26

13 3 4
                                    

Hari ini Desi mendapatkan shift siang, baru saja ingin menyimpan barang-barangnya, tiba-tiba salah satu suster menariknya.

"Suster Desi, bisa minta tolong gantiin suster Sri dulu? Suster Sri tiba-tiba harus pulang"ucap Suster Manda.

"Loh emangnya ada apa?" Tanya Desi.

"Ada pasien kecelakaan yang harus segera ditangani!" Kata Suster Manda terburu-buru.

Tanpa mengucapkan apa-apa lagi Desi langsung menggunakan perlengkapannya.
Mereka berlari menuju ruang operasi. Saat masuk tak lupa menggunakan sarung tangan steril dan masker.

"Dokter Alan" ucap Ralia yang melihat Desi termenung menatap orang yang ada didepannya.

Desi hanya mengangguk dan melaksanakan tugasnya dengan baik. Setelahnya, operasi berjalan lancar dan berhasil. Mereka semua berdoa dan bersyukur.

Baru saja melepaskan alat perlengkapan medisnya di ruangan suster, tiba-tiba Desi dipanggil dan diminta untuk ke ruangan Dokter Alan.

'Ada apa ya Dokter Alan manggil saya? Oh mungkin karena saya suster baru disini' pikirnya saat berjalan menuju ruangan Dokter Alandra.

Desi mengetuk pintu ruangan itu. Tersengar suara sahutan mempersilahkannya masuk.

"Mohon maaf dok, ada apa memanggil saya kesini?" Tanya Desi, dokter Alandra langsung membalikkan kursinya.

Mata Desi membulat, dia menutup mulutnya tidak percaya. Orang ini?

"Ners Desi?" Tanya Alandra memberikan senyuman merekah.

"J-jivan?" Desi masih dalam mode terkejutnya.

"Silahkan duduk" ucap Jivan.

Desi duduk dan batinnya berkata 'plis ini akward banget, gaada niatan minta maaf atau meluk gue gitu?'

"Sebelumnya apakah kamu sudah tau siapa saya?" Tanya Jivan,

Desi memejamkan matanya sebentar meredam kesalnya terhadap laki-laki di hadapannya ini.

"Iya tau dok, pemilik rumah sakit ini sekaligus dokter termuda tampan dan idaman?" Ucap Desi dengan senyuman sinisnya.

"Kamu lagi muji apa nyindir sih?" Tanya Jivan, sebenarnya dia tau bahwa Desi sedang kesal.

"Muji lah dok, kalau nyindir tuh gini iya tau dok orang yang janji beli martabak malah jalan sama cewek kan?nah itu nyindir" ucap Desi santai.

Nafas Jivan tercekat dengan ucapan Desi barusan.

"Des, kamu masih marah?" Tanya Jivan.

"Dahlah dok, dokter manggil saya kesini ada apa?" Tanya Desi to the point, jujur saja dia rindu sama manusia menyebalkan di hadapannya ini, tapi gengsi dong kalau ngomong duluan.

"Gak apa-apa, silahkan keluar" ucap Jivan membuat Desi naik pitam. Dia berdiri dan melangkah keluar sembari menggerutu.

"Apa-apaansi keren apa dia kek gitu ke gue!" Gerutunya.

"Eh Des kenape lu?" Tanya Revina.

"Gapapa" ucapnya meninggalkan Revina sendiri.

"Lah saya salah apa?" Tanya Revina pada dirinya sendiri.

Desi sedang mode badmood! Apa-apaan ini? Jangan jangan Jivan sudah punya perempuan lain. Ah terserahlah, pikirnya.

***

Dia pulang dengan sangat uring-uringan, tiba-tiba saja Shankara datang dan memeluknya.

"Shankaaa ihhh! Sanaa gue dari rumah sakit tau gak!" Ucap Desi kesal tapi Shankara malah mengeratkan pelukannya.

Story of Desi (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang