Zora mengguling-gulingkan tubuhnya kesana dan kemari, membuat sprei kasurnya berantakan kemana-mana. Ia terlihat frustasi.
Zora berhenti, ia menopang kepalanya dengan kedua tangannya, kemudian menatap jam yang ada dikamarnya.
Pukul 11 siang.
Semua orang dirumah sudah pergi ke sekolah ataupun ke kantor, hanya dirinya yang berada di rumah sendirian.
Gio mengatakan jika ia paling tidak harus libur sehari. Bercak kemerahan dileher dan wajahnya masih tercetak sangat jelas walaupun sudah mendingan.
Keluarganya yang lain masih tidak tau akan hal ini, apalagi ia memang tidak keluar kamar sejak tadi pagi.
Zora kemudian menghela nafas malas. Ia baru mengingat sesuatu. Kenapa ia tidak memikirkan hal ini kemarin?
Dibandingkan dengan ia yang berpura-pura tidak mengenal Zico, kenapa ia tidak langsung memperkenalkan dirinya sebagai Zora saja?
Zora kemudian bangkit duduk, ia mengacak-acak rambutnya frustasi. Tapi tetiba ia berhenti.
Bagaimana jika Zico menganggapnya gila?
Haish, tidak mungkin! Sesama orang gila pasti akan mengerti.
Zora kemudian bangkit berdiri, mengambil sebuah hoodie, masker, dan kunci motornya, serta tidak lupa dengan ponsel. Ia bergegas turun.
"Loh non, mukanya kenapa?" Bi Nur menghentikan gerakan Zora yang hendak memakai masker. Wanita paruh baya itu berjalan mendekati Zora.
"Alergi," jawabnya singkat.
Wanita paruh baya itu terlihat mengerutkan keningnya, tetapi sedetik kemudian wajahnya berubah panik.
"NON MAKAN UDANG?!"
Zora mengangguk dengan santai, membuat Bi Nur menepuknya jidatnya sendiri. "Yaampun non, bibi lupa ngasih tau non kalau non alergi udang."
Zora tersenyum tipis, ia menepuk-nepuk bahu Bi Nur. "Gapapa kok bi, aku juga udah sembuh, nih liat."
Ia memutar-mutar tubuhnya semangat.
"Non mau kemana?" Bi Nur bertanya kala menyadari pakaian gadis itu yang terlihat seperti orang yang ingin berpergian.
"Mau ketemu temen," Zora menutup kepalanya dengan tudung hoodie.
"Tapi non kan baru sembuh," cegahnya agar Qiandra tidak pergi.
"Udah tenang aja, cuman sebentar kok, bye-bye bi!" Gadis itu melambaikan tangannya semangat didepan Bi Nur kemudian melenggang cepat menuruni tangga.
Bi Nur melihat gadis itu hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.
***
Zora mengetuk-ngetuk bibirnya sembari kular-kilir didepan pintu keamanan bangsal VVIP itu. Ia kemudian mengeluarkan ponselnya, menatap jam yang terpampang disana.
Gadis itu kemudian mendengus kesal. Sudah hampir 1 jam ia berada disini tapi Zico sama sekali tidak keluar.
Ini sudah saatnya jam makan, memangnya cowo itu tidak mau makan ya?
Pintu otomatis tiba-tiba terbuka, Zora berbalik kemudian dengan cepat mencegat orang yang sejak tadi dia tunggu.
Zico berhenti, ia menatap aneh gadis yang sudah seperti ninja itu yang hanya menampilkan matanya saja.
Zora membuka tudung hoodienya serta maskernya, membuat Zico langsung membelalakkan matanya, ia kangsung menunjuk Zora. "Lo?!"
"Lo orang yang ngikutin gue kemarin, kan?" Tudingnya pada gadis itu, kemudian melanjutkan kata-katanya kembali. "Wah, jadi lo bener-bener nguntit gue ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Seventeen but Fifteen
Teen FictionKalau saja ia tidak menuruti mamanya untuk pergi ke supermarket, mungkin saat ini ia tidak akan terjebak didalam tubuh orang lain. Zora Anindithya, gadis berumur 17 tahun itu tidak pernah menyangka bahwa kecelakaan tersebut membuatnya pindah ke da...