F O U R T Y T H R E E

45 9 0
                                    

Shaka sama sekali tak bergeming di balkon kamarnya. Matanya menyorot pada motor yang terparkir di halaman rumahnya. Bukan, bukan karena ada sesuatu pada motor itu, tapi karena kebetulan motor itu yang tertangkap kedua belah matanya ketika pikirannya sedang tidak ada di sana.

Pikiran Shaka masih berkabung pada kejadian tadi siang, di pendopo taman. Terlalu naif bila Shaka berkata ia takut dosa mengintainya ketika dia sedang bersama Zalfa. Nyatanya Shaka bahagia karena bisa mencium pipi Zalfa. Untuk pertama kali sepanjang delapan belas tahun umurnya Shaka mencium seorang gadis.

Tapi kembali pada realita, Shaka membayangkan sesuatu ke di masa depan, apa mungkin ia diampuni oleh tuhan? Sepertinya tidak, Shaka tetap berdosa karena dia sengaja mencium Zalfa walaupun awalnya terbawa suasana. Satu hal lagi yang Shaka takutkan, apa mungkin dirinya bisa mengontrol luapan perasaan cinta yang menggebu pada Zalfa sampai akhirnya nama mereka bersanding di catatan kantor urusan agama?

Shaka berpikir terlalu jauh. Padahal baru saja lulus SMA. Salahkah mencintai seseorang sampai tidak ingin sekalipun kehilangan? Mungkin Zalfa tidak pernah mengira bahwa ucapan Shaka tentang ajakan menikah itu sebuah keseriusan. Nyatanya iya, Shaka serius. Shaka benar-benar ingin mengikat Zalfa dalam ucapan sah dari para saksi, menjadikan Zalfa miliknya. Kalau saja Shaka tidak berpikir jauh bahwa hal itu akan memupuskan harapan keduanya tentang kesuksesan, cita-cita, dan impian di masa depan.

Untuk kesekian kalinya Shaka menghela nafas dalam. Kalau saja ia tidak terjebak dengan drama percintaan ini, mungkin semuanya akan berjalan mudah. Tapi Shaka tidak pernah menyesal mengenal Zalfa. Gadis ekspresif dengan segala sifat khasnya, keberaniannya, percaya dirinya, yang mampu membuat seorang Shaka melanggar janjinya pada diri sendiri bahwa dia tidak akan mengenal gadis dengan jalan ta'aruf.

Ketika setitik air jatuh mengenai bumi, saat itu pula Shaka mendongak. Ternyata hujan. Kemudian diiringi oleh seruan dari dalam rumah.

"Dek, bantu kakak angkat jemuran!"

Segundah apapun Shaka saat itu, Shaka tetap masuk ke dalam rumah dan menuju atap rumah yang dijadikan jemuran. Shaka menyambangi kakaknya yang sedang kerepotan mengangkat baju-baju yang sudah kering.

"Kamu bawa masuk aja, biar sisanya kakak yang bawa," ujar Kayla yang kemudian diangguki Shaka.

"Motor kamu masih di halaman kan? Bawa masuk sekalian, Dek."

"Iya, Kak," sahut Shaka.

Setelah selesai memasukkan baju ke dalam ruang seterika, Shaka beralih ke halaman untuk memasukkan motornya yang masih terparkir di sana.

Shaka menyugar rambutnya yang sedikit basah karena air hujan ketika dia memasukkan motor tadi.

Musim pancaroba ini mengakibatkan beberapa orang kelimpungan, khususnya ibu-ibu rumah tangga. Keliatannya panas, ketika keluarin jemuran, baru sebentar tiba-tiba hujan. Dengan begitu pun Shaka kena imbasnya, hidup hanya berdua dengan kakaknya selama bertahun-tahun membuat Shaka hafal kondisi ini. Kayla yang selalu berteriak minta tolong angkat jemuran.

Terkadang Shaka merindukan Ayah dan Bundanya, yang telah lama kembali ke pelukan tuhan. Terlalu kentara diingatan Shaka ketika dia kecil. Bundanya yang dengan telaten menyuapi makan Shaka dan Kayla bergantian, lalu Ayahnya yang kebingungan karena Shaka minta main robot sedangkan Kayla ingin main boneka Barbie. Shaka selalu ingat itu.

Beda dengan sekarang, jangankan disuapi, makanan saja tidak akan begitu saja tersedia jika salah satu dari Shaka atau Kayla mengusahakannya. Jangankan main bersama, melihat senyum Ayahnya saja sudah tidak bisa ia rasakan.

"Dek, makan yuk!"

Ajakan Kayla mengagetkan Shaka yang sedang memandang sebuah bingkai yang tergantung di kamarnya, foto Ayahnya dengan seragam TNI, dan ibunya yang tampil cantik dengan seragam anggota Persit. Sangat manis, dilihat. Shaka merasa orang tuanya sedang tersenyum kepadanya ketika Shaka memandang foto itu, menenangkannya bahwa tanpa mereka pun Shaka masih punya banyak alasan untuk tetap hidup.

SHAKA FOR ZALFA (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang