Explore ke 18 Akhir

51 10 0
                                    

1 April 2038

Sudah 6 bulan aku tinggal di rumah Pak Sam. Setelah memikirkan dengan matang, aku memutuskan untuk kembali ke rumahku. Aku harap Bapakku masih hidup dan mau memaafkan perbuatanku. Jika tidak, mungkin aku harus terpaksa tinggal kembali untuk sementara di rumah Pak Sam

Pak Sam memang tidak keberatan akan kehadiranku tapi berbeda dengan istrinya yang baru tiba di rumah sehabis berkunjung dari rumah orang tuanya, tepatnya ia tiba setelah 3 hari aku berada di rumah ini. Aku bisa merasakan gelagat istrinya yang tidak senang akan kehadiranku di rumah mereka.

Sebelumnya aku berencana untuk tetap menumpang di rumah ini sampai aku mendapatkan pekerjaan dan punya cukup uang untuk menyewa rumah sendiri namun, semuanya berubah ketika aku mendengar samar-samar pertengkaran mereka dari balik dinding kamar yang ku tempati. Aku tidak terlalu mempedulikan pertengkaran mereka pada awalnya  hingga istrinya menyebut tentang biaya hidup jadi bertambah karena harus memelihara tetangganya yang berasal dari hutan.

Sebelum pamit, aku mengucapkan terima kasih sekaligus memohon maaf karena sudah merepotkan mereka. Pak Sam berkata padaku dengan raut wajah penuh rasa bersalah

"Jika kau ingin tetap tinggal di sini aku juga tidak keberatan, nanti masalah mendapatkan pekerjaan mungkin aku bisa membantumu"

"Jika Bapakku nanti tidak di rumah,  aku mungkin akan kembali lagi menginap di sini untuk sementara" kemudian aku pun pergi meninggalkannya untuk menaiki  ojek online yang sudah ia pesankan.

"Tunggu !" perintahnya, aku pun menghentikan langkahku. Pak Sam mulai mendekatiku lalu ia mengeluarkan sejumlah uang dari kantongnya

Aku menolaknya namun ia bersikeras memberikannya padaku

"Jangan menolak ! aku tahu kau membutuhkannya dan ingat, kau tidak perlu membayar ojeknya lagi karena aku sudah membayarkannya" Ucapnya dengan nada pelan namun tegas.

Di jalanan menuju ke arah perumahanku, aku dapat melihat banyak sekali perubahan yang sudah terjadi. Perubahan yang paling terasa olehku adalah semua jalanannya sudah beraspal termasuk menuju ke tempat sekolah yang di dekat hutan bakau. sebelumnya jalan ke sekolah itu masih jalan tanah yang kerap berlumpur serta tergenang air jika hujan tiba. Sekolah itu sendiri pun kini terlihat lebih besar dan bagus.

Aku meminta pada pengemudi ojek online itu untuk mendekat ke kawasan sekolah tersebut karena aku ingin melihat hutan bakau tempat kami pertama kali melakukan explore, hutan bakau itu sudah tidak ada lagi dan sudah tergantikan menjadi kawasan perumahan megah yang baru aku lihat sekarang. Tanpa sadar mataku mulai berair hingga meluber membasahi pipiku karena melihat pemandangan ini, sungguh 20 tahun yang sia-sia, aku sangat menyesal memasuki hutan serta bangunan jahanam itu.

"Kembali ke Jalan" perintahku sembari menepuk pelan punggung pria berjaket merah yang ada di depanku sebagai isyarat untuk meninggalkan tempat itu dan melanjutkan perjalanan.

Aku tiba di rumahku yang terlihat mungil namun tampak mewah dengan pagar hitam berkarat di depannya yang menghalangiku untuk masuk ke halaman, keadaan rumahku juga sama hening dan tidak terawatnya dengan rumah sepupuku.

Rumah ini juga tampaknya kosong, mungkin bapakku tidak lagi tinggal di sini seperti sepupuku dan keluarga temanku yang lain, mengapa bisa kejadiannya serentak begini ? apakah karena aku keluar dari bangunan kuno itu penyebabnya ?

Akupun berniat untuk meninggalkan tempat ini hingga seorang tetangga yang masih mengenaliku memanggil namaku dari teras rumahnya dengan suara yang terdengar lantang memecah heningnya jalanan legam yang penuh rumah di pinggirannya.

"Junar !!"

"Eh... Pak Abi" jawabku sambil tersenyum ke arahnya

"Dari mana saja kau ? kenapa baru sekarang aku melihatmu ?" tanyanya, wajah yang sudah penuh dengan kerutan itu menampilkan ekspresi datar sambil mata hitam kecilnya memandangku, peci berwarna hijau tampak melekat erat pada kepalanya 

"Sepertinya kau terlihat lebih kurus sekarang" Sambungnya

"Dari rumah sepupu pak, biasalah kurus Pak namanya juga hidup, oh ya bapak saya mana ya ? kenapa rumahnya terlihat seperti sudah lama kosong ?" jawabku sedikit bercanda sambil menanyakan hal yang ingin aku ketahui

"Iya, memang sudah lama kosong, sebab bapakmu belum ada datang kemari dari ia pergi hingga sekarang, cuma dia ada menitipkan kunci padaku, sebentar" setelah berkata begitu ia masuk ke dalam rumah lalu kembali lagi keluar sambil memberikan kunci rumah padaku

"Bapakmu memberikan kunci ini kepadaku, ia berpesan padaku jika kau datang ke rumah ini tolong berikan kunci rumah ini padamu, dia juga bilang akan pergi dalam waktu yang lama untuk keperluan bekerja" aku memandanginya dengan rasa tidak percaya saat mendengar perkataannya

Ayahku menitipkan kunci ini untuk memberikannya padaku jika aku datang ? Pikirku penuh keheranan

"Kemana perginya, apa dia ada memberitahu bapak ?"

"Tidak ada"

"Kapan perginya ya pak ?

"Sudah lama juga, mungkin sekitar 4 tahun yang lalu bapakmu pergi"

"Jadi selama 4 tahun itu, bapak saya belum ada kembali sama sekali ?" Tanyaku dengan serius

"Belum" Jawabnya singkat

"Terima kasih banyak sebelumnya  pak"

"Ia nar"  Sahutnya seraya berlalu ke dalam rumah

"Tidak jadi balik lagi pak ?" Suara itu berasal dari pengemudi ojek online berjaket merah yang sedari tadi masih menungguku di atas motornya.

Aku kemudian menggelengkan kepalaku pada ojek online tersebut sebagai tanda agar ia pergi meninggalkanku.

Kini aku masih berdiri mematung di hadapan tirai besi dari pagar rumahku dengan air mata yang mengalir di pipiku

"Ayahku masih mempedulikanku bahkan setelah aku meninggalkannnya sendiri di rumah, rasa bersalahkulah yang membuatku terus berpikir bahwa ia tidak lagi menganggapku sebagai anaknya"

Rumah yang menyimpan berbagai kenangan tentang keluargaku ini terlihat kotor penuh dedaunan serta bunga berwarna merah merekah dari tanaman kembang sepatu yang sudah tumbuh semrawut di halamannya.

Aku memperhatikan tiap detil keadaan rumahku yang catnya terlihat mulai memudar itu sambil menggenggam kunci di tangan. Angin berhembus sepoi-sepoi menerpa tubuh dan wajahku, suasana sore yang sepi di perumahan ini tampak begitu indah. Sepertinya tidak terlalu banyak perubahan di perumahan ini setelah 21 tahun berlalu sejak aku meninggalkannya.

Aku akan menunggu ayahku kembali di rumah ini, aku benar-benar berharap ia mau memaafkanku, bukan karena aku butuh tumpangan rumah atau uang darinya, melainkan memang dari lubuk hatiku yang paling dalam aku ingin meminta maaf, bahkan jika ia menolak permohonan maafku itu tidak masalah, aku akan pergi. Aku merasa memang tidak pantas berada di dekatnya setelah apa yang ku perbuat.

Paling tidak, jika aku sudah memohonkan maaf padanya, rasa bersalahku selama ini akan berakhir.

           
                             TAMAT

Explore (Jelajah) [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang