Explore 7 Kisah Roh-Roh Yang Tidak Tenang

185 21 0
                                    

Aku mulai berjalan ke depan dengan perlahan, tubuhku gemetar melihat keanehan ini sebaliknya orang-orang yang berada di lantai dua ini tetap sibuk dengan kegiatannya dan tidak menghiraukanku.

Setelah aku perhatikan lebih seksama wanita yang di rantai itu hanya berjumlah empat orang, fisik mereka terlihat seperti orang eropa. Rantai mereka kemudian di lepas lalu mereka di pisahkan oleh beberapa tentara dan membawa masing-masing dari wanita itu ke ruangan yang ada di kiri kanan lorong tersebut.

Aku bisa melihat dari pintu ruangan sebelah kiri lorong yang terbuka bagaimana tentara-tentara itu memperkosa beramai-ramai dengan brutal wanita pirang bermata biru itu, lalu di ruangan sebelah kanan lorong yang juga terbuka aku bisa melihat dua tentara lainnya memarahi wanita yang di bawa mereka.

Keadaan wanita itu begitu menyedihkan ia menangis tersedu-sedu dengan wajah penuh darah dan lebam, ia dalam kondisi tanpa busana sama sekali di lantai. Tidak sampai di situ, mereka kemudian memenggal kepalanya dengan pedang samurai. Aku tidak tahan melihat ini semua, aku pun mulai berjalan dengan agak cepat meninggalkan pemandangan biadab itu sampai aku tiba di tempat yang berbeda.

Aku berada di ruangan yang amat luas dan penuh dengan orang-orang berseragam militer duduk berhadap-hadapan seperti di sebuah kantin. Mereka sedang makan dengan lahapnya, aku melewati salah satu meja mereka dan saat ku lihat apa yang di makan para pria itu adalah tangan dan kepala manusia, pandanganku menangkap jelas bagaimana tangan dengan kepala yang matanya terbeliak itu tergenang dalam kuah sup pada mangkuk besar yang terhidang di meja mereka.

Aku menatap tidak percaya ke mangkuk tersebut lalu mengalihkan pandanganku pada para pria yang duduk di situ, mendadak mereka mengarahkan pandangannya ke arahku. Aku sangat kaget akan hal ini, tatapan mereka begitu menakutkan.

Aku kemudian berlari meninggalkan tempat itu hingga suasana berubah kembali, kali ini aku di kelilingi oleh orang-orang berpakaian putih seperti dokter yang tengah sibuk melakukan berbagai kegiatan. Aku melihat sekilas (karena sedang berlari) ada seorang wanita yang begitu kurus di suntikan sesuatu oleh dokter tersebut pada lengannya dan ada juga seorang pria yang berteriak-teriak kesakitan karena mereka membelah tubuhnya dan mengeluarkan organ dalamnya hidup-hidup.

Aku menabrak seorang pria berpakaian dokter hingga terjatuh, aku pun berusaha bangkit sesegera mungkin untuk berlari kembali namun, saat aku mengalihkan pandanganku ke depan yang ada hanya lorong kosong suram panjang seperti tidak berujung dan di sinari oleh lampu berwarna putih terang, pada kiri kanan lorong tersebut terdapat pintu menuju ruangan tertentu.

Tidak ada keramaian apapun di sini hanya ada aku sendiri di lorong. Aku mulai merasakan sesuatu yang tidak enak tepat di belakangku, dengan tanpa menoleh ke belakang aku bergerak dengan cepat masuk ke ruangan di kiri lorong tersebut dan menutup pintunya

Sebuah pemutar piringan hitam kuno yang berada di meja dekat dengan pintu masuk menjadi hal pertama yang kulihat di ruangan ini. terdapat dua sofa berukuran pendek namun besar berwarna coklat muda dengan satu meja di antara sofa itu yang berada di tengah ruangan, di sisi kiri ruangan terdapat rak buku besar yang berisi banyak buku, tersusun rapi di sana tanpa debu sama sekali.

Di atas meja yang terletak di antara sofa ada sebuah botol besar berisi air. Aku kemudian mengambil botol itu tanpa mempedulikan berapa lama air tersebut sudah berada di bangunan ini dan meminumnya dengan sangat rakus hingga menyisakan setengahnya saja karena kehausan, lalu terduduk di sofa itu untuk melepas lelah setelah berlari di lorong-lorong bangunan ini.

Apa yang baru saja terjadi mengapa hal-hal aneh itu muncul ? pikirku, apakah yang kulihat tadi adalah fungsi bangunan ini pada zaman dulu ? saat tentara jepang menguasai daerah ini dan mengubah fungsi bangunan megah yang mungkin didirikan oleh kolonial belanda ini menjadi kamp tahanan sekaligus tempat ekperimen yang brutal ? Tapi apapun fungsi bangunan ini sebelumnya aku harus bisa keluar dari sini tapi bagaimana ?!!
Ketiga temanku sudah tewas di tempat ini bahkan mungkin tidak untuk waktu yang lama aku akan menyusul mereka.

"Kenapa kau selalu menempatkanku di situasi yang begitu sulit Tuhan mengapa ? Apa yang telah ku perbuat ?" aku mulai berbicara sendiri di ruangan itu dan menangis histeris.

Nyanyian melolong aneh yang kuat membuatku tersentak kaget, suara itu berasal dari piringan hitam yang berada di ruangan itu. Aku perlahan mendekati benda itu dan dengan tangan gemetar mematikannya, kemudian diam sejenak sambil memperhatikan berbagai sudut ruangan dengan penuh kewaspadaan. Karena tidak ada hal aneh atau sesuatu yang muncul di ruangan itu, aku bergerak hendak duduk di sofa kembali tapi aku membatalkan niatku ke sana karena mataku tertuju pada tirai putih yang menutupi jendela ruangan ini.

Aku mulai mendekati jendela tersebut dan membuka tirainya. Jendela itu dapat melihat keadaan di luar begitu jelas tidak seperti di ruangan tidur yang aku dan teman-temanku sembunyi sebelumnya. Keadaan di luar begitu cerah akibat sinar lembut bulan menerpa lapangan yang berada di depan bangunan ini, itu artinya hujan ini sudah berhenti, namun permasalahannya adalah di lapangan tersebut berbaris sekitar belasan orang tanpa kepala, mereka terlihat mengenakan seragam militer yang sudah lusuh.

Aku segera menutup tiraiku dengan cepat, pandanganku mulai nanar akibat melihat itu di tambah dengan ketakutan dan kekalutan yang telah menyatu dalam diriku. Aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana lagi.

Setelah agak lama aku terduduk diam di dekat jendela, mendadak sebuah gagasan muncul di benakku rak Buku !! ah.. Ya... !! rak buku, mungkin di sana ada cara untuk menghancurkan setan-setan terkutuk yang ada di gedung ini. Aku mulai berjalan menuju rak buku dan mengambil salah satu buku yang ada di sana. Saat ku buka isinya berbahasa aneh dan tidak ku mengerti mungkin ini bahasa belanda pikirku, lalu menutup buku itu dan mengambil satu demi satu buku yang ada di rak. Ruangan itu menjadi berantakan oleh buku yang telah ku ambil dan ku letakan di lantai hingga buku terakhir yang ku ambil dari rak tersebut, tidak ada satupun buku di sana yang bisa memberiku petunjuk karena bahasa pada buku-buku itu tidak ku mengerti bahkan beberapa buku menggunakan huruf Jepang.

Aku mulai memeriksa setiap laci yang ada pada meja tempat piringan hitam itu berada, saat ku buka di sana kosong tidak ada apapun. Aku mulai putus asa lalu dengan lunglai aku membalikan badanku. Tepat saat aku menghadap ke arah sofa, seorang wanita mengenakan gaun putih panjang duduk di sana menatapku dengan mata sendunya, aku sangat mengenal wanita tersebut karena ia adalah kekasihku yang sudah meninggal dunia dua tahun yang lalu.

Bersambung Ke Explore 8

Explore (Jelajah) [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang