"Nih!"
Zalfa melirik sebal. Tangannya merebut cup berisi kopi susu dari tangan Shaka. Sekarang ini posisinya Zalfa sedang duduk di jok belakang mobil Shaka dengan pintu terbuka dan Shaka duduk di trotoar tepat di depan pintu mobil yang terbuka itu.
Zalfa menyeruput pelan kopi susu yang dalam cup tersebut sementara Shaka dengan wedang jahe-nya.
"Pengajiannya udah mulai tuh!" ucap Shaka.
Memang benar, pengajian sudah di mulai sejak lima menit yang lalu sebelum Shaka kembali dari warung angkringan. Tapi Zalfa tidak berminat masuk masjid sama sekali.
"Biarin aja," jawab Zalfa ketus.
Shaka menukikkan alisnya. Zalfa cerewet sedang berubah jadi Zalfa cuek.
"Kenapa sih lo? PMS?" tebak Shaka.
Zalfa menggedikkan bahunya tak acuh. Bibirnya maju beberapa senti ke depan.
"Lo makin jelek kalo monyong gitu," komentar Shaka.
Zalfa mendelik sebal. Jelas-jelas Shaka sendiri yang membuat Zalfa sebal.
"Halahh, jelek-jelek gini juga lo panggil 'sayang' tadi," sarkas Zalfa.
Shaka tertawa garing. Zalfa semakin dibuat emosi. Dengan seenaknya Shaka memanggilnya dengan panggilan itu di depan orang banyak. Membuat perasaan Zalfa campur aduk. Antara senang, malu, dan marah.
"Terus lo baper?"
"E___enggak!" jawab Zalfa setengah tak yakin.
"Biasanya juga lo yang panggil gue gituan." tambah Shaka.
"Gituan apa?"
"Sayang, Honey, Darling, Bebeb," Shaka mengabsen panggilan yang selalu dilontarkan Zalfa untuknya.
Zalfa tergagap. Iya juga, padahal dirinya sering memanggil Shaka seperti itu, tapi Shaka nampak biasa-biasa saja. Terus sekarang kenapa Zalfa yang baper? Eh, siapa bilang Zalfa baper?!
"Ya___ya suka-suka gue dong! Jangan-jangan lo yang baper ya?" tuduh Zalfa.
Shaka menaikkan satu alisnya dengan tatapan sulit diartikan. Zalfa menciut, kayaknya tuduhannya salah. Kan Zalfa jadi keliatan kepedean.
"Udah sono masuk! Kesenangan lo kalo berduaan di sini sama gue mulu!"
Zalfa melotot. Kenapa juga Shaka sebegitu percaya dirinya. Tapi betul juga kata Shaka, kenapa Zalfa seperti enggan masuk ke masjid. Ada alasan lain dibalik ogah ngantuk-ngantuk dengerin ceramah ustadz.
"Ini juga mau masuk," ketus Zalfa lagi.
"Yaudah gih sono!" perintah Shaka yang bagaikan usiran.
Zalfa mengulurkan cup kopi susu ditangannya pada Shaka. Shaka lagi-lagi harus mengernyitkan dahinya.
"Nggak habis," ucap Zalfa manja.
Shaka menengok isi cup tersebut. Masih tersisa banyak. Jelas, Zalfa hanya minum tiga seruputan. Sejujurnya, Zalfa tidak pernah suka kopi. Untungnya Shaka memesankan kopi susu. Kalau kopi hitam, mungkin nggak akan diminum sama sekali oleh Zalfa.
"Abisin! Itu gue beli pake duit, mubazir kalo nggak habis," perintah Shaka lagi.
Bibir Zalfa mencebik. Senjata makan tuan, sekarang dia juga yang kena getahnya.
Zalfa menenggak kopi itu banyak-banyak biar cepat habis. Sampai tegukan terakhir, hampir saja Zalfa muntah. Untung Zalfa masih bisa menahan dan Shaka sama sekali tidak curiga.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHAKA FOR ZALFA (REVISI)
Ficção AdolescenteZalfa, siswi begajulan nomor satu seantero Chandra Buana tiba-tiba menjelma jadi sosok bidadari surga dibalik balutan kerudungnya. Kata orang hijrah Zalfa cuma pelampiasan setelah sayap cintanya dipatahkan begitu saja. Kata orang hijrah Zalfa hanya...