Gulf berjalan perlahan dengan mata yang terus melirik kesana kemari, matanya berbinar indah melihat deretan cemilan dan berbagai jenis cokelat. Mew yang mendorong troli dibelakang Gulf hanya menghembuskan nafasnya kasar.
"Ingat belilah yang kita butuhkan untuk di Villa."
Gulf merengut kesal "iya iya. Tapi boleh kan aku memilih cemilan pedas?."
"Tidak."
"Isshh kakak, aku ingin cemilan pedas." Gulf merengek berharap Mew mengabulkan keinginannya.
"Tetap Tidak."
"Memangnya kenapa si??."
"Nanti kau sakit perut, aku tidak mau kau kesakitan."
"Tapi Kakak selalu bikin aku kesakitan setiap malam." Gumam Gulf pelan.
Mew menoleh pada Gulf, gumaman Gulf terlalu pelan, membuat Mew tidak bisa mendengar dengan jelas "kamu berbicara apa Baby??."
"Eehh tidak. Tidak Kakak." Gulf gelagapan, untung saja kakanya ini tidak dengar kalau dengar huh Gulf tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Yasudah ayo kita lanjut belanja lagi, setelah ini baru makan."
"Okey doki Kakak." Mew menghela nafasnya, Gulf tidak pernah lupa untuk memanggilnya Kakak kalau ditempat umum. Padahal Mew berharap banget Gulf memanggilnya Daddy supaya semua orang tau kalau anak laki-laki manis bin imut bin sexy bin bisa bikin orang tegang itu adalah miliknya. Yaa mau gimana lagi. Mau marah tidak bisa karena Gulf sekarang ini selalu nurut padanya.
"Aku sudah bilang jangan makan pedas kenapa kamu ngeyel si??." Mew menatap Gulf geram, pasalnya Gulf memesan Ramen.
Tadi selesai berbelanja mereka memilih makan di restoran, Mew izin ke toilet dan berpesan pada Gulf untuk memesankan Pasta untuknya sedangkan Gulf boleh memilih makanan apapun asalkan tidak pedas. Mew lumayan lama di toilet karena ia juga harus menerima telepon dan sekalian menelpon pihak kampus untuk meminta izin kembali masuk ke kampus setelah off lumayan lama.
Sekembalinya dari toilet, mata Mew total membulat sempurna, Gulf tengah memakan Ramen dengan khidmat seakan melupakan Mew.
"A--- aku. Itu Ka.. aku.." Gulf total gugup, wajah Mew sangat menyeramkan membuatnya tidak berani menatap Mew.
"Jika kau sakit, aku tidak akan peduli padamu."
Mata Gulf berkaca-kaca, bibirnya melengkung kebawah, Mew memilih acuh, memakan Pasta nya sambil membalas pesan Bright dan Singto.
Gulf tetap menatap Mew, biarpun Ramen nya lebih menggiurkan dari pada kakaknya itu, untuk saat ini Gulf lebih memilih menatap Mew. Dia takut sebenarnya, tetapi mau gimana lagi, Gulf sangat-sangat ingin makan Ramen.
"Aku.. aku minta maaf Kakak." Mew tetep acuh tak acuh.
"Aku.. kakak..." Gulf merengek, ia berdiri dari kursinya, menarik lengan Mew lalu mendudukan tubuhnya kedalam pangkuan Mew.
Mew tersenyum miring, tatapan semua orang yang berada di restoran langsung mengarah pada mereka, tetapi setelah itu aktivitas kembali seperti biasanya.
Mew menatap Gulf, menunggu apa yang akan bocah nakal itu lakukan untuk membujuknya, jika tidak memuaskan bisa saja Mew membatalkan niat liburan mereka dan memilih mengurung Gulf didalam kamar mereka.
Gulf menggigit bibir bawahnya, menatap Mew yang tengah menatap dirinya dengan pandangan datar. Gulf rasanya ingin menangis saja.
"Kakak. Aku minta Maaf."
"Tidak."
"Kakak maafkan aku."
"Aku tidak berminat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession Brother
General Fictionapa yang kalian pikirkan jika kakak kalian memperlakukan kalian lebih dari seorang Kakak kepada adiknya? Gulf Kanawut Jongcheveevat, putra bungsu keluarga Jongcheveevat. mempunyai seorang kakak bernama Mew suppasit Jongcheveevat. awalnya semua sepe...