Seorang pemuda jangkung itu terduduk di taman, memandang kosong pada hamparan danau buatan didepannya dengan senyuman miris. Lagi-lagi cintanya dipermainkan, oleh orang yang sama.
Beberapa waktu lalu, Jay berencana mengunjungi taman kota. Niat hati ingin menyegarkan otak serta isinya, justru disaat itu lah semesta mengerjainya. Jay yang tadi asik mendengar musik tak sengaja melihat dua pasangan sedang asyik tertawa di hamparan rumput sana. Melupakan bahwa salah satunya baru saja memberi sebuah harapan pada seseorang.
Dengan tergesa, Jay menghampiri keduanya, meminta penjelasan dari si wanita yang sudah tergagap kala dirinya menampakkan diri.
"Aerith, dia siapa?"
Wanita itu tak langsung menjawab, tangan serta kakinya gemetar menandakan dirinya sedang kelimpungan. Lucu, dia yang berbuat salah dan justru pada akhirnya dia sendiri yang ketakutan.
"Jay, ini gak seperti yang kamu lihat"
"Gak seperti yang aku lihat gimana? Udah jelas tadi aku lihat kamu ketawa-ketiwi sama dia. Dan panggilan yang kamu berikan ke dia, itu udah bisa menjelaskan semuanya"
Tangan Jay terkepal, mencoba menahan emosinya yang kini tengah memaksa untuk keluar. Melampiaskannya dengan memukul ataupun lainnya. Namun syukurlah, Jay adalah tipikal orang yang mudah menekan amarahnya.
"Masih mau mengelak?"
"Oke... Oke Jay, aku minta maaf. Sebenernya selama ini aku udah punya pacar. Dan kamu, gak lebih dari ATM berjalan untuk kami"
Sakit. Hati Jay merasa sakit. Bukan karena hubungannya dengan Aerith, namun tentang alasan Aerith melakukan kejahatan ini. Apa tadi yang baru dikatakan? ATM Berjalan? Terlalu frontal dan menyakitkan.
"Mulai sekarang, anggap kita tak pernah mengenal"
Itu adalah awal mula bagaimana Jay bisa terdampar pada pojokan taman ini, berdiam memandangi air danau yang tenang, dan mencoba bertanya-tanya apa salahnya sehingga membuat semesta sangat suka mempermainkannya.
Napasnya berhembus gusar, entah bagaimana Jay tidak mempermasalahkan Aerith lagi, Ia hanya sakit hati dengan perlakuan wanita itu, tanpa ada rasa rindu yang menyertai seperti hari-hari yang lalu.
Tiba-tiba ponsel yang berada di saku celana jeans miliknya bergetar, sang empu mencoba meraihnya dan menengok siapa yang meneleponnya itu. Dan nama Sunoo tertera pada layar depan ponselnya.
Jay sedikit heran, Sunoo sangat jarang meneleponnya. Bisa dikatakan, mereka berdua hanya bertukar kontak tanpa komunikasi lebih diantaranya. Dengan segera, Jay mengangkat panggilan itu, penasaran juga apa yang terjadi sebenarnya.
"Halo?"
"Dimana?"
"Ada apa?"
"Jawab dulu pertanyaanku. Posisimu dimana?"
"Danau, dipinggir taman"
Tanpa mengatakan apapun, Sambungan di matikan sepihak. Membuat Jay mengerutkan keningnya heran.
Sebenarnya, ini ada apa?
A N D E R S
"Gimana? Sakit?"
Suara di belakangnya itu berhasil mengalihkan atensi Jay dari percikan-percikan danau itu. Di sampingnya, kini berdiri sang adik kelas cerianya, Sunoo dengan mata sembab dan hidung merah. Anak itu menangis, tapi Jay pun tak tahu penyebabnya.
"Kamu sih kak, udah ada yang pasti, malah pilih yang gak pasti"
"Maksudmu?"

KAMU SEDANG MEMBACA
ANDERS - END
FanfictionJay terlalu denial, untuk jungwon yang menderita hanahaki karnanya. WARNING ! - Bxb ( no homophobic ) - jay!dom , jungwon!sub - 100% fiction - semi baku - hurt/comfort cr. wonxview