Sudah tiga hari tepatnya, setelah misi ini dimulai. Itu berarti, malam ini bisa di perkirakan, akan terjadi pembunuhan ke-tujuh. Dan selama tiga hari itu pula, ketiga orang yang dipaksa menyamar--yakni Renjun, Jeno dan Jaemin--terus menajamkan seluruh indera kepunyaan mereka masing-masing.
Namun sejauh ini, hanya ada sebuah petunjuk. Yang tampak seperti bukan petunjuk, melainkan sebuah teka-teki baru.
Singkat cerita, Jisung yang berhasil meretas seluruh komputer Lab sekolah, menemukan sebuah percakapan via chat yang terjadi beberapa menit sebelum kemugkinan waktu pembunuhan. Percakapan tersebut berisi dua orang, yang mana satunya membuat janji bertemu dan menyuruh si korban datang ke sekolah, dan satunya lagi--si korban--mengiyakan ajakan tersebut dengan mudahnya.
Yang jadi pertanyaan, mengapa sang korban se-gegabah itu mengiyakan ajakan seseorang?
Renjun yang bingung setengah mati memilih bersantai di sebuah kursi di bawah pohon. Ia bahkan tak peduli dimana keberadaan Jeno dan Jaemin saat ini. Mungkin saja, mereka juga sibuk mencari informasi ke sekeliling sekolah. Netra Renjun sibuk terus menerawang sekeliling secara mendetail dan fokus. Tak lama, sebuah pemandangan tak enak membekukan tatapnya.
Seorang anak berkacamata, yang terlihat sedang di bully oleh sekelompok berandalan sekolah. Orang-orang tak punya hati tersebut menginjak-injak sebuah buku catatan yang tadi di pegang si pemuda culun, lalu mereka mendorong-dorong bahu pemuda itu, tak sampai disitu; merekapun membuat si pemuda culun sampai tersungkur ke bawah. Namun, si anak culun tetap menunduk dan tidak melawan sedikit pun. Sekolompok berandalan itu kemudian pergi begitu saja.
Renjun yang geram, kemudian bangun dari duduknya. Tapi tertahan, saat ia tau, orang lain sudah lebih dulu menyelamatkan si pemuda culun. Dia Hendery, orang yang bersedia membantu anak berkacamata itu untuk berdiri. Anak berkacamata itu kemudian mengucapkan terimakasih lalu kemudian berlalu begitu saja sambil memeluk buku nya yang sudah tak berbentuk.
"Sudah ditemukan."
Renjun menoleh ke asal suara. Kening Renjun mengkerut. Ternyata suara tersebut berasal dari, si penjaga sekolah, yang tengah menyapu de-daunan. Penjaga sekolah ini masih cukup muda, namun dia sangat dekil dan kusam. Anak-anak sekolah ini bilang nama si penjaga sekolah ini adalah Yuta, dan lagi, katanya dia jadi tersangka dalam kasus pembunuhan ini, karna banyak sekali yang mencurigainya.
Pemuda itu tersenyum miring. "Korban ke-tujuh."
Sudah ditemukan... korban ke-tujuh?
Sontak saja manik Renjun melebar secara spontan. Baru akan berteriak memanggil Yuta yang semakin menjauh, seorang anak sok akrab menghampirinya, membuatnya terpaksa harus menekankan rasa penasarannya terhadap si penjaga sekolah. Orang yang menghampirinya itu adalah Ten.
"Hai, Renjun!" sapanya.
"Ha-hai..." ujar Renjun luar biasa kaku.
Entah mengapa, Ten menatap mata Renjun sangat dalam.
"Kau sama sekali tidak ingat?"
Lagi-lagi Renjun merasa kebingungan. Apa maksud Ten? apa yang Renjun lupakan? Renjun punya kemampuan mengingat yang luar biasa, bahkan untuk hal-hal yang terlalu kecil.
"Apanya yang tidak ku-ingat? Aku rasanya tidak pernah melupakan apapun."
"Tidak. Kau justru melupakan banyak hal."
"Maksudmu?" tanya Renjun.
Ten tersenyum lalu menggeleng sembari mengubah posisi-nya sambil menghadap ke-depan. "Aku hanya asal bicara, hehe... tidak usah dipikirkan."
"Dimana temanmu, Winwin? Tumben kau tak bersamanya." Renjun berusaha mencari bahan obrolan.
"Di kantin. Anak itu punya kebiasaan makan berlebihan. Dia tidak akan puas kalau seluruh jajanan kantin belum ia cicipi. Karena aku lelah mengikutinya, jadi kutinggal saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
DISGUISE [NCT Ver] ✔
Mystery / ThrillerApa jadinya jikalau detektif berusia 23 tahun, ditugaskan untuk kembali menjadi bocah Sekolah Menengah Atas? Hal ini dikarenakan sebuah misi rahasia, dengan tujuan menangkap pembunuh siswa berantai dalam suatu sekolah. Inilah mereka, para detektif j...