T W O

90 14 0
                                    

Zalfa mendengus tajam. Matanya melirik Ivanna dengan tatapan tak bersahabat.

"Mata lo minta dicongkel pake linggis kayaknya, Jal!" seru Ivanna.

"Mulut lo minta disumpel pake softex kayaknya, Na!" balas Zalfa dengan sarkatis.

"Hoy pagi-pagi udah ribut aja, NGOPE NGAPA NGOPEE!!" sahut Renata, satu teman sepergaulan, seperkelasan, seperjuangan, sepergilaan Zalfa selain Ivanna.

"Kadang mulut suka nggak konsisten sama muka ya. Mukanya imut-imut, kelakuan sok polos, mulut udah kayak toa mesjid!" sindir Zalfa pada Renata.

Renata, sosok berwajah imut, baby face, begitu first impression orang-orang begitu melihat Renata. Tapi kesan itu bakal luntur seketika saat mulut toa Renata berkoar, orang-orang beralih ilfeel biasanya.

"Jalpa, lo semaleman kemana deh? Itu perdana gue maen ke club setelah terjerat bujuk rayu kalian. Eh lo malah nggak dateng. Kata Umi lo udah bo__"

"Sssttt!" Zalfa memotong ucapan Renata. Renata mencebikkan bibirnya.

"Azab bagi orang yang suka motong omongan orang lain, mayatnya ditemukan terpotong-potong, arwahnya suka nyuri ayam potong."

"NAKUTIN GUE NGGAK MANA MEMPAN?!" teriak Zalfa tepat di depan muka Ivanna.

"HELLO, GAES!! WELKAMBEK TU MAI__"

"BERISIK SETAN!" teriak Zalfa. Beri applause buat Zalfa yang suaranya bisa nandingin mulut toa Renata.

Renata mengkeret. Baru aja dia mau bikin konten buat channel YouTube miliknya. Sepertinya nanti-nanti aja deh dia lanjutin, Zalfa kalau lagi ngambek nyeremin.

"Lo kenapa sih ngambek nggak jelas," tanya Ivanna pada Zalfa.

Zalfa memajukan bibirnya lima senti, tapi boong. Dia mengambil duduk di bangkunya, belakang bangku milik Ivanna dan Renata. Sedangkan di sampingnya harusnya ada Intan, temennya yang paling normal di antara Ivanna dan Renata, yang paling cerdas di antara mereka. Tapi nggak tau kenapa akhir-akhir ini hobi telat masuk kelas.

"Kenapa lo berdua nggak tolongin gue tadi malem sih? Malah ngetawain lagi. Gara-gara lo berdua nggak nolong gue, gue terpaksa ikut Umi ke pengajian. Sumpah ya! Gue malu banget, mana gue ke pengajian pake baju buat ke club!" cerocos Zalfa dengan mulut lemesnya. Keturunan Umi Alfina banget kecerewetannya.

Ivanna dan Renata menutup mulut, berharap tawa mereka bisa tertahan.

"HAHAHAHHA!" tawa Ivanna dan Renata. Kekonyolan Zalfa kali ini memang pantas ditertawakan.

"TAWA AJA TEROS! AZAB NGETAWAIN SAHABATNYA YANG LAGI KENA MUSIBAH__"

"Halah nggak usah ngadi-ngadi, jurus gue itu!" Ivanna menekan bibir atas dan bibir bawah Zalfa dengan ibu jari dan telunjuknya. Zalfa berontak.

"SAKEEETT, BEGO!" umpat Zalfa.

"Terus-terus lo gimana, Jal?" antusias Renata. Nertawain kesialan teman-temannya adalah sebagian dari hobinya.

"Tiris tiris li gimini jil!" cibir Zalfa.

"Serius gue nih, Mak!"

"Ya udah gitu. Untungnya tuan rumah tempat Umi pengajian baik, gue dipinjemin baju. Daripada gue pengajian pake tank top ya kan?"

"Good morning, Teman!"

Serentak mereka memerhatikan langkah Intan mendekat. Gadis itu langsung duduk di samping Zalfa tanpa rasa dosa.

"Why?" tanya Intan ketika menyadari tatapan teman-temannya yang tidak biasa.

"Kenapa akhir-akhir ini lo telat mulu?"

SHAKA FOR ZALFA (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang