Besok ulang tahun Hanbi.
Jeno berencana membelikan hadiah. Meskipun sebenarnya dia memang selalu memberi gadis itu hadiah diluar hari ulang tahunya. Tapi besok benar-benar spesial. Jeno memikirkan hadiah apa yang tepat--yang membuat gadis itu tidak menolak lagi.Selama ini, hadiah-hadiah yang diberikan Jeno selalu diabaikan. Setiap Jeno kerumah Jaemin, ia selalu membawa hadiah dan meletakkannya kedalam kardus kusus. Ia percaya, suatu hari nanti, Hanbi akan melihat dan membukanya.
Ia pun masuk ke sebuah toko buku. Untuk apa? Hanbi bahkan tidak bisa membaca dengan matanya yang buta seperti itu. Jeno punya alasan. Ia melangkah menuju satu rak deretan buku-buku novel berbahasa inggris. Berkutat disana selama beberapa saat, akhirnya Jeno melangkahkan kakinya keluar dengan tanpa membeli apa-apa.
Ia berjalan lirih sambil bersenandung kecil. Beberapa batu kerikil harus rela menjadi objek tendangannya. Gesekan sepatu terdengar lebih dari biasanya. Tempat ini memang selalu sepi. Setiap lewat sini biasanya Jeno sendiri.
Ia mampir sebentar ke sebuah telepon umum. Ia memasukkan beberapa koin dan mulai menekan nomor-nomor untuk menghubungi seseorang. Tidak lama, panggilannya pun terjawab.
"Renjun-ah!"
"Hmm?" gumam Renjun di seberang sana.
"Kau baru mau pulang 'kan?"
"Iya, ada apa?"
"Nanti mampir dulu ke toko buku di persimpangan utama sebelum gang perumahan mu ya."
"Kenapa aku harus mampir kesana?"
"Ponselku ketinggalan. Tolong ambilkan ya. Di rak-rak novel berbahasa inggris."
"Baiklah."
Jeno tersenyum. "Terimakasih."
Sunyi beberapa saat. Telepon umum itu masih menggantung di daun telinga milik Jeno. Ekspresi pemuda itu mendadak redup.
"Renjun, kau masih mendengarku?"
"Ya?"
"Aku... sudah mengganti bohlam lampu temaram kesukaanmu."
"Jadi kau yang menggantinya? Kapan?"
"Tadi pagi aku berangkat lebih dulu dibanding kalian."
"Ah, benar juga. Kalau begitu terimakasih."
Lagi-lagi diam beberapa saat. Jeno menilik jumlah waktu yang tersedia untuknya dalam melakukan panggilan ini. Kemudian dia cepat-cepat membuka suara lagi. "Renjun-ah?"
"Apalagi?" dengus Renjun.
"Tidak ada yang ingin kau katakan padaku?"
Jeno bisa mendengar kekehan Renjun diseberang sana. "Kau semakin aneh saja. Sudah ya, aku tutup.
Dan konversasi itu berakhir begitu saja. Jeno menarik napasnya kemudian melepaskannya dengan kasar. Ia melangkahkan kakinya keluar dari bilik telepon umum tersebut. Seketika cuaca jadi dingin. Padahal Jeno sudah pakai jaket. Ia merajut langkah dalam keheningan.
Beberapa langkah, hingga akhirnya ia dengan gesit berbalik dan mencekik leher seseorang dengan lengan yang ia lingkarkan di leher orang itu. Orang itu ter-engah-engah.
"Kau pikir aku tidak tau kalau kau membuntutiku?" ujar Jeno.
Sejak awal, Jeno sudah merasakan bahwa ada orang yang mengikutinya, dimulai dari gerbang sekolah. Dan Jeno tau bahwa orang itu menginginkan sesuatu darinya. Orang itu mengenakan topi hitam yang menutup separuh bagian wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DISGUISE [NCT Ver] ✔
Bí ẩn / Giật gânApa jadinya jikalau detektif berusia 23 tahun, ditugaskan untuk kembali menjadi bocah Sekolah Menengah Atas? Hal ini dikarenakan sebuah misi rahasia, dengan tujuan menangkap pembunuh siswa berantai dalam suatu sekolah. Inilah mereka, para detektif j...