Shaka harus merapalkan doa-doa panjang sebelum ia membuka matanya dan melihat rentetan soal dalam kertas yang dibagikan oleh Bu Ira. Ya, hari ini kuis matematika terakhir sebelum mereka melaksanakan penilaian akhir semester minggu depan. Entah apa yang terlintas di kepala Bu Ira sampai sempat-sempatnya mengadakan kuis setiap dua minggu sekali. Apalagi kuis selalu diadakan dadakan.
Seusai membacakan peraturan-peraturan dalam pelaksanaan kuis hari ini, diantaranya: dilarang keras mencontek, menyimpan kertas contekan, menyalakan ponsel, dan bla bla bla, Bu Ira memersilakan mereka mengerjakan soal.
"Geri, silakan tinggalkan ruangan dan bawa kertas contekan kamu!"
Belum lima menit berjalan, sudah ada saja yang harus dikeluarkan. Mereka semua memandang Geri, teman sekelas Shaka yang paling parah badungnya kini berjalan santai keluar kelas seperti tanpa beban.
"ASSALAMUALAIKUM! GERI JAJAN DOLO, BU IRA CANTEKK!" seru Geri yang kini sudah sampai di ambang pintu.
Bu Ira tak menggubris, sudah terlalu lelah meladeni bocah gemblung satu itu. Dan Geri pun sepertinya sudah bebal dengan omelan Bu Ira. Hanya dengan mengosongkan nilai Geri untuk kuis hari ini dan yang pastinya membuat rata-rata nilai anak itu jeblok, sudah puas bagi Bu Ira.
"Ada yang mau nyusul anak itu?" tanya Bu Ira pada seluruh murid yang masih terduduk rapi di kelasnya siang ini.
"Tidak, Bu!!" jawab mereka serempak.
"Good! Cepat selesaikan soal kalian dan yang sudah selesai boleh istirahat," lanjut Bu Ira yang kini sudah beralih berkeliling kelas untuk memantau perkerjaan anak didiknya.
Selama tiga puluh menit berkutat, Shaka menghembuskan nafas lega usai menyelesaikan kuisnya. Dengan wajah setenang lega setengah masih terbawa ketegangan, Shaka berdiri untuk mengumpulkan pekerjaannya pada Bu Ira. Menjadi yang pertama selesai di antara yang lain.
"Tumben dapat di atas KKM, Shaka?" kata Bu Ira selesai mengecek pekerjaan Shaka.
Shaka menegang, masih tidak percaya dengan ungkapan Bu Ira. Dia dapat di atas KKM? benarkah? Namun demikian, Shaka hanya membalasnya dengan senyuman penuh kesopanan. Bu Ira pun senantiasa membalas senyuman itu.
"Perubahan yang mencengangkan karena biasanya setiap saya cek pekerjaan kamu, paling yang keliat benar cuma tiga atau paling banyak lima. Kurangi tidur di kelas supaya nilainya bisa dipertahankan, Nak!"
"Baik, terima kasih, Ibu," jawab Shaka dengan tutur kata terbaiknya.
"Silakan istirahat dulu, Ka," Bu Ira memersilakan.
Seraya mengangguk, Shaka menuju pintu keluar dengan senyum kemenangan. Pada akhirnya, dia bisa memenangkan pertarungan sengit antara dia dan matematika.
Ah, rupanya mentraktir Zalfa tidak ada salahnya. Pun Zalfa yang memberi tips singkat namun sangat berguna bagi Shaka. Pahami soalnya, perhatikan rumusnya, satukan mereka, dan voila! Shaka berhasil hari ini.
💤💤💤
Zalfa dibuat seheran-herannya mendapati Shaka masuk ke dalam kelasnya tanpa ada hujan atau angin ketika bel istirahat berbunyi. Apalagi senyum itu, kembali terpatri pada wajah Shaka. Agaknya laki-laki itu sedang berbahagia.
"Lo ngapain kesini?"
"Eh cie Zalfa diapelin sama ketua rohis!" celetuk Edden diiringi siulan dengan tangan kosong.
"Sono gih jajan! Ribut mulu jadi orang!" sentak Zalfa. Tangannya terampil mendorong bahu Edden, teman sebangkunya.
"Uangnya mana, Mak?" Edden memelas, Zalfa mendengus.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHAKA FOR ZALFA (REVISI)
Teen FictionZalfa, siswi begajulan nomor satu seantero Chandra Buana tiba-tiba menjelma jadi sosok bidadari surga dibalik balutan kerudungnya. Kata orang hijrah Zalfa cuma pelampiasan setelah sayap cintanya dipatahkan begitu saja. Kata orang hijrah Zalfa hanya...