Dua pasang anak adam itu tertawa, membuang beban kehidupan yang serasa selalu terikat pada tubuh sang puan. Mencari secercah bahagia diantara derita. Dan menorehkan memori indah pada lembaran yang didominasi hitam.
Jungwon, dan teman kecilnya. Haruto. Tengah tertawa lepas diantara rerumputan taman di sore itu. Mencari udara segar untuk menghapus sebagian kesakitan.
Tidak ada lagi rasa canggung yang menyertai keduanya seperti malam kemarin, Hari ini kesedihan sepertinya hendak memberi mereka ruang untuk tertawa. Membiarkan mereka hanyut dalam lautan bahagia dan menghentikan sementara adanya rasa dan sengsara.
"Haru, lebih cepat lagi!"
"Ini sudah sangat cepat, bodoh. Nanti kalau kamu jatuh gimana?!"
Jungwon yang sedang terduduk di ayunan kecil itu hanya terkekeh gemas mendengarnya, ternyata bertahun-tahun mereka tak jumpa tak akan merubah sifat keduanya yang sedari dulu masih sama. Kekanak-kanakan dan nakal.
"Berhenti dulu, aku haus"
Mendengar ucapan Haruto, Jungwon hanya mengangguk setuju. Mempersilahkan Haruto untuk pergi sebentar membeli 2 botol minuman untuk keduanya. Sebelum netra cantiknya melihat sepasang insan yang sedang bergandengan tangan dia ujung taman. Jungwon menatap mereka dengan diam, masih belum memalingkan matanya, dan membiarkan dadanya kian merasa sesak.
Jay, beserta Aerith tengah tertawa lepas. Menikmati indahnya sore dengan berbagi kebahagiaan, sama sepertinya dan Haruto. Namun yang membedakan adalah status mereka. Jungwon dan Haruto yang bersahabat, serta Jay dan Aerith? Ah, entahlah. Jungwon tak tahu kelanjutan hubungan mereka.
"Rasanya, sudah lama aku tak berbicara dengannya"
Memutuskan untuk menunduk, dan memalingkan pandangannya. Membiarkan sepasang manusia itu berjalan di belakangnya dengan diam, berusaha untuk tidak membuat suara agar keduanya tak mengenali Jungwon.
"Kak, Aku rindu"
Ucapnya sebelum Haruto menepuk pundaknya, tangan kanan pemuda itu menenteng kresek putih berisi mineral. Hendak memberikannya kepada Jungwon sebelum melihat temannya itu tengah menahan tangis, lagi.
"Haru, ayo pulang"
"Kamu kenapa, Won?"
"Sakit, Haru. Dada Jungwon sakit"
A D E R S
"Kenapa kamu gak bilang, Won?"
Haruto menangis di depan pintu rumah sakit. Membiarkan Jungwon, Temannya sekaligus cintanya itu di tangani oleh para dokter.
Tadi, setelah Jungwon mengatakan bahwa dadanya sesak, Haruto langsung membawanya ke rumah sakit. Selama berada disini, Jungwon berkata bahwa sakitnya sudah tak separah dulu, namun itu semua ternyata hanya bohong. Jungwon, sakitnya tak pernah membaik. Bahkan semakin hari, kelopaknya semakin kering. Berteriak haus meminta cintanya terbalas.
"Jay bangsat"
Umpatannya terhenti kala mendengar suara hentakan sepatu yang bertautan, kepalanya yang sedari tadi menunduk itu akhirnya mendongak, melihat siapa gerombolan orang yang tengah berlari itu.
Heeseung, Sunghoon, Jake, Sunoo dan Ni-ki hadir dengan wajah yang memerah, antara khawatir dan lelah. Lelah akan beban yang ditanggung orang tersayangnya. Lelah akan tak becusnya mereka menjaga Jungwon. Lelah, Lelah akan semua ketakutan yang terus menghantui mereka.
"Kok bisa sih, Ru?"
"Tadi, Jungwon lihat Jay sama Aerith di taman. Aku gabisa ngehalangin itu, karna saat itu aku lagi mengantre minuman"
Semua orang yang mendengar hanya mendengus kesal. Bisa dilihat, kepalan tangan Sunoo semakin mengerat. Ia marah, Jungwonnya sekarat sedangkan pelakunya sekarang sedang tertawa bahagia. Keparat.
Tubuhnya menjauh, meninggalkan tempat itu membuat semua orang disana mengernyit bingung.
"Sunoo! Kamu mau kemana"
Langkahnya terhenti, sejenak ia berbalik memandang semua orang disana. Napasnya terengah menahan emosi. Matanya menajam dengan kilatan api yang seakan membara. Hendak memangsa siapapun yang melewatinya.
"Kasihan Jungwon. Dia anak baik, dia gak sepantasnya dapat ini. Dan kasihan Jay, Dia tak tahu bahwa ada seseorang yang menunggu sedangkan dia sendiri selalu mengharapkan bayangan semu. Kasihan, Kak"
Tangisnya pecah. Heeseung, yang tertua di sana pun menghampirinya. Memeluknya erat sambil menggumamkan kata "semua akan baik-baik saja" dengan maksud untuk menguatkan sahabat dari adiknya itu.
"Gak ada yang baik disini kak. Dunia jahat. Kita pun sama!"
"Sadar gak sih, kita udah berusaha menutup mata dari hal ini. Membiarkan Jungwon berjalan tertatih-tatih mencari ujung masalahnya sendiri. Kita jahat kak! Aku jahat. Aku gak pantes jadi sahabat Jungwon kalau begini caranya!"
Sunoo meraung, seakan menyuarakan derita dari sahabat lamanya. Dia menangis, menangis karena tak bisa membantu Jungwon. Sunoo, lemah jika berurusan dengan Jungwon. Namun kali ini, tekadnya bulat. Ia ingin membantu sahabatnya, apapun akhirnya nanti. Sunoo hanya ingin menjadi sahabat yang berguna untuk Jungwon.
Rangkulan dari Heeseung di lepasnya. Sunoo mengusap air matanya dengan sekali usapan. Meninggalkan bekas kemerahan pada mata serta hidung kecilnya. Setelah itu, Ia tersenyum lebar. Menatap semua orang disana dengan tekad yang kuat. Ya, kali ini, biarkan semua ini berakhir. Kelemahan Sunoo akan pudar. Demi Jungwon, Sahabatnya.
"Kak, sekarang biarkan aku membalas kebaikan Jungwon. Sekarang, biarkan aku menyelamatkan Jungwon yangbterjebak di jurang masalah. Sekarang, biarkan aku yang menjadi perantara untuk menyatakan semua isi hatinya."
"Maksudmu?"
"Udah saatnya Kak Jay tau, semuanya"
To be continued.
Yayy sebentar lagi tamat. Ada yang bisa tebak endingnya? Hohoho
KAMU SEDANG MEMBACA
ANDERS - END
FanfictionJay terlalu denial, untuk jungwon yang menderita hanahaki karnanya. WARNING ! - Bxb ( no homophobic ) - jay!dom , jungwon!sub - 100% fiction - semi baku - hurt/comfort cr. wonxview