia mulai berpindah dari tempat awalnya.

"Eh, aku kayaknya udah nyampe rak bumbu masakan nih," ujar Jihan. Lantas perempuan itu meraba bagian rak dan mengambil salah satu toples di sana. Ia membukanya dan mengambil sejumput benda halus di dalamnya dan mencobanya.

"Pweh! Asin ...," gumam Jihan kesal. Ia mengembalikan lagi toples yang berisi garam dan mencari lagi toples lain hingga dapat yang berisi gula.

Di sisi lain, Yuna sedang menumpukan lengan kanannya di atas meja. Ia meraba seluruh permukaan meja berharap ada toples berisi gula. Pergerakan tangannya yang kelewat gesit malah membuatnya tidak sengaja menjatuhkan sesuatu dan menghasilkan suara yang amat nyaring.

"Shit ...," gumam Yuna.

"Gak ada apa-apa nih?" tanya Wonyoung dengan postur tubuh membungkuk ke depan dan kedua tangan yang siap menjaga tubuh bagian depannya.

Tak lama setelah suara nyaring dari barang yang terjatuh itu reda, suara dobrakan yang entah berasal dari mana membuat keadaan semakin ricuh. Terlebih lagi saat mereka mendengar suara pekikan Yuna.

"Yuna! Lo kenapa?" tanya Jay cemas. Tapi tidak ada jawaban dari perempuan itu. "Yuna, jawab gue," ujarnya lagi.

Taeyoung bisa merasakan tubuh yang menimpanya. Ia menebak kalau orang itu adalah Yuna. "Yun? Yuna lo kenapa?" Taeyoung menahan tubuh Yuna yang sangat lemas agar tidak terjatuh.

"Kak Yuna ... please jangan bilang ...." Wonyoung mulai khawatir dengan keadaan leader tim mereka. Apa jadinya nanti kalau Yuna tidak ada?

ÉvasionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang