Zora berjalan ditengah-tengah koridor dengan santai. Gadis itu terlihat menunduk sembari menyesap susu strawberry yang baru saja ia beli barusan.
Langkah kaki Zora tiba-tiba berhenti ketika seseorang menghalangi langkahnya. Zora menatap sepatu yang tepat berada di depan sepatunya, kemudian dengan perlahan menaikkan pandangannya keatas.
"Lo yang curi mobil gue, kan?"
Zora berhenti meminum susunya. Gadis itu menatap cowo itu lamat. Tinggi mereka yang kontras membuat Zora harus menengadah untuk menatap wajah laki-laki itu.
Zora terkekeh, menampilkan deretan giginya yang terpantri rapi, ia menatap Shaka lucu. Cowo itu terlihat menggemaskan dengan wajahnya yang memerah karena marah. Dari jaraknya saat ini, ia bahkan bisa mendengar deru nafas cowo itu yang memburu.
"Bukan curi sih, gue cuman minjem lebih tepatnya," Zora melempar sebuah kunci yang dengan sigap ditangkap oleh cowo itu.
Iya betul! Zora memang mencuri mobil cowo itu diam-diam. Pagi-pagi sekali ia bahkan nekat masuk le dalam kamar cowo itu untuk mengambil kuncinya.
Salahkan saja mobil cowo itu yang terlihat keren di matanya. Dan anggap saja ini adalah bayaran atas moodnya yang memburuk karena keluarga cowo itu kemarin.
"Lo ga pernah bilang sama gue!" Shaka terlihat jengkel. Gadis ini benar-benar membuatnya emosi sejak kemarin.
Gadis ini benar-benar berbeda. Setelah melawan Arka kemarin, sekarang ia justru mencuri mobil kesayangan miliknya.
Seumur-umur, tidak ada yang pernah menaiki mobilnya, bahkan Ana sekalipun. Tapi gadis sombong satu ini ...
"Itu salah lo karena ga bisa telepati," Zora terkekeh senang. Ia meminum susunya kembali kemudian melangkahkan kakinya meninggalkan Shaka setelah menubruk bahu cowo itu.
Shaka melotot tidak percaya. Rasa kesalnya menambah berkali-kali lipat. Dengan jengkel ia menyusul langkah Zora, menarik lengan cewe itu dengan kasar agar gadis itu mau berbalik menghadapnya.
"Lo jangan kelewatan! Dengan lo amnesia bukan berarti lo bisa seenaknya sama gue!"
Zora berdecak keras. Ia menepis tangan cowo itu dari lengannya. "Jangan sentuh-sentuh deh, gue abis perawatan kemarin."
"Iyuh!" Zora mengelap-elap lengan bekas cengkraman Shaka.
"Lo bener-bener kurang ajar ya!" Shaka menujuk tepat didepan wajah gadis itu.
Zora kembali menepisnya. "Jangan nunjuk-nunjuk deh, lo pikir lo siapa, hah?!" Zora berkacak pinggang.
Suara gadis itu sedikit keras, menarik perhatian orang-orang disekitar koridor. Shaka mengerjap pelan, ia menatap sekeliling yang ikut menatap mereka berdua.
Cowo itu seketika tersadar ia berdehem sebentar, kemudian kembali menatap tajam Qiandra. "Awas lo dirumah!" Desisnya kemudian berbalik meninggalkan Zora.
"Gue tunggu!" Zora sedikit berteriak sembari melambai-lambai senang. Ia kembali menyesap susu strawberry miliknya.
***
Zora memasuki kelas dengan langkah yang sedikit hati-hati. Ia terlihat was-was mengingat bagaimana kemarin teman-teman sekelasnya menyiramnya mengenakan seember air.
Ketika sudah yakin tidak ada jebakan lain, gadis itu menenggakan tubuhnya dan berjalan dengan langkah yang tegas.
Kepalanya sama sekali tidak menunduk, membuat teman-teman sekelasnya yakin bahwa gadis itu benar-benar berubah. Tidak seperti Qiandra dimasa lalu.
Zora menarik kursi tempat duduknya kemarin, lalu duduk disana setelah mengantungkan tasnya ke kaitan yang tersedia.
Ia menelengkupkan wajahnya ke atas meja kemudian memejam ngantuk. Pagi tadi, ia harus bangun pagi-pagi sekali sebelum Shaka, hanya untuk mencuri mobil cowo itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seventeen but Fifteen
Roman pour AdolescentsKalau saja ia tidak menuruti mamanya untuk pergi ke supermarket, mungkin saat ini ia tidak akan terjebak didalam tubuh orang lain. Zora Anindithya, gadis berumur 17 tahun itu tidak pernah menyangka bahwa kecelakaan tersebut membuatnya pindah ke da...