Explore 10 Pencarian

165 16 2
                                    

Brankas tersebut terbuka kemudian sesuatu menggelinding jatuh menyentuh kakiku.

Benda tersebut ternyata sebuah kepala !! dan yang membuatku sangat terkejut, itu adalah kepala Jalil dengan matanya yang putih mengerikan mengarah padaku membuat tubuhku menggigil. Senyuman lebar dengan giginya yang kotor terlihat menghiasi wajahnya yang pucat bagaikan kertas putih, sisa-sisa daging menggantung di sekeliling lehernya yang terpotong terlihat sangat menjijikan

Sontak saja aku berlari keluar sambil berteriak dan menceracau tidak karuan sepanjang lorong. aku mulai merasa kewarasanku hilang akibat semua yang ku alami di bangunan ini

Bruuk !

Aku pun jatuh tersungkur di lorong tersebut akibat berlari dengan kalap, pisau kecil yang ku genggam terlempar entah kemana.

Ketika aku mulai melihat ke depan, sebuah kaki pucat yang kotor dengan sebagian kulit kaki terkoyak lebar membusuk hingga terlihat tulang keringnya dan berbelatung berdiri di hadapanku. Belatung-belatung pada daging di kaki tersebut bergerak-gerak dengan bau busuk yang seketika menusuk rongga hidungku, baunya sangat tidak tertahankan.

Aku yang masih tertelungkup di lantai tidak punya keberanian untuk melihatnya ke atas, lalu aku mulai mengalihkan pandanganku ke lantai lorong ini dan memejamkan mataku  sambil membaca ayat-ayat yang ku hafal dengan harapan setan itu segera pergi dari hadapanku

Butuh waktu yang cukup lama bagiku untuk berani membuka mata meskipun bau busuk itu telah menghilang beberapa saat setelah aku membaca doa. Perlahan aku mulai membuka mataku.

Setan itu sudah tiada, dengan takut-takut aku mulai berdiri dan melihat lorong tersebut. Ada yang janggal di sana. Aku mulai berjalan dengan pelan ke depan, pada dinding lorong penuh dengan tulisan berwarna merah seperti yang ku temukan di ruangan berkarpet merah sebelumnya, hanya saja kalimat-kalimat yang tertulis pada dinding ini jauh berbeda.

TUHAN TIDAK AKAN MENOLONGMU

KAU SUDAH MENJADI BAGIAN DARI KAMI

TIDAK ADA TUHAN DI SINI

DOA MU TIDAK AKAN DI DENGARKAN

KAU AKAN MATI

Jantungku berdetak kencang saat membaca berbagai tulisan yang menempel pada dinding putih yang sudah kusam itu.

Pikiranku benar-benar kalut, sepertinya memang tidak ada jalan keluar bagiku untuk selamat dari tempat ini. Jika pun aku berhasil keluar dari sini itu juga bukan akhir dari masalahnya, aku sudah berada di tengah hutan dan aku sudah tidak ingat lagi jalan kembalinya.

Aku teruskan langkahku dengan tetap membaca doa dan tidak menghiraukan lagi apa-apa saja yang tertulis di sepanjang dinding lorong ini, aku memohon pertolongan dan ampunan kepada NYA. Hingga pintu berwarna putih di kanan lorong mengusik pikiranku. Aku pun membuka pintunya dengan penuh kewaspadaan, hal pertama yang menarik perhatianku ialah bangkai tikus besar teronggok di depan pintu yang terbuka. Segera saja bau dari bangkai itu mengganggu  pernafasanku

Haruskah ku makan bangkai ini ? Aku memang kelaparan setelah sebelumnya rasa laparku hilang akibat rasa takut yang mendera.
Tapi kini perutku kembali berulah seakan-akan perut ini menjerit minta di isi, mungkin jika ku olah dengan memotongnya menjadi daging-daging kecil kemudian ku bakar rasa dan bentuknya tidak terlalu buruk

Tidak.. aku harus mencari makanan lain bantahku, lalu aku pun melangkahi bangkai tikus tersebut dan mulai melakukan pencarian di ruangan ini, terdapat kursi goyang dari kayu dengan posisinya menghadap ke jendela yang tertutup tirai putih bermotif bunga, tv cembung model dulu di atas sebuah meja kecil dengan tiga laci,  sebuah sofa panjang yang menghadap pada tv, dan di depan sofa itu juga terdapat meja kayu dengan vas kaca berisi bunga hias yang indah.

Aku mulai membuka laci di meja tv tersebut dengan sangat perlahan karena takut jika sesuatu yang mengerikan akan keluar dari sana. Ternyata isinya hanya ada tumpukan kabel, serta beberapa perkakas lainnya seperti obeng, tang, kunci inggris dan palu saat di buka. Kemudian aku memeriksa laci satunya terdapat rantai besar di sana dengan gemboknya yang juga besar memenuhi ruang pada laci tersebut, tinggal laci terakhir pikirku, tanganku mulai menyentuh gagang laci tersebut dengan penuh kekhawatiran. Lalu ketika ku buka.

Ternyata hanya ada tumpukan kertas, tidak berguna pikirku. Aku kembali mendekati bangkai tikus tadi. Sepertinya tidak ada pilihan lain aku harus memakan bangkai ini untuk menghilangkan rasa lapar yang sudah membuat perutku tidak nyaman rasanya. Aku menjinjing tikus itu dengan penuh rasa jijik, ya ampun bau nya ... Pikirku.

Dan meletakannya di dekatku lalu aku mulai mengambil palu, beberapa kertas dan obeng panjang dari laci kemudian berjalan mendekati kursi goyang dan menghantamkan palu berkali-kali  ke kursi tersebut hingga rusak. Sebagian kayu dari kursi tersebut ku tumpuk di lantai kemudian aku menuju bangkai tikus tersebut dan berniat untuk memotongnya.

Sial ! pisauku kan jatuh tertinggal di luar pikirku kesal, jadi bangkai tikus yang gemuk dan besar itu langsung ku tusukan pada obeng dari mulut ke belakangnya. Lalu aku mulai  membakar kertas dengan menggunakan mancis yang ada di tas Ditra dan memasukannya ke tumpukan kayu itu dengan maksud untuk membuat api unggun. Namun ternyata tidak semudah yang ku bayangkan, beberapa kali api itu padam dan tidak mau menyambar kayu-kayu tersebut

Hingga akhirnya api berhasil menyala, asap hitam mulai memenuhi ruangan ini membuat mataku terasa perih meskipun begitu, aku tetap senang bahkan sangat senang. Kemudian dengan segera aku membakar bangkai tikus tersebut, aroma busuk yang terbakar pun tercium di ruangan ini, membuatku ingin muntah rasanya.

Bulu-bulu pada tikus tersebut mulai terbakar hingga menyisakan kulitnya. Karena merasa terlalu lama, aku pun mengangkatnya dari api tersebut dan menghembuskan nafasku pada bangkai itu agar lekas dingin kemudian ...

"Kraus-krauss"

aku mulai menggerogoti bagian kepalanya dengan rakus, karena belum terlalu matang jadi masih terdapat darah dan daging agak mentah yang terasa menjijikan di lidahku namun aku tidak mempedulikannya, kelaparan ini membuatku tetap ingin terus mengunyah bangkai tikus ini hingga habis menyisakan beberapa tulangnya di lantai.

Tidak mengenyangkan tapi cukup untuk sekedar mengganjal perutku, aku kemudian berdiri dan melangkah menuju ke arah jendela yang tertutup tirai dengan palu berada di genggaman tanganku

Aku menyingkap tirai jendela yang sudah berada di hadapanku. Palu yang ada di tanganku semakin ku genggam erat, aku akan menghancurkan jendela bangunan iblis ini pikirku dengan tekad yang membara.

Bersambung Ke Explore 11

Explore (Jelajah) [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang