E P I L O G

149 9 0
                                    

"Zalfa sudah siap?"

Zalfa melirik pintu kamarnya di mana Abi berdiri di sana dengan tangan masuk ke dalam saku.

Gadis bergamis coklat susu itu tersenyum tipis lalu mengangguk. Ia menatap koper besar di hadapannya. Tangannya meraih selembar kertas yang ia letakkan di atas ranjang. Ia mulai membubuhkan tanda centang pada deretan daftar barang di sana. Setelah semuanya selesai, Zalfa melipat bibirnya ke dalam.

"Sudah lengkap, Bi," ucap Zalfa.

Abi Zaki masuk ke dalam kamar lebih jauh. Kamar dengan nuansa khas Zalfa, aroma parfum Zalfa, dan semua tentang Zalfa bisa ditemukan di sana. Abi Zaki diam sejenak sebelum membawa koper besar itu keluar.

Sebelum mengikuti langkah Abi Zaki, Zalfa terlebih dulu menyobek sticky note, mulai menuliskan sesuatu di sana dan menempelkannya di cermin besar di kamarnya.

'Jangan rindu Zalfa ya, kamar! Biar Zalfa aja yang rindu kamu!'

Lalu Zalfa meninggalkan kamar, menuruni tangga untuk menuju lantai dasar. Tatap penuh suka duka menyambutnya di sana.

Zalfa bahagia karena hari ini kawan-kawannya berkumpul dalam keadaan tanpa paksa. Mereka hadir untuk Zalfa, untuk kepergian Zalfa.

"ZALFAAAA!!!!" seru keempat temannya bersamaan. Lalu mereka memeluk Zalfa penuh cinta.

"Kenapa juga lo harus pergi?" rengek Renata.

"Untuk ... gue yang lebih baik dari hari ini," jawab Zalfa dengan senyum penuh haru.

"Lo udah baik kok tanpa harus pergi, Zal," tambah Intan.

"Belum terlalu baik untuk tuhan gue, Tan," balas Zalfa.

"Pasti kita bakal jarang banget ketemu. Nanti pas gue balik, lo nggak balik. Giliran lo balik, gue enggak. Kapan kita ketemu, Zal?" wajah Ivanna merah dan sembab. Paling kentara kesedihannya ketimbang yang lain.

"Kita tetap sahabat bagaimana pun keadaannya, Na."

"Aku tau kamu sudah berpikir matang, Zal," Danisa tersenyum tipis.

"Tunggu gue balik terus ngomongnya pake aku-kamu kayak lo ya, Dan," Zalfa terkekeh diikuti Danisa.

"Bang Bastian, Bima, Edden, Zalfa titip salam buat fansclub B'Band ya? Sampaikan salam sayang dan rindu dari Zalfa," Zalfa berkata pada tiga orang yang berdiri berjajar di dekat pintu.

"Lo pulang nanti tetep jadi adek gue ya, Zal!" Bastian menepuk bahu Zalfa.

"Baik-baik di sana Zalfa!" Bima menambahkan.

"Tetap jadi Zalfa yang baik hati dan tidak sombong, Ayam Bebek!" Edden masih mencoba bergurau.

Zalfa melangkah ke pintu utama rumahnya. Di halaman rumah, Abi Zaki dan Umi Alfina tengah sibuk memasukkan barang-barangnya ke bagasi mobil.

Zalfa berdiri di halaman rumah, menatap lekat tempat berlindungnya sejak ia lahir. Begitu berat harus meninggalkan tempat ternyamannya ini, tapi Zalfa harus.

Tanpa sadar satu tetes air mata mengalir di pipinya. Dengan cepat Zalfa mengusapnya, tidak ingin orang lain melihat kesedihannya. Ia ingin teman-temannya melepasnya dengan lega, tidak dengan rasa khawatir karena Zalfa tidak bahagia. Ia harus menunjukkan pada teman-temannya bahwa ia bahagia di tempatnya nanti.

"Zalfa, ayok!" Umi Alfina berseru.

Zalfa tersadar dari lamunan, kemudian menoleh dan mengangguk.

"Sampai jumpa, teman-teman!" ucap Zalfa sebelum ia masuk ke dalam mobil.

Kawan-kawannya melambaikan tangan dengan lemah. Mereka masih belum rela Zalfa pergi. Tapi Zalfa tak urung, dia tetap masuk mobil. Membuka jendela dan melambaikan tangan sebagai tanda perpisahan. Sampai mobil berjalan hampir sepuluh meter dari gerbang rumahnya pun Zalfa masih menengok ke belakang, melihat tatapan sendu teman-temannya.

Setelah itu, Zalfa membenarkan posisi duduknya, menatap lurus jalanan. Tangannya bergerak mengambil sebuah amplop berwarna merah muda dengan hiasan pita di bagian depan yang ia simpan di tasnya. Ia membuka amplop dan mengeluarkan selembar kertas di sana.

'Dear, calon kekasih dunia akhirat.
Aku tau ini berat untuk kita berdua. Tapi aku yakin ini adalah sebuah jalan dari Allah. Zalfa, percayalah. Sebelum aku berangkat pun aku sudah rindu kamu. Lalu bagaimana ketika aku sudah di sana? Rasanya ingin ku lepas semua mimpi dan memilih bersama kamu saja. Tapi aku sadar, aku nggak mungkin belikan kamu Toyota Alphard kalau aku tetap di sana, hehe.

Zalfa, aku ingin kita sama-sama berjuang. Tidak cuma aku atau kamu, tapi kita berdua. Seperti yang berkali-kali sudah aku bilang, aku di sini untuk mengejar mimpi, bukan mengejar calon istri lagi. Karena calon istriku cuma kamu.

Zalfa mau ya tunggu Shaka pulang? Shaka cuma ingin dengan Zalfa bukan yang lain. Jangan nangis karena Shaka, karena Shaka di sini bahagia. Shaka bahagia karena hari demi hari Shaka semakin dekat dengan mimpi. Dan hari demi hari pula semakin dekat dengan hari di mana kita akan bertemu lagi.

Bahagia di sana, Zalfa!
I love you more than anything!
Tunggu lamaran Abang ya, sayang!

Aku, calon suamimu, Shaka Azzaidan.'

Sekali lagi Zalfa tersenyum penuh haru dengan membekap mulutnya sendiri setelah membaca surat yang entah bagaimana bisa terselip di tasnya ketika dia pulang dari bandara setelah mengantar Shaka.

Sebuah akhir tidak ada yang tau kecuali tuhan. Tapi Zalfa yakin, pelabuhan terakhirnya nanti tetap Shaka.

Zalfa meraih sebuah brosur yang tadinya berada satu tempat dengan amplop itu.

'Darul Hikmah Islamic Boarding School'

Sebuah asrama bernuansa islam yang bekerja sama dengan sebuah universitas swasta elit di Bandung.

Di sanalah setelah ini Zalfa akan tinggal. Zalfa akan menimba ilmu agama sekaligus ilmu kedokteran di sana.

Sebuah keputusan yang sangat berat. Harus meninggalkan semua yang ia sayangi di Jakarta. Tapi, seperti yang Shaka bilang melalui suratnya, mereka harus berjuang bersama, bukan hanya dia ataupun Shaka. Mereka akan berjuang bersama. Dan inilah jalan yang akan Zalfa tempuh. Zalfa harap, ini jalan yang terbaik.

💤💤💤

Matur thank you buat para pembaca Shaka for Zalfa yang sudah dengan baik hati memberi dukungan bagi Nia. Pada akhirnya SFZ harus berakhir juga. Nia cuma mau bilang semoga cerita ini bisa menjadi tolok ukur bagi kehidupan nyata kalian. Mohon maaf jika ada yang perbuatan dari karakter-karakter aku yang kurang baik, mohon jangan ditiru. Ambil saja berbagai hikmah yang terkandung dalam cerita ini. Walaupun cerita ini suka-suka, tapi Nia tetap berharap, cerita ini bisa memberikan contoh baik bagi teman-teman di sana.

Untuk kalian yang baru aja mampir setelah cerita end, masih boleh vote dan komen loh!

Sekian dari Nia, wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh!

With love,

Nia 💜

SHAKA FOR ZALFA (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang