Semua orang mampu mengucapkannya
Tapi,
Tidak semua orang mampu membuktikannyaTidak sia sia adam sering bermain dokter dokteran bersama fira, sepertinya di saat genting seperti ini pengetahuan dari permainan itu sedikit terpakai, ya walaupun adam masang perbannya mencong-mencong.
"Ga sakit?" Tanya adam karena sedari tadi Cherin hanya menatapnya, berbanding terbalik ketika dulu tata jatuh dari sepeda ketika adam basuh air saja, adam di jambak habis-habisan sama tata. Tuhkan, ternyata pikiran adam masih membayangkan tata.
"Sakit sih" jawabnya sambil sedikit meringis ketika adam membasuh lukanya dengan obat merah, "tapi gatau kenapa pas liat lo, sakitnya ilang" sambungnya lagi sambil tersenyum. Seketika aktivitas yang sedang adam lakukan terhenti bukan dikarenakan ucapan cherin tetapi karena, pintu kelas yang terbuka dan menampilkan dua sosok makhluk yang, ah sudahlah mereka tidak dapat didefinisikan lagi dengan kata kata.
"Kotak obat dari mana, uks udah buka emang?" tanya adam, ketika melihat dito membawa sekotak p3k yang cukup besar, jangan lupakan jas laboratorium yang dikenakan ditto dan reja seolah mereka berperan bak dokter sungguhan.
"Nyewa klinik depan sekolah dam" jawabnya bangga sambil tersenyum lebar, jangan lupakan reja yang membawa alat timbangan badan digital di belakang reja.
"Kenapa bawa timbangan badan bego?" Tanya adam lagi.
"Kata mba susternya, klo sewa p3k sama timbangan dapat diskon, siapa tau cherin mau tau berat badannya setelah jatuh hehe" jawab reja menjelaskan.
"Nah, bener banget" sambung ditto seolah membenarkan kata kata reja.
Adam hanya membuang nafasnya dengan kasar, meletakkan perban yang ia genggam di tangan cherin.
"Lu lanjutin sendiri aja, bisa kan tinggal perban doang, gua mau cabut kalo di sini terus bisa gila gua liat mereka" ucap adam sambil bangkit meninggalkan mereka."Woii dam mau kemana, ini jas lab buat elu udah kita siapin, ari maneh kenapa pergi dam" teriak ditto ketika adam malah meninggalkan mereka.
"Si adam sensian mulu ya dit" ucap reja sambil menyenggol ditto
"Tau ih, padahal kita udah lari-lari ke klinik sebrang"
Cherin masih memandang kepergian adam, dirinya masi ingat betul saat ia terjatuh karena tersenggol lawan mainnya. Walaupun cherin tau, kalau tadi adam tidak berniat untuk menolongnya kalaupun bukan perintah dari pak adit selaku guru olahraga.
"Bahkan sifat lu aja mirip banget dam sama dia" ucapnya dalam hati, sambil sembari memandang perban yang di pasangkan oleh adam.
***
Tata memasuki kelas, obat yang di berikannya masi digenggaman tangannya, lupakan bentuknya karena obat itu sudah tata remas sampai tak berbentuk. Jangan lupakan pikiran tata yang masi membayangkan adam dan cherin, rasanya tak bisa didefinisikan ada rasa marah, sesak, dan tak rela.
Tanpa tata sadar ada tangan yang menahan keningnya, hingga membuatnya tersadar ternyata tangan riri, hampir saja tata menabrak tembok kelas kalau bukan karena tangan riri.
"Kenapa si muka lu lesu banget, kayak ga makan 3 hari tau ga" omel riri saat melihat tata, tanpa semangat sedikit pun. Dan tata hanya menggeleng menjawab pertanyaan riri, kemudian ia berjalan ke bangkunya dan membenamkan kepalanya di balik lipatan tangannya.
Riri sudah menduga ada hal yang tidak beres dengan tata, pasti saja ada hal yang tidak benar kalau tata pergi tanpa di dampingi riri. Karena sebetulnya riri sudah seperti kaka sekaligus saudara perempuan bagi tata.
KAMU SEDANG MEMBACA
suka, tapi tetangga
Teen FictionPernah ga siii kamu punya tetangga laki laki, yang sering kali kamu kagumi? Adam prayitno cowo paling cuek dan ga perduli sama lingkungan sekitar tapi herannya ferista atau yang biasa di panggil Tata cewe cantik imut dan menggemaskan malah makin say...