Explore 4 Keanehan

242 21 0
                                    

Daerah di sekitar matanya menghitam. Wajah dan mungkin sekujur tubuhnya seketika berubah menjadi putih pucat, padahal Jalil berkulit cokelat gelap

"Kalian tidak akan pernah keluar dari sini !"

suara serak wanita itu terdengar menggelegar menakutkan memenuhi lorong suram ini. Setelah berkata begitu, ia berteriak dengan nyaring hingga membuat kami ingin berlari meninggalkannya, lalu kemudian Jalil jatuh tidak sadarkan diri. Kami segera membantunya setelah sempat terpana dengan apa yang kami lihat. Aku membacakan Do'a sambil memegang keningnya yang terasa sedikit hangat itu dengan serius, karena aku mulai sadar ini bukan main-main.

Keyakinanku akan hantu itu tidak nyata tersapu habis akibat kejadian yang baru saja terjadi. Kami membaringkannya telentang di lantai (ia jatuh tersungkur ke depan), berusaha untuk menyadarkannya dengan mengguncang-guncang tubuhnya dan memercikan air ke wajahnya berulang kali dengan air dari botol kecil yang di bawa oleh Ismet.

Akhirnya ia pun sadar, kami lega karena itu memang dirinya meskipun ia terlihat masih kebingungan sembari menyentuh bagian wajahnya yang mulai terasa sakit akibat jatuh tadi

"Aku rasa kita harus keluar dari sini segera, sepertinya penunggu di sini marah dengan kehadiran kita"

ujar Ismet dengan nada panik. Sementara Ditra terlihat ia tidak lagi merekam dan tampak begitu gelisah, keringat dingin sudah membasahi wajahnya yang putih, membuat wajah Ditra berkilat kilat jika terkena paparan sinar senter

"Ya kau benar, kita harus pergi dari sini segera ! Namun masalahnya di luar masih hujan dan kita saat ini berada di tengah hutan" kataku, sial..! aku benci dengan suaraku yang gemetar.

Aku dan Ditra melihat ke arah Ismet, ia berdiri dan agak sedikit menjaga jarak dari kami yang duduk di lantai dekat dengan Jalil. Mungkin karena ia begitu shock dengan kejadian tadi, perlahan tapi pasti Ismet mulai mendekati kami

"Aku tidak peduli dengan hujan ini, menurutku kita harus keluar dari gedung terkutuk ini sekarang !" ajak Ismet dengan nada memaksa

"Kau gila ! di luar masih hujan dengan deras, dan kau pikir kita ada di mana sekarang ?! Di tengah kota ?! kita berada di tengah hutan yang gelap ! kita pasti akan kesulitan berjalan di luar dalam keadaan begini, bahkan kita bisa saja tersesat. Apalagi jarak pandang kita pastinya berkurang karena terhalang oleh hujan sialan ini"

Ditra menjawab dengan nada yang sedikit keras terhadap Ismet, aku rasa ia begitu tertekan setelah kejadian menakutkan itu.

"Bukankah kau bilang kau ingat jalan kembali ?!" tanyaku mulai panik

"Aku ingat, tapi masalahnya hujan akan membuat kita menjadi kalap sedangkan hutan ini luas dan keadaan sekitarnya terlihat sama, jadi aku harus memperhatikan jalan dengan benar agar tidak tersesat. Hujan ini juga membuat pandangan kita menjadi terganggu"

"Aku rasa jika berjalan di tengah hujan kita harus tetap tenang seperti biasa saja dan tidak perlu kalap, bahkan di bandingkan di sini, aku merasa lebih aman di luar sana" bantah Ismet

"Kalau hanya ngomong itu mudah atau.. kenapa kau tidak buktikan saja ? silahkan pergi keluar sana ! lagi pula kau masih ingat jalannya kan.. ? dan hal yang perlu kau pertimbangkan ialah jika di gedung ini berhantu, apa kau yakin di luar sana tidak akan ada hantu atau setan-setan lainnya ? dan satu lagi, di hutan pasti ada hewan buas yang berbahaya seperti ular, resiko di luar sana terlalu tinggi"

Ismet tampak terdiam memikirkan hal itu

"Lagi pula Jalil pernah kerasukan saat kita melakukan Explore sebelumnya, dan setelahnya tidak terjadi apa-apa. Mereka roh atau makhluk gaib mungkin hanya tidak senang saja, tapi tentunya kita harus tetap keluar segera begitu hujan reda agar tidak terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan"

Aku tersentak mendengar Ditra menyatakan dengan begitu yakin tentang kerasukan Jalil yang bagiku terlihat seperti main-main itu pada explore kami sebelumnya.

"Lil, apa kau benar-benar tidak ingat sesuatu tadi saat kau kerasukan?" tanya Ditra sambil menatap ke arah Jalil dengan seksama, ia tampak begitu khawatir jika Jalil akan kerasukan lagi

Terlihat jalil masih mengernyitkan wajah sambil menyentuh kepalanya yang mungkin sakit atau pusing, tidak berapa lama kemudian ia terlihat seperti mulai mengingat sesuatu dan raut wajahnya berubah menjadi penuh ketakutan

"Aku melihat-"

Suasana di bangunan kuno ini mendadak menjadi terang benderang, kami dapat melihat kondisi lorong dengan begitu jelas. Aku dan Ditra seketika mengalihkan pandangan kami dari Jalil begitu pula Ismet, ia melihat dengan sangat terkejut sembari menengadahkan kepalanya ke atas. Lampu di langit-langit bangunan itu putih menyala, namun tetap saja bangunan ini terlihat suram di sebabkan cat warna putih pada bangunan yang sudah ke abu-abuan dan kusam

Lampu hidup... ? jadi apakah ada orang yang tinggal di sini atau... pikirku mulai di cekam rasa takut.

Sepertinya temanku yang lain juga terlihat memikirkan tentang lampu yang menyala ini. Kami kembali mengalihkan pandangan ke Jalil
dan sangat terkejut ketika melihat Jalil yang sudah berdiri membelakangi kami, lalu kemudian suatu hal mengerikan yang akan aku ingat seumur hidupku saat ia memutar kepalanya ke belakang berlawanan arah dengan badannya. Suara putaran lehernya membuatku bergidik pada saat itu

"Kraaak !"

menatap kami dengan mata putihnya, ia tersenyum lebar menakutkan hingga menampakkan barisan giginya yang berubah menjadi buruk dan menghitam, kami benar-benar melihatnya dengan jelas karena lampu yang menyala ini. Ia mulai menyenandungkan lagu aneh, suaranya juga berubah namun berbeda, terdengar seperti suara anak-anak yang mengerikan.

Kali ini kami langsung berlari yah... kau tahu, benar-benar berlari secepat mungkin dan meninggalkan teman kami berdiri di sana dengan kepalanya yang terputar ke belakang. Suara senandung itu menggema ke sepanjang lorong yang kami lalui.

Tuhan aku benar-benar tidak ingin mendengar nyanyian aneh ini !

jeritku dalam hati, dengan kalap kami masuk ke salah satu ruangan yang cukup luas lalu menutup pintunya. Ternyata ini adalah kamar tidur terdapat kasur besar pada ranjang kayu yang bagus dan terlihat kokoh, sebuah meja mungil terletak di samping tempat tidur dengan lampu kuning temaram menyala di atas meja tersebut, di dekat jendela yang tertutup tirai bermotif bunga ada lemari pakaian 3 pintu yang terbuat dari kayu serta di sampingnya lagi ada meja rias dengan cermin besar yang memantulkan sebagian tubuh serta wajah-wajah penuh ketakutan kami.

"Jendela !!" seruku, aku langsung menyibakan tirai dengan kasar dan cepat untuk mencoba membuka jendela namun, ada yang aneh. Tidak ada slot pengunci atau engsel pada jendela, sepertinya jendela itu menyatu pada dinding begitu saja. Aku segera menyingkir dari jendela ketika Ismet mengambil kursi dari meja rias dan menghantamkannya.

Benturan pertama pada kaca itu membuat kami kaget setengah mati karena kaca jendela itu tidak pecah, ia terus menghantamkan kursi itu berkali-kali sampai kehabisan tenaga tapi tetap saja jendela itu utuh dan mulus tidak ada retak sama sekali. Sementara itu, suara senandung aneh Jalil yang tengah kerasukan masih terdengar samar-samar dari luar.

Aku mulai mendekati jendela tersebut dan menyentuhnya karena aku sempat menduga mungkin itu hanya gambar jendela yang terlihat begitu realistis, tapi itu memang jendela. Aku benar-benar merasakan yang ku sentuh itu kaca dan kayu yang melintang serta membingkainya

Aku juga melihat ada yang aneh dengan keadaan di luar dari balik jendela tersebut karena hanya menampilkan hitam pekat dan tidak ada rimbun pepohonan. Padahal saat melihat keadaan hujan di luar dari balik jendela yang sebelumnya, aku masih dapat melihat rimbunnya pepohonan meskipun gelap.

Bersambung Ke Explore 5

Explore (Jelajah) [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang