Jay yang sedang berkebun di taman belakang tiba-tiba dikejutkan dengan seonggok pemuda yang kini tengah memegang pundaknya disertai senyuman manis dengan binar mata yang menghiasi netra coklat gelapnya.
"Tunggu sebentar, hampir selesai"
Anggukan mengerti Jungwon berikan untuk menjawab perkataan Jay tadi, Jungwon berjongkok disamping Jay, memperhatikan pergerakan pemuda yang lebih tua tanpa berkedip.
"Butuh bantuan?"
Pertanyaan Jungwon dibalas gelengan oleh Jay, katanya kegiatan itu hampir selesai, dan Jay bisa mengerjakannya sendiri. Dengan helaan napas pelan, Jungwon beranjak dari posisi jongkoknya, berpindah duduk di teras belakang sambil memperhatikan Jay yang sedang merapihkan tanah dalam pot milik mamanya dari kejauhan.
tak menunggu lama, setelah dikira pot itu telah tertata rapih, Jay beranjak menghampiri Jungwon yang masih menatapnya sedari tadi.
"Mau kemana?"
"Terserah Kak Jay. Aku gatau mau kemana"
A N D E R S
Kini keduanya tengah berada di sebuah perpustakaan kota. Jay yang memintanya. Tak ada pembicaraan yang tercipta diantara keduanya. Mereka sibuk dengan buku yang mereka baca. Jay dengan buku Astrologi, sedangkan Jungwon yang membaca buku fantasy.
Tak jarang, Jay akan menyunggingkan senyum tipisnya kala membaca buku tentang ruang angkasa itu, matanya berbinar melihat rentetan kata dan gambaran planet yang ada pada buku itu. Membaca setiap kata meskipun sudah hapal di luar kepala.
Jungwon yang sudah menamatkan bacaannya hanya memandang Jay yang tengah fokus membaca halaman demi halaman, sedikit merasa bosan karena dia tak memiliki kegiatan apapun disana. Lamunannya buyar kala Jay mulai menutup bukunya, mengembalikan buku itu pada rak di belakang bangku yang mereka duduki.
"Sudah selesai?" tanya Jungwon.
"Seperti yang kau lihat"
"Sekarang kita mau kemana lagi, kak? ada ide?" anggukan pasti dari Jay membuat Jungwon tersenyum senang, rencananya untuk 'sehari bersama Jay' sudah di depan mata.
"ikut aku"
A N D E R S
Kini keduanya tengah berada di danau terpencil, jauh dengan hiruk pikuk manusia, bahkan Jungwon baru mengetahui tempat seperti ini ada di pinggiran kota.
Air danau yang jernih, ditambah banyaknya angsa yang tengah berenang atau sekedar berjalan mengitari pinggiran danau. Udaranya pun sangat sejuk, membuatnya seakan ingin menutup mata dan tertidur di sana. Tempat itu bersih, tak ada satupun sampah yang tergeletak di rerumputan hijau itu.
Lebih singkatnya, tempat itu sangat nyaman.
Tangan Jay menggenggam tangannya dengan tiba-tiba, menariknya dengan lembut menuju ujung danau yang tak sempat tertangkap mata. Sebuah rumah pohon yang sepertinya telah lama di dirikan itu menarik atensi yang lebih muda.
"Kak?"
"Mau masuk kesana?" tangan Jay menunjuk arah rumah pohon itu, Jungwon yang sedari tadi penasaran hanya mengangguk menyetujui. Membuat yang lebih tua menari tali di depannya, menurunkan sebuah tangga yang akan menuntun mereka ke atas.
"Hati-hati"
Jungwon mulai menaiki satu persatu tangga itu, memastikan Jay ada di bawahnya untuk menemani Jungwon menaiki tangga.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kak Jay, ini indah banget!"
Gumaman mempesona Jungwon membuat Jay tersenyum, memori lama tentang berdirinya pohon ini mulai memasuki otaknya.
"Ini rumah pohon yang kubangun 4 tahun lalu,
bersama Aerith"
Jungwon yang sedari tadi menyusuri rumah pohon seketika terhenti, dadanya sedikit merasa sesak kala nama dari cintanya Jay disebutkan. Membuatnya menahan mati-matian sesak itu agar Jay tak menyadarinya.
"Lucu ya. Aku masih mengharapkan seseorang yang bahkan sudah mematahkannya"
Jungwon tau, Jay sangat mencintai Aerith, tapi sayang cintanya dikhianati. Menjalin kasih dengan kepalsuan yang mengitari. Malang.
Jungwon terduduk di samping Jay, mengusak lembut punggung yang lebih tua untuk memberi ketenangan. Jungwon tak tau mau berbuat apa. Memberi Jay solusi? Bahkan cintanya pun tengah terbengkalai. Apa tidak munafik?
"Kak Jay, move on adalah pilihan terbaik. Atau mau kucarikan pasangan kencan buta untukmu? Untuk melupakan Aerith?"
Ya, masa lalu memang tak akan bisa dilupakan, tapi bukan berarti masa lalu juga harus disimpan sebagai pegangan. Dunia itu berputar, takdir itu berubah-ubah, tidak semua masa lalu akan terjadi lagi di masa depan.
"Lalu? Aku akan menjalani hubungan dengan orang yang tidak aku cinta? Menjadikannya hanya pelampiasan? Bukankah sama saja dengan perlakuan Aerith dulu?"
Jungwon terdiam, ia kalah telak tak tau harus menjawab apa. Jay benar, jika dia melakukan itu, masa lalu akan terulang kembali, menjadikannya pelaku untuk yang satu ini.
"Aku sering di hianati dengan cinta, sepertinya benar. Lebih baik aku tak mengenal lagi apa itu cinta. Hidup sendiri, hingga ajal tiba. Itu yang terbaik"
Lalu, bagaimana dengan cinta Jungwon? Apa ia juga harus pasrah, menunggu ajal tiba? Sama seperti kata Jay sebelumnya?
to be continue.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.