Explore 5 Terjebak Dalam Teror

211 21 0
                                    

"Kita seharusnya keluar langsung dari sini begitu Jalil sadar dari kerasukan, kini kita bahkan meninggalkannya di sana" Ismet mengeluarkan pernyataannya dalam keadaan duduk tersandar di dekat jendela tersebut

"Kita seharusnya tidak berlari meninggalkannya begitu saja, dan seingatku yang berlari lebih dulu adalah kau ! dan kau juga nyaris meninggalkan kami jika kami tidak segera bangkit dari duduk dan ikut berlari berusaha menyusulmu" tuding Ditra pada Ismet, ia kini sedang berdiri di dekat tempat tidur dengan raut wajah yang tidak ramah.

"Jadi kau mau menyalahkanku hah ?! kurasa kita berlari dalam waktu yang bersamaan karena insting kita untuk menyelamatkan diri dari sesuatu yang merasuki Jalil ! kau tidak lihat bagaimana kondisinya ?! Ini tidak pernah terjadi sebelumnya jadi berfikirlah sebelum menyalahkan orang lain !" bentak Ismet

Mereka terus bertengkar hingga aku yang sudah berdiri di dekat pintu mulai mendengar senandung itu semakin lama semakin dekat ke tempat kami

"Ssshhh... Diam !" perintahku dengan suara agak pelan namun sedikit menekan

"Kalian dengar itu ?"

Mereka seketika terdiam dan mulai terlihat ketakutan saat mendengar suara senandung anak-anak yang menakutkan itu, suara tersebut sudah terdengar sangat jelas oleh kami.

Lampu temaram yang ada di ruangan kami mulai hidup-mati berulangkali dengan sendirinya dan tidak berapa lama kemudian nyanyian itu hilang, begitu pula lampu di ruangan kami yang kembali hidup seperti biasa.

Suasana hening menyelimuti kami sejenak hingga tiba-tiba pintu ruangan ada yang mengetuk dengan keras

"Tolong buka pintunya !"

Itu suara Jalil, ia terdengar begitu panik dan ketakutan

"Aku mohon buka pintunya mereka mengejarku !"

aku hendak membuka pintunya langsung, saat tanganku nyaris menyentuh grendel pintu suara tegas Ditra membuatku terkejut

"Berhenti !"

"Kenapa ? Itu Jalil, aku rasa dia sudah sadar dan sepertinya setan-setan itu mengejarnya, kita harus menolongnya segera !" jawabku sambil memandangi mereka dengan heran

"Jangan buka pintunya ! jika Jalil sadar, ia tetap tidak akan tahu kita berada di mana karena ia dalam keadaan kerasukan saat kita tinggalkan"  tukas Ismet, ku lihat wajahnya menegang sembari menatap tajam padaku. Butir-butir keringat mengalir ke alisnya yang tebal

Aku tertegun di depan pintu. Suara tangis Jalil memohon itu masih terdengar jelas dari balik sana, sementara Ismet dan Ditra sudah berdiri di dekat ku

"Biarkan saja, jangan di buka. Jika ia berusaha untuk masuk, kita tahan pintunya bersama" kata Ditra

Aku menatap pintu kayu yang terlihat cukup kuat dan kokoh itu dengan bimbang, aku sebenarnya ragu jika itu Jalil tapi bagaimana jika itu memang dia ? dan saat memperhatikan pintu itu aku melihat ada lubang kecil untuk mengintip, aku baru menyadarinya sekarang lalu akupun mengintip dari lubang kecil tersebut. Seketika aku langsung menjauhkan wajahku dari lubang intip dengan panik, hal itu membuat Ditra dan Ismet menatapku penasaran

"Apa yang kau lihat ?" Tanya Ditra dan Ismet nyaris bersamaan, belum sempat ku jawab grendel pintu itu berputar, sesuatu yang mengerikan di luar sana berusaha masuk ke dalam

"Tahan pintunya !" teriakku tanpa sadar, kami pun berusaha menahannya hingga pintu yang telah membuka celah sedikit itu menutup kembali lalu kemudian sesuatu yang di luar itu mendobrak pintu tersebut berkali kali, kami berusaha menahan pintu tersebut bahkan dengan tubuh kami. Kami benar-benar takut sekali, kami rasa inilah akhir dari hidup kami jika ia berhasil masuk.

Explore (Jelajah) [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang