Explore 12 Seseorang Di Lorong

118 12 0
                                    

Merasa tidak ada gunanya lagi jika terus berada di ruangan ini aku pun membuka pintu dengan perlahan, seperti biasa aku melihat keadaan di luar dengan melongokan kepalaku dari celah pintu yang sedikit itu, tidak ada apapun di luar kondisi lorong kosong dan sangat hening. Aku mulai meninggalkan ruangan lalu berjalan dengan pelan menyusuri lorong ini kembali.

Tanganku menggenggam erat kunci inggris yang ku dapat dari ruangan tersebut dan berharap benda ini dapat menyelamatkan hidupku dari serangan-serangan setan yang ada di sini, meskipun rasanya itu terlalu naif karena walau bagaimanapun kau tidak bisa membunuh setan dengan benda-benda seperti ini. Lampu di lorong mendadak hidup-mati berulang kali sempat membuatku tersentak kaget sekaligus berdebar-debar menanti dengan penuh kekhawatiran, setan terkutuk macam apa yang akan menghampiriku. Jika ia muncul bisakah aku mengalahkannya ? atau apakah aku dalam keadaan siap saat setan itu menyerangku ? Rasa takut kembali muncul melumpuhkan keberanianku membuatku berbalik arah dengan cepat dan kalap untuk memasuki ruangan kembali namun, pintu itu tertutup, aneh padahal aku tidak menutupnya ketika keluar dan saat aku hendak membukanya dengan memutar grendel pintu tersebut, pintu itu terkunci.

Apa...!! Pikirku panik, aku mendobrak pintu tersebut bahkan menendangnya berkali-kali namun pintu tersebut tetap tertutup. Tidak ada gunanya aku hanya menghabiskan tenagaku saja, aku mencoba untuk membuka pintu di seberang ruangan ini hal yang sama juga terjadi pintu tidak dapat di buka lalu dengan terpaksa aku harus kembali berjalan sambil memberanikan diriku untuk menjelajahi lorong ini dan berharap tidak ada sesuatu yang muncul.
Tulisan-tulisan berwarna merah gelap terlihat masih mengukir jelas di dinding kiri kanan lorong yang berwarna putih keabu abuan itu.

Tulisan-tulisan tersebut berisi penuh umpatan dan cacian terhadap Tuhan dengan berbagai kata-kata yang tidak pantas

Lampu-lampu di lorong terus saja berkedip-kedip menakutkan, aku masih tetap berjalan sambil mengawasi keadaan dengan begitu seksama. Mendadak aku melihat seseorang berdiri di lorong tersebut, jarak antara aku dan orang itu sekitar 8 meter dari tempatku, ia berdiri dengan posisi tepat menghadapku. Karena suasana lorong yang masih berkedip-kedip aku memperhatikannya sambil menyipitkan mataku agar dapat melihatnya dengan lebih jelas.

Aku merasa tidak asing pada orang yang berdiri di sana, sementara itu genggamanku pada kunci inggris kupererat dengan rasa was-was yang sudah sangat memuncak, seseorang yang berdiri itu adalah pria. Ia mengenakan kemeja putih tipis tapi banyak noda kehitam-hitaman mengotori kemeja tersebut, di bawah alis matanya yang tebal terdapat dua mata yang telah memutih semua, ia terlihat sangat pucat seperti mayat dengan tangan sebelah kanannya memegang pisau dapur besar berujung tajam. Itu Ismet... Pikirku, tentunya itu pasti bukanlah dirinya lagi, mungkin kini ia hanya jasad yang di kendalikan oleh setan-setan penunggu di sini seperti yang terjadi pada Jalil. Kulihat ia tersenyum lebar menakutkan.

Aku mulai berdoa dengan ayat-ayat yang ku hafal seperti sebelumnya dan berharap sesosok yang menyerupai Ismet itu menghilang, namun yang terjadi tidak sesuai harapanku. Ia malah berlari dengan cepat ke arahku, seketika aku membalikan tubuhku dan berlari dengan cepat pula untuk menghindarinya

Sambil berlari, aku melihat pintu-pintu di kiri kanan lorong tersebut sudah terbuka dengan orang-orang yang berdiri di depannya, mereka menatapku dengan ekspresi datar. Seorang pria dengan tampilan fisik seperti orang eropa berdiri di samping wanita yang mungkin istri atau kekasihnya, pria itu mengarahkan pistol ke rongga mulutnya sendiri dan membuat dinding, pintu, serta sebagian wajah dari wanita di sampingnya terciprat cairan merah gelap setelah ia menarik pelatuk dari benda logam tersebut. Wanita di sampingnya tetap diam mematung dengan ekspresi datarnya melihatku berlari

Pemandangan lainnya lebih mengerikan lagi, seorang pria bermata sipit, berkulit kuning dan mengenakan seragam militer juga berdiri di depan pintu ruangan yang terbuka, ia mengeluarkan sebilah pisau yang tersampir di pinggangnya dan dengan cepat menggorok lehernya sendiri hingga darah keluar dari luka sayatan pada leher tersebut

"Hentikan !!!! hentikan !!!! hentikan semua ini !!!"

Jeritku sambil terus berlari dan berusaha untuk tidak melihat orang-orang aneh di kiri kanan lorong dari pintu yang terbuka itu.

Akhirnya aku tiba pada tangga yang sebelumnya aku gunakan untuk naik ke lantai dua ini. Sebelum menuruni tangga tersebut, aku menolehkan kepala ke belakang untuk memastikan di mana setan berwujud Ismet itu berada. Ternyata dia sudah berada tepat di belakangku, tangannya terangkat ke atas hendak menikam ! Aku secara reflek berbalik dan menahan tangannya yang memegang pisau itu dengan tanganku.

Kunci inggrisku terjatuh tanpa sengaja akibat dari gerakan reflek dan panik tersebut. Karena posisiku sudah berada di tepi tangga maka kakiku pun tergelincir saat termundur sedikit ke belakang, kami pun jatuh begulingan di tangga tersebut hingga ke lantai bawah.

Pisau di tangannya terlempar di lantai sementara kami juga sudah tergeletak di lantai pertama tersebut. Aku berusaha bangkit untuk berdiri, namun dengan cepat Ismet yang sudah di rasuki setan itu bergerak ke arahku untuk mengunci pergerakanku. Kini dia sudah berada di atas tubuhku, wajahnya yang pucat dengan matanya berwarna putih semua itu terlihat jelas olehku.

Ia membuka lebar mulutnya, terdapat taring panjang yang mengerikan di sisi kiri dan kanan mulutnya. Sial.. posisiku sangat tidak menguntungkan. Ia kemudian mencekik leherku dengan kuat, aku meronta-ronta mencoba untuk melepaskan diri sekuat tenaga. Tanganku menggapai-gapai untuk mencari cara agar bisa membuat tangannya lepas dari leherku, hingga aku pun menyentuh wajahnya, lalu kutekankan kedua jempolku ke dalam biji matanya yang putih itu hingga darahnya yang menjijikan menjatuhi wajahku

Meskipun aku sudah menekan matanya hingga melesak masuk ke dalam, ia tetap saja mencekikku seperti tidak merasakan sakit apapun pada matanya

"Errrrggghh !!"

Bunyi dari suaraku yang tercekat akibat tangan-tangan kokohnya melekat di leherku, mataku berputar-putar liar hingga penglihatanku tanpa sengaja menampakan gagang hitam dari sebuah pisau dapur besar berujung tajam yang letaknya tidak jauh dariku. Tangan kananku berhenti menekan matanya lalu berusaha menggapai pisau tersebut

Dapat !!!

Segera saja aku langsung menghunjamkan pisau itu tepat di sisi kiri lehernya, pisau tersebut menancap cukup dalam di sana kemudian aku menariknya ke bawah hingga leher tersebut robek dan membuat darah menyembur dengan deras ke wajahku serta sebagian tubuhku, ia mengejang-ngejang dengan hebat cengkraman tangannya pada tenggorokanku melemah hingga akhirnya terlepas, tidak berapa lama kemudian ia jatuh di atasku

Aku mendorong tubuhnya ke samping dan mendudukan tubuhku sambil terbatuk-batuk dan mengatur pernafasanku akibat cekikan tadi. Setelah pulih, dengan kesetanan aku menikam kembali tubuh temanku yang sudah tidak bergerak itu berkali-kali

"Haaaaaaaaaaaaa...!!!!"

Teriakku penuh amarah sambil menghujani wajah, leher, dan dadanya dengan pisau sampai benar-benar membuat bagian-bagian tubuh tersebut rusak, kemudian aku berhenti sambil kulihat tubuh tersebut sejenak, lalu ku tancapkan pisau itu sekali lagi.

Aku mulai merasakan nyeri pada tubuhku mungkin karena jatuh dari tangga tadi, selain itu aku juga masih merasa lapar di tambah rasa haus ikut menjalari kerongkonganku yang terasa kering dan panas. Aku pandangi lagi tubuh yang berlumuran darah ini lalu aku bangkit meninggalkannya.

Aku berjalan dengan tertatih-tatih, rasa nyeri di sekujur tubuhku semakin terasa setiap kali aku bergerak, sementara pandangan mataku mulai berbayang-bayang bahkan aku sempat terjatuh beberapa kali di lantai lorong ini, namun aku terus berupaya bangkit dan berjalan kembali, hingga pandanganku benar-benar semakin berbayang aku melihat tanganku yang penuh darah dengan samar-samar, tidak berapa lama kemudian semuanya menjadi gelap

Bersambung ke Explore 13

Explore (Jelajah) [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang