05. Nathanael Gionino

68.4K 11.8K 1.5K
                                    

"Ini."

Zora menghentikan langkahnya tiba-tiba, gadis itu berbalik menatap seorang laki-laki yang menyodorkan sebuah hoodie yang terlipat padanya.

Bel pulang sudah berbunyi sejak beberapa jam yang lalu, membuat orang-orang berbondong-bondong meninggalkan sekolah secepatnya. Hanya tersisa anak-anak yang memang sengaja bermain terlebih dahulu ataupun mengikuti ekstrakurikuler.

Hari ini ia pulang sedikit lama, karena memang ia harus mendaftar beberapa ekstrakurikuler favoritnya.

Zora menaikkan sebelah alisnya menatap cowo yang masih setia dengan tangan yang menyodorkan sebuah hoodie.

"Punya lo, tadi ketinggalan dikantin."

Zora sontak membulatkan mulutnya membentuk huruf 'O' kemudian tangannya dengan sigap menerima hoodie itu.

"Thanks," ucapnya.

Zora kemudian hendak kembali melanjutkan langkahnya yang tertunda tapi matanya tanpa sengaja menatap pada pergelangan tangan cowo itu di mana sebuah gelang melingkar di sana.

Gelang tali bewarna hitam dengan sebuah gembok sebagai liontinnya.

"Oh, gelang itu ... " tunjuk Zora tiba-tiba.

Cowo yang baru saja hendak pergi itu lantas berhenti ketika mendengar suara Zora. Keningnya mengkerut sembari menatap pergelangan tangannya kemudian menaikkan pandangannya menatap Zora.

"Lo beli dimana?" Lanjut Zora sembari berbalik menatap netra coklat cowo itu.

Pandangannya kemudian turun keseragam cowo itu, menampilkan sebuah name tag yang tercetak dengan nama Nathanael Gionino.

"Kenapa?" Bukannya menjawab, cowo itu justru berbalik bertanya.

"Gue juga punya dulu, cuman gatau hilang kemana," Zora menggaruk tengkuk belakangnya sembari terkekeh canggung.

Cowo itu semakin mengerutkan keningnya. Ia melangkahkan kakinya sedikit lebih dekat pada Zora.

"Oh ya? Warna pink?" Tanyanya dengan seidkit keheranan.

"Loh, kok lo tau?" Senyuman gadis itu terpantri lebar dipipinya. Gadis itu terlihat sangat bersemangat. Ini pertama kalinya ia bertemu dengan orang yang tidak menyebalkan dalam hidup barunya sebagai Qiandra.

Nathan mengerjap mendengar jawaban gadis dihadapannya. Bagaimana gadis ini bisa tau?

Namun tak lama sudut bibir cowo itu naik keatas, membuat lesung pipinya tercetak sangat jelas. Ia menaruh sebelah tangannya di dagu, pura-pura berpikir.

"Biar gue tebak, mainannya bentuk kunci."

"Wah wah wah, lo dukun ya?"

Senyum dibibir Nathan lenyap, berubah menjadi merengut kesal. "Sembarangan!"

Zora lantas terkekeh mendengarnya, membuat matanya menyipit membentuk bulan sabit.

"Jadi, dimana lo beli itu? Gue pengen beli lagi."

Nathan membenarkan tali ranselnya yang tersampir dipundaknya. Ia berjalan mendahului Zora, membuat gadis itu mengerutkan keningnya sebentar dan langsung mengejar cowo itu.

Zora berusaha keras menyamai langkah kaki Nathan yang lebar menggunakan kaki-kaki Qiandra yang pendek.

"Woi, jawab dulu dong!" Sewot Zora, tidak ramah lagi seperti yang gadis itu lakukan barusan.

"Lo kan punya dulu, masa lo lupa beli dimana?" Tanya Nathan tanpa berniat menghentikan langkahnya.

"Itu dikasih temen gue," Zora mengikuti langkah Nathan masuk ke dalam lift.

Seventeen but Fifteen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang