thirteenth

1.4K 214 5
                                    

Jay menghembuskan napasnya kasar, sedari tadi ia tek tenang, Jungwon tak ada di rumah sedari sore tadi, entah pemuda manis itu sekarang berada dimana dan dengan siapa.

"Angkat dong, Won"

Tadi, mama Jungwon meneleponnya, bertanya tentang keberadaan Jungwon yang bahkan tak Jay ketahui, suara khawatir dari mama Jungwon membutnya juga ikut khawatir. Tak biasanya Jungwon seperti ini, Ia adalah tipe anak yang selalu meminta izin kemanapun ia pergi.

Kepanikannya seakan hilang, kini diganti dengan pandangan penasaran. Mata Jay seketika terhenti pada sebuah mobil asing yang terparkir apik di depan rumah tetangganya. Tak hanya disitu, Jay ditambah terkejut dengan sesosok Jungwon yang keluar dari mobil itu di ikuti dengan seorang pemuda yang tak ia kenali

"Itu siapa?"

Berusaha untuk tak menghiraukannya, Jay akhirnya kembali duduk di atas ranjang. Meraih ponselnya dan menyambungkan panggilan dengan seseorang yang beberapa hari ini mengisi waktunya. Tak tunggu lama, panggilan pun tersambung, samar samar ia mendangar adanya keributan di sana. Seperti benda terjatuh, serta suara suara kertas dan plastik yang bersahutan.

"Rith, kamu gapapa?"

"Gapapa kok Jay, ini lagi beres-beresin apart aja hehe"

Jay sedikit lega mendengarnya, ia kira ada sesuatu yang terjadi di seberang sana.

"Kamu kenapa telpon?"

"Gapapa, lagi bosen aja. Udah makan? Mau aku antar makanan kesana?"

"Eum.. gausah Jay, nanti aku beli sendiri aja. Lagian belum laper kok"

"Yaudah kalau gitu, kamu lanjut aja beres-beresnya. Aku mau lanjut ngerjain tugas juga. Bye Rith"

Sambungan di matikan sepihak, entah kenapa fokusnya terbelah. Jay masih penasaran dengan pemuda asing itu, Jay masih penasaran kenapa Jungwon bisa sedekat itu dengannya, dan Jay penasaran ada hubungan apa diantara keduanya.

"Apa itu gebetannya Jungwon?"

Jay aneh, Kenapa seakan ia tak rela jika tebakannya benar. Ada sesuatu di dalam dirinya yang seakan sakit memikirkannya. Ada rasa yang asing pada hatinya melihat kedekatan Jungwon dengan pemuda yang sekarang sedang berada di rumah tetangganya.

"Apaan sih Jay, hak dia juga kan punya pacar? Jungwon gak pernah ngelarang kamu buat pacaran."

A N D E R S

Haruto dan Jungwon tak berniat untuk berbicara. Mereka sibuk pada kegiatan masing-masing. Jungwon yang bermain handphone sedangkan haruto yang menonton siaran sepak bola di televisi.

"Won, gue nginep sini dulu boleh gak?"

Lontaran pertanyaan dari Haruto berhasil memecah keheningan diantara keduanya. Jungwon menjatuhkan pandangannya pada Haruto, mengangguk sekilas guna menyetujui perkataannya.

"Nginep aja, udah malem juga"

Keheningan kembali menghantui, entah mengapa Jungwon merasa sedikit canggung sekarang. Mungkin karena ucapan Haruto beberapa jam yang lalu masih tercetak jelas pada pikirannya. Haruto itu temannya, sahabatnya malah. Jungwon gak akan rela jika pertemanan mereka hancur hanya karena sebuah rasa. Tidak, Jungwon tidak mau kehilangan sahabatnya.

Ponselnya berdering, Sebuah pesan menghiasi notifikasinya, tak menunggu lama ia pun membuka pesan itu, pesan dari Jay. Tetangganya, sekaligus temannya. Ya, teman

Kak Jay

Won
20.15

Kenapa kak?
20.16

Lagi apa?
20.16

???

Tiba-tiba?

Gak ngapa-ngapain, cuma lagi main
Handphone, kenapa?
20.17

Gak kenapa-kenapa sih

Kakak kesana ya?
20.17

Jangan kak, aku lagi ada tamu
20.17

Oh, oke

Selamat malam, Jungwon
20.17

Selamat malam juga, Kak Jay
20.17

Read

Jungwon menutup ponselnya, sedikit merasa bersalah kepada Jay karena menolak kedatangannya. Bukan maksud Jungwon begitu, namun sedari dulu hubungan Jay juga Haruto terbilang tidak baik, Jungwon tak ingin rumahnya menjadi tempat untuk mereka saling menatap tajam, atau bahkan bertengkar.

Dan juga, biarkan untuk kali ini Jungwon melupakan Jay sejenak. Terhindar dari bayang-bayang Jay yang selalu hinggap di otaknya. Jangan lupakan rasa bersalah, yang mulai menghantuinya semenjak melihat Aerith dan pria asing di cafe beberapa hari yang lalu.

Susah ya, ketika kita mengetahui sesuatu yang layaknya tak harus diketahui. Rasanya mengganjal, kita seketika merasa menjadi orang jahat. Menjadi buronan yang menyembunyikan latar belakang kejahatannya.

Memang, Jungwon salah apa?

"Haru, aku mau tidur duluan ya. Kamar tamu udah bersih kok, tinggal kamu pakai aja"

Jungwon melangkahkan kakinya, tak menghiraukan tanggapan Haruto yang merasa bingung dengan moodnya yang terlihat menurun. Jungwon merebahkan dirinya nyaman di atas ranjang. Menatap lurus dengan pikiran yang berputar. Masalahnya terlalu banyak, apa Jungwon kuat melewatinya? Atau justru, ia dan tubuhnya akan kalah pada akhirnya?

"Kalaupun memang aku kalah nantinya, ku harap tak akan ada yang menghalangiku menuju surga-Nya"

To be continued.

To be continued

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ANDERS - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang