9. Darah

401 101 28
                                    

"Darah tidak sesuai dengan raja yang sebenarnya. Silakan coba lagi."

Sontak semua orang yang mendengar suara speaker itu tercengang. Apa maksudnya darah tidak sesuai? Bagaimana alat itu tahu kalau darah itu bukanlah darah milik para raja?

Yuna kembali berkumpul dengan kelompoknya dengan tangan yang gemetar sambil memegang gelas kecil kosong yang terdapat noda darah milik Jay.

"Kok bisa sih ...," lirih Yuna.

"How the fuck dia tau kalo darah itu bukan darah raja yang asli?" tanya Jay heran. Ini semua sangat tidak masuk akal.

Wonyoung menjentikkan jarinya. Ia tahu kenapa alat itu bisa mengetahui perbedaan darah mereka. "Guys! Gue tau kenapa mereka bisa bedain darah kita. Inget kan tadi kita sempet diambil darah juga? Alesannya sih buat tes gula darah," jelasnya.

"Anjir! Iya juga, fix itu akal-akalan mereka lagi," timpal Taeyoung.

"Terus sekarang kita harus apa? Gue takut banget sumpah," tanya Yuna cemas. Pasalnya perempuan itu adalah raja di timnya, sudah pasti Tim Biru akan mengincar darahnya.

"Udah gini aja, pokoknya jangan nunjukin banget kalo Yuna itu rajanya. Kita jangan terlalu lindungin dia, tapi kita juga jangan jauh-jauh dari dia," ujar Jake menjelaskan strategi untuk misi ini.

"Ada yang tau gak raja di Tim Merah siapa?" tanya Minhee sambil berbisik.

"Tau, Kak," jawab Yujin. Tanpa disadari ada satu orang yang mengetahui identitas raja Tim Merah. Langsung saja mereka mengatur rencana untuk menangkap raja dari Tim Merah.

Detik ini pun pertandingan dimulai. Lama kelamaan kedua tim ini semakin renggang, berbeda seperti awal mereka bermain permainan ini. Tidak ada yang tahu apa rencana masing-masing tim, yang harus mereka lakukan sekarang adalah melindungi raja di tim mereka.

"Cutter udah?" tanya Minhee.

"Kak, kayaknya jangan pake cutter deh," ujar Yujin.

"Terus pake apa?"

"Mm ... apa ya yang gak bikin sakit?" tanya Yujin. Ia tahu kalau raja Tim Merah adalah seseorang yang sangat takut akan benda tajam yang melukai tubuhnya. Mungkin dengan pisau akan lebih baik walaupun terlihat lebih menyeramkan dibanding menggunakan cutter.

"Gak ada lah, gila. Kalo mau gak sakit mah dibius dulu," sembur Minhee.

"Pake pisau aja kalo kayak gitu," timbrung Haruto.

Mata Minhee dan Yujin kompak membelalak. "Hah? Yang bener aja lu?" balasnya. Apakah tidak terlalu sadis kalau mereka menggunakan pisau sebagai alat untuk mengambil darah rajanya?

"Kalo cutter bakalan lebih sakit. Kalo pisau kan sekali baret langsung banyak juga berdarahnya," jelas Haruto yang langsung disetujui Minhee.

"Yaudah kalo gitu kita ke kantin dulu buat ambil pisau terus baru samperin rajanya," perintah Minhee.

"Gue gimana?" sahut Sunghoon yang sedari tadi duduk di lantai dengan tubuh yang bersandar ke tembok.

"Tunggu sini aja udah biar aman sama Isa."

"Oke."

Minhee, Yujin, dan Haruto segera berjalan menuju kantin. Selama mereka berjalan mereka tidak berpapasan dengan anggota Tim Merah. Sepertinya ini langkah yang baik untuk memenangkan misi mengingat mereka ketinggalan satu poin dari Tim Merah.

"Terus kita ke mana sekarang? Yuna ada di mana?" tanya Minhee kepada Yujin.

"Gak tau, Kak. Keliling aja kita kayaknya."

ÉvasionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang