Keesokan harinya, Zora berjalan riang sembari memutar-mutar kunci motor barunya menggunakan jari telunjuknya, sedangkan tangannya yang lain memegang sebuah kotak susu strawberry favoritnya.
Kemarin, ia sengaja membeli sebuah motor baru menggunakan tabungan milik Qiandra.
Anggap saja ini adalah hadiah terima kasih padanya karena sudah membantu Qiandra dalam mengatasi orang-orang yang selama ini menganggunya.
"Ini."
Zora berhenti, ia menatap cowo jangkung yang berdiri menghalangin jalannya, membuatnya harus berhenti untuk sesaat.
Zora menurunkan pandangannya, menatap tangan kekar cowo itu yang terlihat mengulurkan beberapa lembar uang bewarna merah.
Dengan raut wajah kebingungan, gadis itu menatap wajah cowo itu yang terlihat menampilkan mimik polos, kemudian menatap name tag yang terpasang di jas sekolah milik cowo itu.
Orion Cakrawala.
"Orion?"
Ah, jadi ini cowo yang disukai Qiandra itu? Not bad, seleranya lumayan bagus. Wajah cowo ini tampan, tingginya juga lumayan, 183 cm. Kulitnya putih dan iris matanya juga bewarna hitam legam persis seperti dirinya.
Orion menaikkan sebelah alisnya. "Lo bener-bener amnesia?"
Zora sontak memutar bola matanya malas, dengan kesal ia mendorong dada cowo itu, "Minggir!"
"Tunggu!" Orion menarik tangan gadis itu.
"Apa lagiii???" Zora bertanya dengan kesal.
"Ini," cowo itu menjulurkan uang tersebut kembali pada Zora. Ia menggaruk tengkuk belakangnya dengan sebelah tangannya yang lain canggung.
"Gue pikir lo kehabisan uang, jadi ga bisa bikinin gue bekal lagi. Tapi ternyata lo bener-bener amnesia, jadi anggep aja ini bayaran gue buat tuh bekal."
Sorot mata Zora jatuh pada uang itu. Matanya berbinar kala melihat warnanya yang bewarna merah terang itu.
Duitt Zora, duiitttt. Ayo ambil, ayo ambil!
Zora berdehem pelan. Dalam hatinya sudah bersorak kencang untuk mengambil uang tersebut walaupun sebenarnya tidak terlalu banyak, tapi mau bagaimanapun itu tetap DUIT.
Tapi ia gengsi! Masa pertemuan pertamanya dengan Orion, ia justru mengambil uang sukarela cowo itu?
"Oke deh, kalo lo maksa," kemudian merebut cepat uang tersebut.
Yaudahlah ya, gengsi ga bikin kaya.
Lagipula ia tidak terlalu peduli mengenai pandangan orang-orang didunia ini terhadapnya.
Orion terkekeh melihat reaksi gadis itu. Ia pikir, gadis itu akan menolaknya karena gengsi, terlepas dari gadis itu memang bangkrut atau sejak awal ia hanya berniat menjual bekal padanya tapi tidak berani menagih uangnya.
"Lo emang jualan bekal ya?"
"Ngga tuh," kata Zora acuh tak acuh, ia lebih sibuk untuk menghitung lembaran uang didepan matanya.
"Terus, kok lo ambil uangnya?" Orion menaikkan sebelah alisnya.
"Rezeki ngga boleh ditolak."
Orion memasukkan kedua tangannya kedalam saku. "Terus kalo yang ngasih lo duit adalah orang yang mau culik lo, lo tetep ambil?"
"Ya ambillah!" Katanya sewot. "Terus lari," gumammnya kecil.
Orion tertawa. Ia menatap gadis pendek didepannya itu. "Yaudah deh, gue beli bekal lo aja gimana? Sehari 15 ribu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Seventeen but Fifteen
Teen FictionKalau saja ia tidak menuruti mamanya untuk pergi ke supermarket, mungkin saat ini ia tidak akan terjebak didalam tubuh orang lain. Zora Anindithya, gadis berumur 17 tahun itu tidak pernah menyangka bahwa kecelakaan tersebut membuatnya pindah ke da...