12

15.8K 1K 143
                                    

Lee menatap dua orang yang sedang duduk sambil bercanda ria, wajahnya yang sangat mirip dengan orang yang ia sukai membuatnya langsung percaya kalau itu adalah Anesa dan Bram Joongcheveevat, kedua orangtua Mew dan Gulf.

Lee baru mendarat di Paris sekitar 2 jam yang lalu, Lee memutuskan untuk menemui langsung kedua orangtua Mew dan Gulf saat ia mendapatkan informasi yang sesungguhnya dari orang-orang suruhannya.

Ini sudah melewati batas, Lee tidak ingin Gulf kenapa-napa, semenjak Lee melihat Gulf secara langsung saat penyerahan formulir pendaftaran dahulu Lee langsung jatuh hati padanya, Lee bisa memastikan kalau Gulf adalah matenya tetapi Lee rasa dengan sengaja Mew mereject Lee.

"Hallo Om dan Tante".

Anesa menatap Lee bingung "iyaa???".

"Boleh saya berbicara sebentar dengan om dan Tante??".

Bram menatap Anesa bingung juga "silakan nak, ada apa ya??".

Lee duduk dihadapan Bram dan Anesa, menghela nafas pelan, dan mencoba untuk mengatur kata-kata yang pas untuk dikatakan agar bram dan Anesa percaya padanya.

"Saya Lee Thanat, kakak kelasnya Gulf".

"Gulf?? Anak kami??". Lee menganggukan kepalanya.

"Ada apa sama Gulf?". Bram angkat bicara. Tentu saja ia bingung karena ia baru saja mendapatkan kabar kalau Mew dan Gulf baik-baik saja.

"Kalau saya katakan yang sebenarnya apa kalian akan lebih percaya pada saya atau kalian akan tetap percaya pada anak pertama kalian??".

"Ada apa sebenarnya nak? Katakan yang sebenarnya". Anesa menuntut tentu saja, ia sudah memastikan agar semuanya berjalan tetap pada jalannya.

"Gulf mereject saya sebagai matenya".

"APA!!!!". Anesa berdiri dari duduknya, merasa tidak terima jika sang bungsu bisa melakukan hal sebodoh itu. Tidak. Gulf tidak seperti itu.

"Bukan Gulf yang mereject tapi Mew".

"Apa yang kau katakan nak??" Bram masih tahan, ia tidak mau bertindak gegabah.

"Saya mengirim anak buah saya untuk memantau Mew, dan benar saja Mew mencari tahu cara-cara untuk bisa mereject mate dan cara menjadikan Gulf sebagai matenya, Mew sudah melakukan hal itu, Mew sudah menyatukan darahnya dengan Gulf".

Anesa dan Bram masih tidak percaya, yang mereka tahu Mew sangat menyayangi adiknya. Ingat ADIKNYA, bagaimana mungkin Mew menyayangi Gulf melebih hal itu. Ini tidak beres, dan ini tidak bisa dibiarkan begitu saja.

"Tante dan om tidak percaya pada saya??". 

"Sebaiknya kita kembali ke Thailand sekarang".
.
.
.
.
Mew dan Gulf saat ini sedang menonton Netflix, pandangan Gulf tidak bisa berpaling sedikit pun dari layar besar dihadapannya kini, Mew menghembuskan nafasnya pelan sambil memasukan baju-baju mereka kedalam koper.

Mew sudah berniat saat ia sudah menandai Gulf dia akan membawa Gulf pergi, bukan dari Thailand melainkan dari apartemennya. Ia akan menyewa apartemen lain yang jauh dari pusat kota.

Mew tidak membawa banyak barang ia hanya membawa keperluannya yang penting-penting aja. Bukannya apa, ia sudah menyusun rencananya seperti ini.

Jika Lee cerdas maka Mew cerdik dan licik.

Lee pikir Mew tidak tahu kalau dia memata-matai nya. Lee salah. Mew tahu segalanya.

Dan juga.

Mew tahu kalau Lee menyusul kedua orangtuanya ke Paris.

Permainan ini sungguh konyol dan kekanak-kanakan. Kita lihat sejauh mana Lee ingin memiliki apa yang sudah ia klaim menjadi miliknya.

"Ayo kita pergi". Ajak Mew

"Pergi kemana??". Gulf bingung tentu saja, siapa yang tidak bingung coba.

"Ke Apartemen Daddy".

"Loh kan kita sudah ada disini". Ujar Gulf polos.

"Daddy membeli apartemen baru, apartemen ini jauh lebih besar dari yang ini dan tentunya disana lebih lengkap".

Mata Gulf berbinar indah "Daddy serius??". 

Satu hal yang ada didalam otak Gulf pasti diapartemen yang baru isi kulkasnya penuh dan yang pasti banyak es krim dan juga lolipop dan spertinya juga kakak tercintanya ini menyetok banyak makanan instan. 

"Tentu saja, dan baby semua yang kamu pikirkan itu benar adanya, Daddy yakin kamu akan senang tinggal disana".

"Kalau gitu ayo kita pergi Dad". Gulf menarik tangan Mew keluar apartemen dengan semangat 45 tanpa tahu setelah ia memasuki apartemen itu, bukan hanya suasananya yang berubah tetapi begitu juga dengan kehidupannya.
.
.
.
.
Mild memandang Boat yang masih asik dengan sosis bakarnya, Gun yang melihat itu menghela nafas pelan. Pandangan Gun kini beralih pada Katingnya yang lain yaitu Bright dan juga Singto, kedua lelaki itu malah asik dengan tokoyaki yang penuh dengan saus cabe. 

"Kheeemmm". Dehem pertama belum manjur untuk menyadarkan keempat manusia yang tidak ada akhlak itu.

"Kheemm kheeemmm" deheman kedua Gun hanya mendapatkan lirikan sekilas.

Gun mencoba sabar karena yang ingin ia ajak bicara ini adalah Katingnya sekaligus Seorang Alpha.

"Kheem. Abong-abong Gun jomblo masa mau ngomong juga gk ada yang peduli. Sakit bener dah". Gun memegang dadanya dramati. Sakit si. Tapi gk sakit-sakit amat.

"Lagi segala kode-kode, gue pikir Lo sakit tenggorokan kali". Bright melempar sedotannya, malas dia tuh kalo harus ngartiin kode. 

"Aku pikir kakak paham".

"Bahahahah. Bright itu otaknya setengah mana paham dia". Singto tertawa terbahak-bahak. Suka sekali menistakan Bright, Bright yang mendengar hal itu tentu saja panas.

"Lo denger dompet gue ngomong tadi??". Bright mengeluarkan dompetnya, isinya gk nanggung-nanggung maklum horang kaya mah beda.

"Anjirr, ini duit apa buah naga, merah amat??". Gun tercengang? Tentunya, Bright asli ini mah nak sultan.

"Kakak anaknya Sultan ya??". Tanya Mild polos, seteleh acara memandang Boat yang sedang makan sosis kini pandangannya beralih pada Katingnya yang populer di fakultasnya itu.

Bright memandang Mild bingung "sejak kapan bapak gue ganti nama Sing??". Pandangannya beralih pada Singto.

Singto mengedihkan bahunya acuh "mungkin dulu namanya sultan kali terus sekarang diganti jadi Chivaree".

"Masa sih?? Ko gue gk percaya. Nanti deh gue tanyain bapak gue dulu ya Mild. Kalo bener nanti gue kasi tau Lo".

Mild hanya menganggukan kepalanya, jujur ia jadi bingung sendiri, Boat yang sedari tadi hanya memperhatikan jadi kesal sendiri, Boat pikir hanya mild dan Gun yang rada-rada ehh taunya Bright dan Singto lebih parah.

Gun memilih menjatuhkan kepalanya diatas meja, gagal sudah rencana awal mereka yang akan membahas tentang Mew, Gulf dan juga Lee.

Huhh. Pray for Gun.  ..

Siapin kebaya yau. Besok kondangan kita... Haahhahaa.

Nggk sabar beneran dahh. Adegan nya beuhh gk kaleng-kaleng.

Sesuai janji. Wkwkwkwk.

See you next chapter..
Bye... Byee..

Obsession Brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang