Style

310 36 30
                                    

"RAMBUTKU ASLI, SENSEI!"

Chuuya berusaha meyakinkan Verlaine-sensei kalau rambutnya ini memang berwarna sinoper sejak lahir, original, tidak dicat, dan bukan permen kapas. Di hadapannya, Verlaine-sensei memasang wajah sinis penuh selidik.

Chuuya tau dosanya gede, segede Peppa Pig, tapi dia tidak mungkin mengecat rambut nya sendiri. Cebok aja malas, jangan harap ngecat rambut. Nganggur amat.

Ini Peppa Pig, tingginya 7' 1", atau kalau dalam satuan cm, 216 cm

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini Peppa Pig, tingginya 7' 1", atau kalau dalam satuan cm, 216 cm.

"Kau orang Jepang kan? Kenapa rambutmu seperti European? Matamu juga biru, sangat tidak ke-Jepang-an. Cepat, congkel lensa kontak mu dan tunjukkan warna mata mu yang asli!"

Inilah kenapa dia benci ke ruang guru. Seingatnya, Kouyou-sensei menyuruhnya ke ruang guru untuk mengambil daftar nilai dan bukan untuk dihakimi.

"Sensei, aku berani bersumpah! Ini asli! Murni, melebihi Susu Murni Nasional! Mataku juga memang biru! Original pemberian Tuhan! Kalau ku congkel, nanti berdarah! Aku bisa buta!"

Chuuya bahkan membuat simbol ✌🏻 yang memperkuat argumennya kalau dia tidak berbohong.

"Tidak ada orang Jepang berambut pirang kecuali dicat! Memangnya kau anak haram?!"

Oke, Chuuya ingin melempar sepatunya yang bau sikil pada Verlaine-sensei sekarang.

"Mulutmu yang haram, asu!" mungkin adalah pilihan kata yang bagus untuk diucapkan pada pria yang rambutnya sewarna muntahan bubur bayi itu.

Yah, itupun kalau dia mau mampir dan bincang tidak friendly di BK ala-ala acara *Kaki Najwa yang tayang di televisi. Sayangnya tidak.

"Astaga Sensei, demi komedo di wajah Kenji, kenapa Sensei tidak percaya pada ku?!"

Najis, main bawa orang.

"Karena kau berbohong! Dan jangan bawa-bawa Kenji! Wajahnya itu freckles, bukan komedo!"

Demi kutu rambut Lovecraft, kenapa orang ini batu sekali?!

"Rambut Verlaine-sensei juga tidak hitam. Apa itu artinya anda mengecatnya juga?"

"JANGAN MELAWAN! KALAU SEDANG DINASEHATI, TERIMA SAJA! KAU BUKAN PLANARIA, JADI JANGAN SUKA MEMBELA(h) DIRI!"

Nah kan. Suka ngelunjak gini. Di mana keadilan yang selalu dibicarakan Hirotsu-sensei? Di mana kemanusiaan yang selalu dibicarakan Yosano si anak PMR?

Chuuya terdiam. Dia ingin menjawab lagi, tapi takut nilai sikap di rapornya jadi F. Kalau itu sampai terjadi, mau bilang apa dia ke ibunya nanti?!

Aduh, mana sebelum berangkat sekolah tadi, ibu ngasah golok lagi!

"Tapi Sensei, aku serius! Ini bukan wig! Bukan juga cat rambut! Kalau dicuci tidak hilang seperti buaya darat yang jadi kang ghosting! Long lasting! Forever! Selamanya! Abadi! Asli seperti ini, tidak palsu seperti janjimu! Rambut ku memang seperti ini!"

"Warnanya seperti dipaksakan. Itu pasti cat rambut. Kau tidak bisa membohongi ku, Nak Chuuya. Jangan membalas lagi! Kau membuatku emosi!"

Seharusnya yang bilang itu aku, jancok!

Tadinya, si kontet berniat membalas, "LIHAT ITU PAKAI MATA KEPALA, BUKAN MATA KAKI, APALAGI MATA BATIN!"

atau, bisa juga,

"SEMUA ORANG DICIPTAKAN DENGAN SEPAKET MATA, HATI, OTAK, DAN AKAL SEHAT, TAPI HANYA ANDA YANG PAKETNYA KENA DAMAGE!"

Sayangnya urung karena masih sayang nilai.

Jadi ia paksakan diri untuk menelan mentah-mentah omelan tanpa dasar itu. Kalau wajahnya kusut saat tiba di kelas nanti, tolong salahkan si pisang hidup ini.

Pesan moral:
Jangan pernah berbicara dengan guru yang IQ nya lebih kecil dari belatung di buah belimbing. Nanti malah kayak gini.

.
.
.


Author's Bacot Area:

Inilah kenapa, aku benci writer block. Semua hasil karya ku garing melebihi kanebo kering.

Vote and comment nya sangat ditunggu, Minna-san o(〃^▽^〃)o

~ A-fong

School LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang