11 || D I S P U T E

1.2K 211 72
                                    

Jisung baru saja keluar dari sebuah minimarket. Ia berjalan sembari meneguk sekaleng minuman. Setelah cukup jauh, ia kemudian duduk di sebuah bangku halte bus. Menjelang sore, sinar mentari mulai kuncup. Lalu lintas pun tak sekacau beberapa waktu lalu. Jisung bisa merasakan bahwa hawa kehidupan disekitarnya sudah mulai melengang.

Tadinya, ia keluar untuk membeli beberapa makanan ringan guna mengganjal perutnya. Ia rasa ia terlalu bersemangat akhir-akhir ini, sampai ia lupa untuk sekedar mengkomsumsi makanan 'empat sehat lima sempurna' seperti biasanya. Mungkin dikarenakan misi kali ini terlalu luar biasa untuk ditinggalkan. Percayalah, Jisung adalah si bungsu yang mempunyai sifat penasaran yang berlebih.

Karena bus yang ia tunggu tak kunjung datang, ia mengeluarkan ponselnya sebagai penyelamat agar ia tidak terlalu terlihat kesepian saat ini—bukankah ia terlihat begitu menyedihkan, dengan hanya duduk sendirian bersama se-pelastik cemilan?

Ia memilih mengamati pergerakan sebuah Chip GPS yang sengaja mereka pasangkan di tas milik Hendery selain alat penyadap. Tanda merah pada peta digital yang bergerak diatas layar ponsel Jisung menandakan keberadaan gps tersebut, dalam artian menandakan keberadaan Hendery—orang yang mereka curigai.

Seseorang datang dan menepuk lengan Jisung. "Hey Jisung kau sedang ap—Woah, kau membeli banyak cemilan, aku minta ya—"

"Chenle hyung." Jisung mencegat tangan Chenle yang sudah mengambil satu bungkus keripik dari dalam plastik belanjaannya.

"Kenapa? Aku tidak boleh minta? Dasar pelit!" Chenle mendengus.

Jisung menggeleng. "Bukan itu!"

"Jadi apa? Kenapa wajahmu serius begini?"

"Hyung, siapa yang berada di markas saat ini?"

"Haechan," jawab Chenle.

"Sendirian?" tanya Jisung lagi.

Chenle mengangguk, namun dahinya makin berkerut.

"Memangnya kemana perginya Liu Yangyang? Bukankah dia biasanya selalu di markas?"

"Yangyang dan Mark hyung pergi melapor terkait perkembangan misi di kepolisian pusat."

Jisung mengusap kasar surainya sebelum akhirnya berlari sekencang mungkin meninggalkan Chenle dan sekantung cemilannya tadi. Chenle yang tidak mengerti situasi pun ikut berlari—namun ia tidak melupakan 'cemilan milik Jisung' yang menurutnya berharga itu, lantas membawa plastik itu berlari menyusul Jisung.

"Katakan padaku ada apa sebenarnya!" Chenle terengah-engah menyamai langkahnya dengan Jisung.

"Hendery!" teriak Jisung disela larinya. "Hendery bergerak menuju markas kita! Aku takut terjadi sesuatu pada Haechan hyung, jika memang pembunuhnya dia!"

Chenle pun ikut melebarkan matanya.

***

Tidak banyak yang bisa Haechan lakukan selain berpikir. Menurut pengakuan Sungchan, tentang adanya dua buah panah disamping sebuah penggaris yang menunjuk kearah atas dan satunya lagi kearah bawah—sepertinya hal itu pun adalah sebuah clue baru.

Ke-atas dan kebawah. Dua hal yang bertolak belakang satu sama lain.

Sekali lagi ia mengamati secarik kertas, tempat dimana mereka mengumpulkan semua huruf yang diberikan oleh si pengirim kode.

B-U-R-A-M-D-A-N-P-A

"Buram?"

Haechan berpikir sangat keras untuk mengaitkan antara huruf tersebut dan tanda panah yang dikatakan Sungchan.

DISGUISE [NCT Ver] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang