Keduanya hanya terdiam, Jay yang fokus menyetir serta Jungwon yang masih dalam lamunannya. Sejujurnya dia bingung bagaimana cara memberitahu Jay tentang kebenarannya. Ditambah lagi, ia takut dengan reaksi Jay kedepannya.
Entah percaya, atau malah tidak sama sekali.
"Kak Jay"
Ucapan Jungwon mampu memecahkan keheningan diantara keduanya, Jay sedikit menoleh untuk merespon panggilan darinya.
"Gimana hubungan kakak sama kak Aerith?"
Bisa dilihat olehnya, Jay tersenyum tipis. Sangat manis walaupun hanya senyuman kecil. Jungwon sedikit merasa senang dapat melihatnya, namun sayang senyuman itu bukan miliknya.
"Ya gak gimana-gimana dek. Belum balikan"
"Masih temenan?"
"Lebih tepatnya, masa pendekatan. Kenapa?"
Jungwon menggigit bibir bawahnya, jawaban dari Jay mampu membuat tekadnya bulat untuk mengatakan, namun jawaban dari Jay juga sedikit membuatnya takut. Jarinya bergerak acak, menandakan ia sedang dalam kebingungan. Tentu, semuanya dapat dilihat oleh Jay.
"Kamu kenapa?"
"E-eh, enggak kak. Semoga lancar ya"
Sesak, lagi-lagi ia kalah dengan perasaan takutnya. Jungwon merasa jahat sekarang, Ia tahu segalanya tapi tak mau orang yang bersangkutan untuk tahu. Sama saja bukan, bahwa Jungwon membiarkan Jay masuk pada perangkap masa lalunya?
Tapi Jungwon bisa apa? Ia terlalu takut dengan kemungkinan yang akan terjadi nantinya. Ia takut bahwa Jay tak akan percaya, dan malah pergi menjauh darinya.
'Kak maaf,' batinnya
A N D E R S
Jungwon kini terduduk di salah satu halte bus, Ia baru saja dari rumah sakit dan menunggu bus untuk datang. Namun, sudah sekitar 2 jam lamanya bus tak ada yang terlihat satupun. Padahal, waktu semakin malam dan Jungwon juga kedinginan.
Ia jadi teringat akan hari dimana ia menunggu Jay hingga malam dan kehujanan. Namun bedanya, sekarang Jungwon yang salah.
"Gimana caranya aku pulang?"
Pemuda manis itu menunduk, mengayunkan kakinya untuk menghilangkan sedikit rasa jenuhnya. Menunggu bus atau kendaran yang sekiranya bisa ia tumpangi.
Suara bel dari sebuah kendaraan mengejutkannya. Mobil sport berwarna merah kini telah terparkir di hadapannya. Sedikit mengerutkan kening, Ia tak mengenal mobil itu sama sekali.
Namun, sebuah senyuman lebar langsung nampak di wajahnya, ketika tahu siapa pemilik dari kendaraan itu.
"JUNGWON!"
Seorang pemuda melebarkan kedua tangannya, membuat gestur seolah ingin memeluk. Jungwon yang tahu itu sedikit berlari kecil kearah pemuda itu. Memeluknya dengan erat seakan tak ada hari esok untuk mereka bertemu kembali.
"HARUU"
Pria dipelukannya tertawa pelan, tangan kekarnya mengusap lembut rambut coklat milik Jungwon sesekali menciumnya sayang.
"Kamu kok bisa disini?"
"Ya bisa dong, Haruto~"
Keduanya terkekeh. Senyuman lebar Jungwon yang jarang ia perlihatkan kini terbit. Memamerkan dua gigi kelinci dan lesung pipi yang menggemaskan.
"Tadi gue ke rumahmu, tapi kata kak Hee kamu belum pulang dari rumah sakit. Yaudah deh, aku susulin"
Ia berjalan menuju mobilnya, membuka pintu penumpang,
"Masuk"
Setelah Jungwon masuk dan duduk manis di kursi penumpang, Haruto menutup pintu itu, berjalan memutar menuju pintu sebelah kanan Jungwon.
"Kamu kapan pulang?"
Mobil merah itu berjalan menyusuri jalanan malam Jakarta, Haruto sedikit merindukan suasana disini.
"Kangen Jakarta aja sih, dan kayaknya aku bakal menetap disini"
"Kenapa? Padahal kan Jepang bagus. Masa kamu gak betah tinggal disana? Itu kampungmu loh"
"Bukan gak nyaman, Jungwon. Tapi menurutku Jakarta lebih indah"
"Aneh-aneh aja kamu, Ru. Jakarta banyak polusi, gimana indahnya?"
Haruto tersenyum, sedikit melirik kearah Jungwon yang kesal. Haruto tau, sedari dulu Jungwon sangat suka apapun yang berbau Jepang. Terlebih pada bunga sakura. Dulu, Haruto pernah mengajaknya untuk berlibur disana, dan pada akhirnya Jungwon menangis tak ingin kembali ke Indonesia.
"Beda. Jakarta punya kamu sebagai pelengkap keindahannya, kalau Jepang gapunya. Makanya aku kembali. Buat mendapatkan keindahan itu"
"Apa sih?! Iya iya, aku tau kok kalau aku ngangenin"
"Dih pede banget, untung bener. hahahaha"
Malam itu Jungwon bahagia, tak ada lagi raut murung pada dirinya, tak ada lagi bayangin Jay yang ia perdulikan untuk sekarang, setidaknya untuk sementara, biarkan ia bahagia barang sebentar. Biarkan dia menghabiskan hari bahagianya bersama teman masa kecilnya.
Terimakasih Haruto, karena hadirmu disini Jungwon bisa tersenyum lagi.
"Jungwon, boleh aku bantu?"
"Bantu apa, Ru?"
"Biarkan aku menggandengmu kepada bahagiamu, biarkan aku mengusir segala sakitmu, dan biarkan aku mengejarmu dan membuatmu melihatku"
Jungwon terdiam, Ia ingat bahwa Haruto memiliki rasa. Ia paham bagaimana rasanya menjadi Haruto, tapi ia paham bahwa cinta yang dipaksakan tak akan berakhir bahagia.
"Maaf, Haruto. Aku tak mau memaksakan cinta, Aku tak mau kisah kita hanya bahagia di awal, aku gamau persahabatan kita menjadi pecah. Dan, aku tak mau melepaskan cintaku untuk mengejar bahagia yang berujung hampa"
"Sekali lagi, aku minta maaf"
To be continued.
Jungwon berhak bahagia walaupun sebentar.#roadtojungwonbahagia
KAMU SEDANG MEMBACA
ANDERS - END
FanficJay terlalu denial, untuk jungwon yang menderita hanahaki karnanya. WARNING ! - Bxb ( no homophobic ) - jay!dom , jungwon!sub - 100% fiction - semi baku - hurt/comfort cr. wonxview