9 || FAILED

1.3K 224 60
                                    

Pemuda bernama Sungchan itu baru saja keluar dari Lab Kimia. Ia terdiam dan mengatur nafasnya sebentar. Hari ini, ia memiliki beberapa opsi, yang tengah bergelayut di ambang kehidupannya.

"Hey, kau!"

Sungchan menoleh kesamping karena merasa terpanggil. Dilihatnya seorang anak dengan wajah sok ramah mendatanginya. Sungchan mengumpat dalam hati. Kenapa harus ada anak ini? Padahal ia ingin menyelesaikan 'urusan' rahasianya seorang diri.

"Kau... bukannya anak baru itu?" tanya Sungchan.

Anak itu mengangguk sambil tersenyum. "Aku Jaemin."

"Kenapa kau bisa disini?" tanya Sungchan curiga.

"Ak-aku... kehilangan ponselku. Ka-karena itu aku kemari, siapa tau tercecer di sekolah ini."

Seakan tidak tertarik, Sungchan memutar kembali tubuhnya dan berjalan menjauh. Namun, Jaemin pun tak semudah itu menyerah. Ia segera menyamai langkahnya dengan Sungchan.

"Lalu, bagaimana denganmu? Apa yang membuatmu datang kesekolah di waktu begini?" tanya Jaemin.

"Bukan urusanmu!" ketus Sungchan.

Sunyi sekali. Sekolah ini. Jaemin terus saja mengawasi pergerakan Sungchan yang entah menuju kemana. Disisi lain, Sungchan pun anehnya tak ambil pusing pasal Jaemin yang secara gamblang terus-terusan mengikutinya sedari tadi. Sejujurnya, perasaan Jaemin mulai tidak enak, ketika dari sudut matanya ia bisa melihat dengan samar, bahwa pria disampingnya ini tersenyum miring.

Sungchan menghentikan langkahnya, tepat di mana Jungwoo si korban ke-tujuh ditemukan tewas. Sungchan memandang sekelilingnya. "Tempat ini akan menjadi sejarah."

Kemudian, Sungchan lantas beralih menatap Jaemin yang masih kebingungan ditempatnya. "Kau ingin jadi saksi mata ya?"

Entah mengapa Jaemin merinding mendengar kalimat yang Sungchan katakan tersebut. "Huh? apa maksudnya itu?"

Sungchan tak lagi menjawab, ia kemudian merogoh koceknya.

Deg.

Kali ini jantung Jaemin benar-benar berdetak kencang. Bukan karena ia jatuh cinta ataupun karena ia punya penyakit kelainan jantung. Melainkan karena ia melihat dengan jelas, Sungchan mengeluarkan sebuah suntikan berisi cairan di tangannya. Pupil Jaemin mendadak melebar.

"Ka-kau... Ap-apa yang ingin kau lakukan?" Ucapan Jaemin mulai kacau.

"Kau sendiri yang pilih, pergi sekarang juga atau menjadi saksi!"

Tidak. Jaemin bukanlah seorang pengecut si tukang kabur. Ia seorang detektif. Lagipula, Ini kesempatan bagus. Melihat bahwa suntikan yang Sungchan pegang tersebut kemungkinan merupakan suntikan yang sama dengan suntikan yang digunakan pembunuh yang mereka cari. Jadi, Sungchan pasti ada sangkut pautnya dengan pelaku.

Jaemin yakin, Sungchan bukanlah pelaku. Jika ia memang pelaku, maka sudah pasti ia membunuh Jaemin sedari tadi, karena Jaemin berpotensi menangkap basah aksinya. Namun yang ada, Sungchan justru menyuruh Jaemin untuk memilih pergi atau menjadi saksi mata. Atas dasar tersebut, Jaemin dengan percaya dirinya memilih tetap ditempatnya. Membuat ekspresinya sepolos mungkin, demi mengelabui pemikiran Sungchan terhadapnya.

Jaemin menelan kasar salivanya sambil menerka-nerka.

Jika ia bukan pelaku... maka, mungkinkah ia... korban? Tapi bagaimana suntikan itu ada padanya?

"Baiklah, sepertinya kau memilih opsi kedua." Sungchan kembali tersenyum miring. "Semoga kau tidak menyesali keputusanmu."

Sungchan mengayunkan tangannya yang masih mengenggam suntikan tersebut.

DISGUISE [NCT Ver] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang