Explore 2 Perjalanan Menuju hutan

272 20 0
                                    

21 Oktober 2017

Sabtu malam itu pun akhirnya tiba. Aku, Jalil serta Ismet yang juga ingin ikut, pergi ke pos security yang berada di pintu masuk perumahan tempat tinggal Ditra.

Ditra sendiri yang mengirim pesan whatsApp kepada kami agar menjumpainya di sana. Kami sampai di depan pos itu, namun alangkah terkejutnya aku begitu pula dengan teman-temanku yang lain.

Kami menemukan Ditra berada di dalam mobil sedan tua yang sudah buruk dan penuh karat. Dari dalam mobil tersebut, terlihat Ditra melambaikan tangannya sembari bibir yang tipis itu menyunggingkan senyuman ramah kepada kami. Jadi ini mengapa ia merasa tidak masalah jika kami tidak patungan, tentunya sewa mobil buruk ini lebih murah di bandingkan mobil rental dalam kondisi yang baik

"Kau serius dengan mobil ini ?! Apa kau yakin mobil ini tidak akan mogok di jalan ?" tanya Jalil kaget, seakan-akan masih tidak percaya dengan apa yang di lihatnya.

"Yakin.. lagi pula hanya tampilan luarnya saja buruk, yang terpenting mesinnya tidak ada masalah kan..."

"Apakah pemilik mobil ini yang mengatakan bahwa kondisi mesinnya baik atau hanya pendapatmu saja ?" sindirku sinis

"Sudahlah, kaliankan tidak ikut patungan jadi tidak usah protes. Lagi pula banyak mobil tua dan bahkan lebih parah dari ini di luar sana yang baik-baik saja saat di bawa perjalanan jauh, kalian tidak perlu khawatir" kilah Ditra

Kami diam saja kali ini karena kami sendiri juga mulai sadar dengan apa yang ia katakan, bahwa kami hanya membawa badan dan perlengkapan sekedarnya saja untuk naik ke mobil ini tanpa ikut patungan

"Kalian langsung saja ke rumahku dan parkir motornya di sana lalu kita berangkat"

"Kenapa kau tidak memarkir mobil rongsokan ini di depan rumahmu saja, jadi dua orang ini tidak perlu bolak-balik kesini hanya untuk memarkir motor" sahut Jalil dengan jengkel

"Yang benar saja, aku tidak mungkin bilang ke orang tuaku jika mereka melihatku dengan mobil ini dan bertanya padaku, bahwa aku merental mobil ini dengan alasan untuk eksplore," jawab Ditra dengan memasang raut wajah tidak senang "Menurutmu mereka akan berpikir apa tentangku ? Tentunya mereka akan menganggap aku memboroskan uang untuk hal yang tidak penting"

Aku dan Ismet pergi meninggalkan mereka, Ditra dan Jalil, untuk memarkir motor (Jalil membonceng denganku ke tempat Ditra). Lalu kembali ke mereka dan kami langsung berangkat menuju hutan tersebut pada pukul 21.05.

Kondisi dalam mobil ini cukup memprihatinkan. Beberapa kursi tempat duduk itu ada yang koyak dan tampak busanya, kaca bagian kiri di belakang tidak bisa di tutup atau di buka sepenuhnya melainkan hanya setengah membuka karena tuas pembuka kacanya sudah tidak ada. Bahkan aku cukup kesulitan saat membuka pintu dan menutupnya ketika masuk tadi. Bau karat juga tercium olehku, baunya sangat memuakan selain itu suara mesinnya cukup mengganggu membuatku menjadi khawatir mobil ini bisa-bisa mogok di jalan.

Sementara di sampingku, Ismet sibuk dengan ponselnya seakan-akan tidak mempedulikan keadaan mobil ini. Lagi pula ia juga bukan orang yang terlalu banyak bicara.
Kami mengisi perjalanan kami dengan membahas baik itu tempat yang kami tuju maupun apa-apa saja yang perlu kami lakukan saat pengambilan video nanti.

Sekitar 25 menit yang lalu kami telah meninggalkan kota, tidak ada lagi gedung-gedung tinggi atau keramaian. Yang terhampar di hadapan kami sekarang ialah jalan aspal panjang yang gelap, di kiri kanan jalan hanya ada pepohonan, tanah-tanah yang membukit dan semak-semak yang telah meninggi. Aku melihat ke belakang mobil, di balik kaca belakang mobil yang retak itu aku dapat melihat asap hitam cukup tebal berasal dari knalpot mobil tua yang kami gunakan ini.Tidak berapa lama kemudian mobil ini bergerak perlahan dan berhenti seketika, mesin mobil ini mati di jalan yang gelap dan sunyi tersebut

"Aduh lil ! mesinnya mati !" seru Ditra dengan nada panik

Aku benar-benar tercekat dengan hal ini. Ismet pun tidak jauh berbeda, ia yang sebelumnya sibuk dengan ponsel terduduk tegak seketika sambil melihat di sekelilingnya

"Dari awal aku juga sudah tidak yakin dengan mobil ini ! lain kali kalau budgetnya terbatas, jangan maksain jadinya kan begini !" ujar Jalil kesal.

Kami pun turun dan melihat kondisi mobil buruk yang kami gunakan, Jalil menendang mobil tersebut karena ia sangat jengkel

"Sekarang apa ? kita terjebak di sini !" sambung Jalil kembali dengan nada sedikit keras

Ditra tidak menghiraukan perkataan Jalil karena ia sudah sibuk melihat mesin di kap mobil tersebut. Aku tahu, meskipun Ditra mahir dalam membawa mobil tapi ia bukanlah orang yang ahli dalam memperbaiki mesin. Aku bahkan baru melihatnya bergulat dengan mesin mobil sekarang

"Tidak ada asap atau apapun yang menunjukan kalau mobil ini rusak di mesin, coba aku hidupkan lagi" jelas Ditra memberitahu kami

Suara starter mobil itu pun membelah kesunyian jalan, tidak berapa lama mesin mobil tersebut menyala kembali, kami pun bersorak sorai kegirangan lalu kembali ke dalam mobil dan melanjutkan perjalanan kami. Sebenarnya dari mogok tadi aku sudah mulai kehilangan minatku untuk melanjutkan perjalanan, karena khawatir jika mobil tua ini sewaktu-waktu bisa saja mogok lagi. Aku juga melihat gelagat itu pada Ismet namun, sepertinya Jalil dan Ditra yang berada di kursi depan mobil ini tetap bersemangat melanjutkannya jadi kami diam saja dan terlihat seakan-akan tetap antusias dengan perjalanan ini.

Kami akhirnya sampai di hutan pada pukul 23.50. Kami sangat senang dan puas terutama karena suasananya yang sangat menyeramkan, tapi di saat bersamaan kami juga merasakan takut. hutan itu di penuhi barisan pepohonan besar di hadapan kami yang tampak begitu rimbun, suram dan menakutkan. Seakan-akan sesuatu yang jahat dapat keluar dari balik barisan pepohonan itu.

Kali ini aku tidak bisa membohongi diriku sendiri bahwa tempat ini sangat menakutkan. Bayangan akan hal-hal horor mondar-mandir di pikiranku meskipun aku berusaha menepis dan meyakinkan diriku bahwa satu-satunya hal yang harus ku takuti adalah hewan buas yang siap memangsamu, tidak ada hantu atau apapun di sana selain hewan buas.

Ditra mematikan mesin mobilnya di depan hutan tersebut, menyebabkan kebisingan mobil itu lenyap seakan-akan di telan oleh keheningan di sekitar kami

"Kita turun di sini" perintah Ditra

Kami keluar dari mobil dan mempersiapkan semuanya yang di perlukan. Aku mendengar Ismet mengumpat kesal karena tidak membawa jaket, ia hanya mengenakan kemeja putih yang tipis. Selain gelap dan menakutkan, suasana di hutan itu juga begitu dingin. Apalagi angin berhembus cukup kencang.

Ketika aku melihat ke langit, awan gelap telah menggumpal di atas sana. Aku rasa mungkin hujan akan turun, tentunya aku berharap itu tidak terjadi agar kami bisa membuat konten tanpa ada kendala lagi. Cukup kejadian mobil sialan itu mogok sebagai kendala kami, dan aku tidak ingin ada hal-hal buruk lainnya terjadi lagi.

Bersambung Ke Eksplore 3

Explore (Jelajah) [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang