8

23 7 5
                                    

Malam ini, Jivan akan pulang ke Yogyakarta, dan pagi ini disinilah dia di ruangan ibu Ira

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam ini, Jivan akan pulang ke Yogyakarta, dan pagi ini disinilah dia di ruangan ibu Ira. Jivan ingin pamit terlebih dahulu sebelum pulang. Awalnya, Ira meminta Desi untuk ikut pulang agar tidak ketinggalan kuliahnya, tetapi Desi menolak.

"Om yang akan antar kamu ke stasiun, sekarang kamu pulang dulu istirahat" ucap Wijaya, "Desi kamu ikut pulang ya" Desi dan Jivan mengangguk lalu menyalimi Wijaya kemudian Ira. Saat menyalimi Ira, Jivan dipeluk.

***

"Harus banget ya aku pulang Des?"tanya Jivan, sekarang ia tengah bersantai diruang keluarga. Saat sampai tadi dia membereskan pakaiannya dan sempat istirahat hingga sore.

"Haruslah" ucap Desi, "aku titip Ralia ya" sambungnya.

"Iya" ucap Jivan "kamu bisa kan Des perjuangin moveon kamu untuk aku? Aku gak yakin kamu bakalan mampu tanpa aku temani" ucap Jivan.

"Dih apasih Van, udah aku bilang ada atau gak ada kamu aku akan baik-baik aja, aku bakalan moveon kok tenang aja." Ucap Desi.

"Aku khawatir, dia kan disini" ucap Jivan lagi.

"Kamu gak percaya aku kuat?" Tanya Desi, menatap lekat manik mata Jivan.

"Gak tau" ucap Jivan, sedetik kemudian terdengar klakson mobil, Jivan berdiri membukakan pintu.

"Udah siap?"tanya Wijaya di ruang tengah.

"Iya om, saya permisi ke dalam dulu ambil barang" ucap Jivan diangguki oleh Wijaya.

"Pa aku ikut ya" Pinta Desi.

"Iya sayang"

Baru saja ingin keluar tiba-tiba sosok laki-laki menyambut mereka, laki-laki itu tersenyum dan langsung memeluk Desi yang sekarang berdiri mematung, nafasnya seakan tercekat.

"Desi gue rindu sama lo" ucapnya.

Melihat itu, tentu saja Jivan memanas, siapa dia? Apakah dia

"Shan lepas"ucap Desi berusaha melepaskan pelukan itu, benar orang itu adalah Shankara

"Saya tunggu di mobil, Jivan temani Desi" ucap Wijaya, dia membuang pandangannya dari Shankara.

"Desi, lo kenapa? Jangan bohongi hati lo, gue tau lo seneng kan? Jangan munafik, lo rindu kan?"ucap Shankara. Sedangkan Desi sudah menahan tangisnya sampai sesak. "Desi kita mulai semuanya dari awal ya? Lo mau kan maafin gue? Gue nyesel Des, gaada yang setulus lo ke gue" ucap Shankara membuat Desi semakin sesak menahan tangis.

Saat Shankara ingin kembali memeluknya, Desi malah bersembungi di belakan Jivan, memeluk Jivan dengan erat dan menenggelamkan wajahnya di punggung Jivan, dia menangis disana.

"Lo siapa?" Tanya Shankara.

Jivan memegang tangan Desi yang melingkar di perutnya. "Saya calon suaminya" jawab nya santai membuat Desi sedikit mendongak karena terkejut, namun sedetik kemudian kembali menenggelamkan wajahnya.

"Haha" Shankara seakan ketawa meremehkan.
"Jangan bercanda deh lo, gimana ceritanya lo jadi calon suaminya sedangkan yang dia cinta cuman gue?" Ucap Shankara.

"Ceritanya? Simple saja orang yang dia suka menyakiti dia berkali-kali, dia berusaha bangkit dari luka yang orang itu buat, sampai akhirnya dia ketemu obatnya."ucap Jivan. "Jangan ganggu cantik saya, saya tau kamu sahabatnya dan tidak akan pernah ada yang mamanya mantan sahabat, tapi jangan berharap dia akan kembali memberi ketulusan cintanya ke kamu" tegas Jivan, lalu berbalik memeluk Desi dan mengajak Desi ke mobil. Namun Shankara menahan tangan Desi hingga keduanya berhenti.

"Maaf, maaf kalau gue udah ngecewain lo, maaf kalau selama ini lo gak ngedapetin kebahagiaan yang lo cari di gue sampai harus cari kebahagiaan itu di orang lain" ucap Shankara "dan lo, jangan sia-siain dia" sambungnya, menunjuk Jivan.

"Sorry tapi saya tidak bodoh dan brengsek kayak kamu" ucap Jivan santai, sebenarnya Shankara ingin sekali marah dan menonjok muka Jivan 'tapi gak salah sih' batin Shankara.

"Kamu masuk duluan, aku mau ngomong sama dia" ucap Jivan, Desi menurut.

"Apa?" Tanya Shankara.

"Saya mau kamu berdamai sama Desi, tapi jangan sampai kamu melakukan hal lebih sampai memberi harapat atau memaksa Desi untuk kembali pada rasanya yang lampau" ucap Jivan. "Jangan khawatir, Desi sudah memaafkan kamu dan tidak membencimu, dia hanya butuh waktu untuk lebih ikhlas lagi. Saya akan kembali ke Yogyakarta, saya harap selama saya tidak bersama Desi, kamu tidak melakukan hal-hal yang membuat Desi drop nantinya." Tegas Jivan.

"Lo beneran pacarnya?"tanya Shankara.

"Kapan saya bilang kalau saya pacarnya?" Tanya Jivan balik.

"Ta-" ucapan Shankara terputus.

"Saya calon suaminya" ucap Jivan, "jangan tanya kenapa, tentu karena saya lebih baik daripada kamu" ucap Jivan lagi.

"Lo ngomongnya sopan banget ya, tapi kalau lo ngomong kok gue ketampar terus?" Ucap Shankara.

"Kenapa?" Tanya Jivan, baru ingin mengeluarkan suara Jivan sudah berucap lagi "kenapa saya harus peduli" ucapnya lalu ikut masuk ke dalam mobil.

***

Shankara sedang berada di rooftop gedung SMPnya, jangan tanyakan kenapa dia bisa masuk, sebab pemilik SMP Teratai adalah saudara dari Kakeknya.

Dia membayangkan betapa bahagianya dia dan Desi dulu, di tempat ini, dia dan Desi selau mengisi waktu luang, bahkan kadang membolos bersama disini. Desi adalah orang yang selalu menerima segala kekurangannya, sudut pandang Desi yang berbeda membuat Shankara nyaman walau tak jarang adu mulut dengan Desi.

Dari dulu Shankara sangat sayang dengan Desi, sama seperti dia menyayangi mommy dan kakak perempuannya, rasa sayang Shankara melebihi rasa sayang seorang sahabat. Tapi rasa takutnya lebih besar, dia takut apabila status mereka berubah akan ada perubahan-perubahan lain nantinya, maka dari itu selama ini Shankara menghindari berpacaran dengan Desi.

"Gue terlalu takut yah Des untuk kehilangan lo, sampai gue salah langkah, bahkan sekarang lo udah dapetin orang lain, gue sayang banget sama lo Des, harusnya kalau gue gamau kehilangan lo, gue jagain lo, gue milikin lo, bukan malah sia-siain lo kayak gini, gue malah jadi patah hati pertama lo" gumam Shankara, menatap suasana langit matahari tenggelam.

"Bego lo Shankara bego bego bego banget anjing" ucapnya memukul kepalanya sendiri. "Lo jagain dia tapi malah lo yang bikin dia sakit"

"Lo harus balik Des, gue yang pertama dan gue harus jadi satu-satunya" ucapnya.

***

"Om saya pamit ya, semoga tante Ira cepat sembuh" ucap Jivan.

"Des, ingat ya jangan lupa kabarin aku" ucap Jivan, diangguki oleh Desi.

Pada saat ingin masuk ke stasiun, Desi memanggilnya.

"Jivan!" Jivan menoleh, tiba-tiba Desi menghampirinya dan memeluknya. "Terimakasih" ucapnya singkat namun perbuatannya ini bisa membuat Jivan tidak tidur semalaman.

"Jaga kesehatan ya"

Story of Desi (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang