Desi dan Shankara memang tidak bisa bersatu sebagai sepasang kekasih, mereka hanya 2 orang yang saling membutuhkan dan melengkapi. Benar adanya, Desi adalah tempat Shankara pulang begitupun sebaliknya. Sebab, buktinya walaupun Shankara yang menyakiti Desi tapi Shankara juga obatnya.
Sekarang Desi harus belajar menerima Jivan Alandra Ravansyah dihidupnya, hari demi hari Desi lewati ditemani oleh Jivan.
Sekarang mereka sedang berada di mall, Desi meminta izin ke mall dengan Ralia pada Wijaya, namun ternyata Ralia tidak bisa menemaninya.
"Mau kemana?" Tanya Jivan.
"Gramed" jawab Desi singkat.
Desi masilah Desi dengan sikap dinginnya terhadap cowok, dari dulu cowok yang dekat dengan dirinya hanya Ayah dan Shankara. Satu hal yang perlu kalian ketahui, Desi sudah berusaha yang terbaik namun mungkin belum saatnya, atau Jivan bukan orang yang tepat.
"Setelah ke gramed, kita makan ya?" Tawar Jivan.
"Iya"
Setelah membeli beberapa buku yang dia butuhkan, dia memilih tempat makan. Desi memang bukan cewek ribet dengan kata 'terserah'
"Desi" panggil Jivan.
"Kenapa?" Tanya Desi, melihat raut wajah Jivan yang serius membuat Desi menegakkan duduknya.
"Kamu harus cari kebahagiaan kamu" ucap Jivan membuat kening Desi berkerut.
"Maksudnya? Kebahagiaan aku akan datang seiring berjalannya waktu" ucap Desi.
"Tapi kalau sikap kamu kayak gini, bahkan takdir bingung kamu mau apa"
"Maksud kamu apa? Gak usah bertele-tele" ucap Desi Frontal.
"Aku udah lama disini Des, temanin kamu. Aku mau lihat kamu bahagia, seenggaknya kalau nggak sama aku kamu bisa dapatin bahagiamu sendiri. Bahagia kamu itu tanggung jawab aku" jelas Jivan.
"Bahagia aku tanggung jawab aku sendiri, kalau bahagia aku tanggung jawab kamu, terus bahagia kamu tanggung jawab siapa? Siapa yang mau bertanggung jawab atas waktu yang udah aku ambil dari kamu?" Tanya Desi.
"Kalau kamu pikir aku gak berusaha untuk keluar dari zona nyamanku kamu salah, aku udah berusaha buat bisa jatuh cinta sama Jivan Alandra Ravansyah. Aku nyaman sama kamu Jiv, aku happy, tapi aku ngerasa gak pantas, terlebih aku yang udah ngerebut waktu-waktu berharga kamu" ucap Desi.
"Waktu apa yang kamu maksud?waktu yang memang aku peruntukkan untuk bunda dan kamu?" Tanya Jivan. "Aku cinta kamu sejak kamu nyanyiin lagu Lantas, aku ngerasa ada hal yang berbeda yang aku rasain" sambungnya.
"Aqueena Desi Wijaya, aku gak tau ini tiba-tiba atau mungkin momentnya kurang pas karena aku emang bukan cowok romantis diluar sana, but, can I be your happiness, your reason is happy, and make you my responsibility completely? please be mine!" Ucapnya, Jivan mengeluarkan kotak merah dengan ukuran sedang yang berisi kalung dengan liontin berlian.
"Sebenarnya ini perintah Desi, jadi aku gak perlu jawaban, tapi biar ada drama-drama nya aja jadi aku butuh jawaban" ucap Jivan "kalau kamu gak jawab berarti iya, kalau kamu jawab nggak, itu artinya iya tapi kamu malu-malu." Ucapnya.
"Tapi kalau kamu jawab yes i will, itu artinya kamu berusaha bangkit, mencoba mencari bahagiamu di diriku, dan kamu kasih aku kesempatan menjadi kekasihmu, kesempatan yang akan kugunakan dengan sebaik-baiknya" ucap Jivan lagi.
"Desi serius, aku greget tunggu jawaban kamu" ringisnya. "Des, kamu tau? Om Wijaya, Ralia, bundaku, kak Al, sama 4 sekawan lagi disini, eh iya Abang Shankara mu juga disini Desi, jawab aja kita punya saksi kok" ucapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story of Desi (completed)
RomanceAqueena Desi Wijaya hampir menginjak 18 tahun, memutuskan untuk berkuliah di luar kota kelahirannya. Gadis yang ramah namun memiliki perasaan cinta yang beku karena pernah mencintai dengat amat lalu tersakiti dengan sangat membuatnya mati rasa dalam...