eleventh

1.3K 221 32
                                    

Sepasang pemuda dan wanita tengah berada di sebuah parkiran rumah sakit. Tangan wanita itu merangkul manja tangan milik pemuda yang kini tengah tersenyum hangat.

"Jay, aku gak nyangka bisa ketemu lagi sama kamu. Dan bisa deket kaya gini"

Yang lebih tinggi terkekeh pelan, tangannya mengusap lembut pucuk kepala wanita di sampingnya, bukan hanya itu, Ia pun mencubit hidung serta pipinya. Merasa gemas dengan tingkah sang masa lalu.

Jujur, aku jijik sih. Tapi entah, mungkin Jay sudah terkena peletnya.

"Jay, kamu mau balikan?"

Langkah mereka terhenti, Jay hanya terdiam belum mau membalas pertanyaan Aerith. Jujur, hatinya masih bimbang. Lagi-lagi ucapan Jake kala itu kembali terlintas pada pikirannya.

Bagaimana jika ini bukan perasaan cinta? Bagaimana jika ini hanyalah sebuah rindu akan memori lama? Bagaimana jika sesungguhnya, rasa cintanya telah tiada?

"Kita jalani dulu aja, ya"

"Kamu pasti masih gak yakin ya kalau aku udah berubah? Jay, aku udah berubah kok, aku bukan lagi Aerith yang sama dengan 1 tahun yang lalu"

"Iya, aku percaya. Tapi sekarang, lebih baik kita pendekatan ulang dulu"

Jay berjalan cepat meninggalkan Aerith di belakangnya yang sedang menghentakkan kakinya kesal. Tidak lama, wanita itu berlari kecil menyamakan langkahnya dengan Jay dan kembali melingkarkan tangannya pada pinggang Jay dengan posesif.

A N D E R S

"Halo, Won. Kamu di mana?"

"Kak Jay? Aku lagi di rumah kak. Kenapa?"

"Sendirian?"

"Iya, kak Heeseung ada kelas"

"Aku main ke sana, boleh?"

"Hahaha, Kak Jay aneh. Biasanya juga langsung masuk kamarku"

"Iya sih, yaudah aku kesana ya"

Dengan cepat, Jay bangkit dari tempat tidurnya, meraih jaket serta handphone yang masih berada di atas ranjang, berjalan keluar menuju rumah Jungwon yang ada di sampingnya.

Tok tok tok

Tanpa menunggu jawaban dari pemilik kamar, Jay mulai memutar kenop pintu itu, mendorongnya hingga menampakkan ruangan bernuansa biru putih yang selalu tertata rapih.

"Won"

Pemuda manis yang tengah terduduk di sofa kecil dekat jendela sambil membaca buku itu mendongak, menampakkan wajahnya yang serius namun menggemaskan.

"Serius banget bacanya. Baca apa?"

"Buku merawat tanaman"

"Emang kamu mau menanam?"

"Enggak tau deh, liat nanti aja"

Yang lebih tua mengangguk, punggungnya disandarkan kepada sofa, matanya memejam. Jungwon yang ada disampingnya telah menutup buku, beralih pandang untuk menikmati pahatan indah Tuhan pada rupa seseorang disampingnya.

Dia sedikit lega, karena Jay mencarinya dikala dia sudah diperbolehkan pulang. Sebenarnya belum, tapi Jungwon yang memaksa untuk pulang. Dengan berkata jika ia akan rutin datang ke rumah sakit setiap harinya.

"Kak tolong ambilin handphone Jungwon, boleh?"

Pertanyaan yang lebih muda hanya dijawab anggukan oleh Jay, tak perlu bertanya dimana tempatnya, karena Jay pun sudah tau dimana biasanya Jungwon meletakkan ponsel. Di atas nakas samping tempat tidur. Namun hari ini berbeda, ponsel si manis tak ada disana,

"Ponselmu dimana, Won?"

"Sepertinya di dalam nakas"

Tangan kekarnya membuka nakas, di dalam sana terdapat ponsel Jungwon yang ia cari, namun pandangannya teralihkan oleh sebuah bingkisan putih.

"Won, ini apa?"

Jungwon mendongak, melihat barang apa yang Jay pertanyakan, matanya seketika membulat kala tahu barang apa yang sedang dipertanyakan oleh tetangganya itu.

Barang yang selama ini Ia sembunyikan rapat-rapat, Barang yang selama ini membantunya untuk bernapas, Barang yang berhasil menghilangkan rasa sakitnya walau sementara. Obatnya, obat yang sudah 5 tahun ini Jungwon konsumsi tanpa sepengetahuan sahabat kecilnya.

Dengan cekatan, Jungwon merampas barang itu dari tangan Jay, kembali memasukkannya kedalam laci sembari mengambil ponselnya.

"Hehe, itu obat demam yang kemarin sama obat flu punya kak Heeseung"

Lagi-lagi, Jungwon berbohong. Menutupi segalanya dari seseorang yang berhasil membuat hatinya terpecah dengan sendirinya.

A N D E R S

Jay dan Jungwon memutuskan untuk makan malam bersama di sebuah cafe dekat komplek rumah mereka, keduanya tertawa dengan riang seolah hari esok tak akan ada kebahagiaan lagi diantara keduanya.

Jungwon bangkit, Ia meminta izin kepada Jay untuk ke toilet. Setelah mendapat persetujuan dari yang lebih tua, Jungwon melangkah kecil menyusuri bangku-bangku cafe menuju toilet yang berada di ujung, sedikit jauh dengan tempat duduknya bersama Jay.

Jungwon memasuki salah satu bilik toilet, menyelesaikan kewajibannya di dalam sana sembari sesekali bergumam mengikuti lantunan lagu yang di putar oleh sang petugas cafe. 15 menit setelahnya, Jungwon pun telah usai membersihkan tangannya pada wastafel dan melangkah keluar.

Langkahnya menuju Jay terhenti kala mendengar suara seseroang yang begitu familiar dintelinganya. Ia berjalan mengendap-endap dibalik tembok untuk melihat dan memastikan siapa orang itu.

"Lho, itu kan kak Aerith. Kok sama cowo?"

Ia kembali memperhatikan, mencoba mendengar percakapan keduanya di kursi pojok itu.

"Jadi, Jay nolak kamu?"

"Iya lah. Makin susah deketin dia!"

"Yaudah santai aja, asalkan dia masih bisa kamu porotin"

Jungwon terkejut, lagi-lagi Aerith hanya memanfaatkan keberadaan Jay. Lagi-lagi dia mematahkan hati Jay. Jungwon tak suka Jay dipermainkan, ia harus bertindak bukan?

"Kak Jay gak pantes diginiin"

to be continued.

to be continued

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ANDERS - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang