Seteleh melewati tiga puluh hari berpuasa dan menjalankan hubungan mereka saat ini.
"Ma, aku berangkat ya. Assalamu'alaikum." Wahda menyalami tangan sang Mama lalu melenggangkan kakinya, sudah siap untuk pergi ke sekolah.
Rina-mama Wahda, tersenyum ramah pada anak semata wayang nya. " Eh, temen-temen kamu mana? Kok belum keliatan, gak kayak biasanya?" Tanya Rina bingung, biasanya setiap berangkat sekolah Wahda selalu dijemput oleh para sahabatnya. Anak B'B Dangers, tapi hari ini bahkan kaca spion mobilnya pun belum kelihatan.
"Berangkat sendiri, Ma. Soalnya Wahda ada piket hari ini, jadi takut telat."
Mama Wahda mengangguk paham. "Yaudah ayok Mama anter ke depan."
"Gak usah repot-repot, Ma. Wahda bisa sendiri kok, Mama nyantai aja di dalem. Oke?"
"Mama gak kerepotan kok. Ayok, nanti kamu keburu telat loh." Rina menggandeng tangan Wahda, sayang.
Keduanya berjalan menuju pintu utama sambil bercengkrama, membicarakan hal-hal random pada umumnya, seperti ... kapan Wahda akan punya pacar? Apakah sudah ada yang mendekati Wahda? Mengapa Wahda masih jomblo? Dan setiap kali Rina mengajukan pertanyaannya, Wahda hanya menggeleng sebagai jawaban.
"Lah, katanya kamu mau berangkat sendiri. Terus itu yang di depan mobil siapa?" Rina bertanya ketika ia melihat satu mobil sport berwarna merah mengkilap terparkir di depan gerbang rumahnya.
Wahda menggeleng heran. "Itu bukan mobil temen Wahda, Ma."
Tak lama, seorang cowok bertubuh jangkung keluar dari dalam mobil. Berjalan memasuki gerbang, menghampiri Wahda dan Rina yang masih berdiri di tempat.
"Assalamu'alaikum tante, selamat pagi." Sapa cowok itu lalu menyalami tangan Rina.
" Heh kuda niel, lo ngapain hah pagi-pagi buta datang ke rumah gue? Mau ngajak baku hantam?!" Cerca Wahda.
"Shh Wahda mulutnya!" Tegur Rina. "Eh maaf, kamu siapanya Wahda, Ya?" Tanya Rina pada Daniel dengan nada lembut.
Daniel membungkukkan tubuhnya di hadapan Rina lalu kembali tegap. " Halo tante, kenalin nama saya Daniel Alvian Reivando. Saya berasal dari keluarga Reivando, hobby saya bahagiain Wahda, cita-cita saya hidup bahagia bersama Wahda, menjadi imam shalatnya, menjadi ayah dari anak-anaknya, menjadi laki-laki pujaan hatinya," terang Daniel panjang lebar.
Wahda menggeleng jijik, membuat Rina terkekeh. "Ada-ada aja kamu ini, terus maksud kedatangan kamu kemari mau minta restu dari saya, iya? Emang kamu punya apa buat bahagiain anak saya, Daniel?" Goda Rina.
"Ma, apaan sih?!" Sergah Wahda.
Daniel menggeleng cepat. "Saya punya hati yang tulus tante, tekad yang kuat, wajah yang tamvan seperti pangeran serta sikap yang dermawan. Dan yang paling penting, Daniel not minus akhlak."
Mendengar pengakuan Daniel, membuat Rina semakin tertarik untuk menggoda anak itu. "Cinta doang gak bisa bikin perut kenyang." Rina bersidekap dada, atensinya terpaku pada iris milik Daniel membuat sang empu menelan salafi nya.
'Anjir nih emak-emak mata keranjang. Eh salah, mata duitan.' Batin Daniel.
Wahda menatap Rina jengah. "Ma, kok Mama jadi mata duitan gini, sih?"
" Kamu pacarnya Wahda, ya?" Tanya Rina kembali, sama sekali tidak menggubris ucapan Wahda barusan.
" Mama jangan ngawur deh!" Pekik Wahda menyela.
Daniel tersenyum renyah sambil menggaruk belakang kepalanya. "Bukan tante hehe, t-tapi Daniel pernah main ke sini kok tante. P-pasti tante udah lupa, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐁'𝐁 𝐃𝐀𝐍𝐆𝐄𝐑𝐒! {END!}
Teen FictionB'B DANGERS nama gengnya. Tidak ada ketua, wakil, bendahara atau orang-orang kepercayaan sejenisnya. Di sini mereka sama antara satu dengan yang lainnya. Karena bagi mereka kebebasan adalah hal utamanya. Mereka bersekolah di Lover Wattpad Of School...